23

6.7K 335 0
                                    

Ketika sampai di rumah,Sabi membuka laci dan mengeluarkan berkas-berkas pernikahan kontrak.

Ada surat kontrak pernikahan Sabi dan Ben, dan surat cerai yang sudah ditanda tangani oleh Sabi.

"Mungkin lebih baik di bakar" pikir Sabi, meletakan semua berkas itu di atas tempat tidur.

Sabi berniat membakarnya nanti, sekarang dia harus mandi dulu karena tubuhnya sudah gerah.

Selesai mandi, Sabi keluar dari kamar mandi dan mematung di ambang pintu.

Di depanya,Ben berdiri membelakanginya.

"Kangen" ucap Sabi langsung memeluk Ben.

"Katanya dua hari lagi, kalo tau pulang sekarang, aku pasti jemput kamu" kata Sabi mengerucutkan bibirnya.

"Ben" panggil Sabi, karena Ben sedari tadi tidak menggugrisnya.

"Ini apa" tanya Ben dingin. Sabi melepaskan pelukannya mendengar nada dingin Ben.

"INI APA" teriak Ben membalikan badan. Sabi terkejut ketika melihat Ben memegang surat cerai mereka.

"Kamu selama ini cuma akting cinta sama aku, semua cuma pura-pura, kenapa Bie kenapa kamu ngelakuin ini sama aku"

"Ben dengerin aku" ucap Sabi terbata.

"Kenapa kamu mainin perasaan aku Bie".

"Demi popuralitas dan uang kamu korbanin aku Bie" Sabi menggeleng dengan air mata berlinang.

"Aku bakal nelpon pengacara aku buat ngurus percerain kita" putus Ben.

"Nggak Ben, dengerin aku dulu" isak Sabi.

"Nggak ada yang perlu di jelasin, karena kamu udah tanda tangani surat sialan itu. Yang artinya kamu udah setuju".

"Ben" Sabi menangis mengiba pada Ben, berharap Ben mau mendengarkan penjelasannya "Ben please" mohon Sabi.

"Jadi apa kata orang-orang di luar sana bener, buah jatuh nggak jauh dari pohonnya".

"Mama kamu dulu jual diri ke papa kamu demi uang, dan sekarang kamu ngelakuin hal yang sama ke aku. Ngejual tubuh kamu".

Sabi mundur dua langkah mendengar kata-kata Ben.

"Ceraikan aku Ben, tapi jangan hina orang tua aku" ucap Sabi lemah.

"Aku bakal bayar untuk tubuh kamu, yang udah aku nikmati" kata-kata terakhir Ben sebelum meninggalkan Sabi,tepat menusuk jantung Sabi yang kini hancur.

Sabi jatuh terduduk dan menangis pedih. Kenapa Ben setega itu mengganggap dia dan mamanya wanita murahan.

Berita tentang perceraian mama dan papanya beberapa tahun lalu memang masih melekat di ingatan Sabi.saat itu mamanya di tuduh bercerai dengan papanya karena perusahaan papanya mulai bangkrut.

Papanya yang memohon di pengadilan, membuat orang-orang yang melihat berpendapat jika mamanya yang salah.

Andai dulu mama dan papanya tidak bercerai mungkin Sabi tidak akan mengenal Ben.

Mamanya wanita terhebat yang merelakan pria yang dicintainya demi putrinya. Ya mamanya bercerai demi membatalkan perjodohan Sabi dan cucu rekan kakek nya.

Sabi mengambil handphonenya di atas ranjang. Menelpon orang yang paling mengerti dirinya.

"Halo mama".

Wedding   Entertainment (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang