Pukul setengah tujuh malam, barulah Ichbal nongol di hadapan Dika dan Tania. Dia gak nongol sendiri alias bareng sohib-sohibnya yang gak lain dan gak bukan adalah Dito, Indra dan seorang cewek yang gak asing di mata Tania. Tania kenal cewek itu sebagai cewek yang naksir berat sama Ichbal dan dulu sering naro surat cinta di lokernya Ichbal. Mendadak mood Tania memburuk melihat cewek itu alias Helena Abriana Siren.
"Maaf lama, Say. Itu si Dito boker dulu di rumah Indra tadi." Ichbal langsung menghampiri Tania dan duduk di samping cewek yang lagi pasang muka jutek itu.
"Eh, kita mau nonton apa? Ecie, rambut lo baru, Dik, ceritanya?!" Indra bertanya penuh semangat ke Dika yang bangkit dari sofa, memberikan ruang buat Ichbal dan Tania berduaan.
Dika memutar bola matanya. "Gue belom pesen tiket. Lo pesenin aja, Dra. Gue gak tau film yang bagus itu yang mana. Melo juga gue tanyain gak tau."
"Danur! Danur aja! Katanya seru! Ada Prilly-nya! Gue ngepens sama Prilly!" Tiba-tiba Dito berujar seperti anak kecil, nunjuk-nunjuk poster dan bikin beberapa pasang mata natap ke arahnya.
Indra nutup muka dan nyenggol bahu Dito sambil berbisik, "Lo jangan malu-maluin kita, Bego. Gue tendang juga lu dari lantai dua!" Dito bergidik ngeri dan buru-buru nutup mulut pake telapak tangannya.
Lalu, Indra beralih ke adik cantiknya yang sedari tadi diem aja. "Eh, kita mau nonton Danur. Lo kalo takut tunggu di sini aja. Pokoknya jangan kemana-mana."
Mata Helena memicing. "Aku tunggu di luar?"
Indra mengangguk gak sabaran. "Iya. Abisnya lo kan penakut. Entar lo teriak di dalam bioskop, malu-maluin gue tau!"
Helena mengerucutkan bibir mendengar penuturan sang kakak. Masa iya dia tunggu di luar sementara, yang lain nonton di dalam studio? Terus apa gunanya Helena ikut? Oke, sebenarnya Helena gak mau ikut. Tapi berhubung tadi saat Ichbal datang bersama Dito buat ngajakin Indra jalan dan si Ichbal ngajak Helena buat ikut, otomatis Helena langsung ngangguk dan milih buat ikut. Helena gak tau kalo ternyata, mereka ke Kokas buat nyusul Tania dan Dika yang udah duluan ada di Kokas.
"To, antri tiket sana!" Indra mendorong pundak Dito untuk mulai mengantri tiket. Dito ngerucutin bibir sambil mengulurkan tangannya. "Duitnya mana?"
"Pake duit lo dulu. Entar diganti." Indra menjawab santai.
Dito mengernyit. "Gue gak ada duit, elah."
Indra memutar bola mata dan mengeluarkan dompet dari saku celana jeans-nya. Indra ngeluarin tiga lembar duit warna merah muda dan langsung nyodorin ke Dito. Dito tersenyum lebar. "Eh, cukup gak ini? Kita berenam, loh."
Indra memutar bola matanya. "Lo talangin dulu, lah. Itu duit terakhir gue di dompet. Gak ada lagi."
Dito mendengus, tapi akhirnya melangkah untuk mengantri tiket. Ketika yang lain sibuk dengan film yang akan mereka tonton, Ichbal dan Tania malah sibuk diem-dieman. Ichbal udah coba ngajak ngobrol Tania, tapi cewek itu malah buang muka dan milih buat bungkam.
"Mel, aku minta maaf sekali lagi. Aku ketiduran dan kamu tau sendiri kalo aku ketiduran kayak gimana. Bukannya aku nolak ajakan kamu, tapi aku ketiduran." Ichbal berkata setengah berbisik, memelas kepada Tania.
Tania melirik cowok itu sekilas dengan sinis. "Main games aja terus sampe lupa waktu. Emang lo susah dibilangin. Capek gue nasihatin orang bego. Masuk kuping kanan, ke luar kuping kiri."
Jika cowok lain, mungkin bakalan kaget karena ucapan Tania terdengar kasar. Tapi Ichbal udah terbiasa banget. Ichbal juga paham. Tania ngomong kasar karena dia peduli sama Ichbal. Ichbal aja yang bebel dan gak mau dengerin cewek yang katanya jadi cewek nomor satu di hati, selain Mami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebut
Teen Fiction"Gue suka cewek lo, Bro. Gak papa, kan, kalo gue rebut dia dari lo?" Awalnya, Ichbal mengira kehadiran sang sepupu, Dika, di sekitarnya tak akan merubah hubungannya dengan sang kekasih, Melody. Siapa sangka, kehadiran Dika membawa banyak keraguan da...