Ben tidak perduli dengan kariernya yang hancur, dengan berita-berita buruk di luar sana.
Yang terpenting bagi Ben, Sabi mau memaafkan kebodohanya.Ben tau kesalahannya fatal tapi dia tidak akan menyerah.
Media yang melebih-lebihkan berita, tidak pernah di tanggapi oleh Ben.
Bahkan ada yang mengambil fotonya terang-terangan saat Ben menggedor pintu rumah Sabi.yang berakhir dengan Ben di usir papa Sabi.
Bahkan mamanya juga ikut-ikutan memusuhinya.walau kini mamanya mulai lunak, tapi tetap saja Ben masih melihat tatapan membunuh dari mamanya.
Dalam dua minggu ini yang di lakukan Ben, hanya datang kerumah Sabi.berdiri di depan rumah Sabi seharian jika mulai lelah Ben pulang dan besok pagi kembali lagi.
Bahkan Ben lupa sejak kapan terakhir dia makan.
"Ben" manajer Ben menggedor pintu kamar Ben "Ben bangun".
"Apa" tanya Ben acuh.
"Sabi ngadain konferasi pers. Buat konfirmasi hubungan kalian" ucap manajer Ben cepat.
Ben terdiam untuk beberapa saat.sebelum sadar dan berlari keluar rumah.di susul manajernya.
"Disini" tunjuk manajer Ben ke arah mobilnya.dalam perjalanan Ben terus mengupat.
Kenapa bisa dia telat bangun ,ini sudah jam 11 dan Sabi memulai konferasi pers jam 10 pagi.
''Sial" teriak Ben memukul setir mobil.bagaimana jika Sabi mengumumkan perceraianya.
"Brengsek" kesal Ben.
Ben berlari masuk ke dalam tempat Sabi memberi konfirmasi tentang hubungan mereka. Semakin dekat Ben semakin mendengar suara Sabi.
Ben mematung di depan pintu ketika mendengar ucapan Sabi.
"Malam itu saya dan Ben cekcok, saat Ben baru pulang dari bali. Saya meminta sesuatu dan Ben berkata dia lelah".
"Saya memaksa dan Ben langsung marah-marah, karena kesal saya pulang ke rumah orang tua saya. Saya sengaja menghukum Ben selama ini untuk membuatnya jera" ucap Sabi tenang.
"Lalu apa yang mbak Sabi minta, apa barang mahal yah seperti yang kita tau mbak Sabi suka koleksi tas dan sepatu limited edision" tanya salah satu reporter.
Sabi tertawa "saya cuma minta sup buntut.yang pernah saya makan di bandung" dengan wajah bahagia Sabi mengelus perutnya.
"Waktu itu saya lagi ngidam dan Ben malah acuh, jadi saya meledak dan lari dari rumah.itu dia tersangka utamanya" tunjuk Sabi pada Ben yang sudah dia sadari kehadirannya sejak tadi.
Semua kamera berganti menghadap Ben. Mengambil beberapa foto Ben.
Ben berjalan ke arah Sabi mengabaikan beberapa pertanyaan yang di ajukan padanya.
"Maaf Bie" ucap Ben memeluk Sabi " maaf" ulang Ben dengan mata berkaca-kaca.
"Calon papa nggak boleh nangis" bisik Sabi .
"Berapa usianya" tanya Ben mengelus perut Sabi. Mereka sudah kembali ke rumah.melepas rindu dengan saling berpelukan di Sofa ruang tengah.
"Lima minggu" jawab Sabi.
"Kenapa nggak bilang" tanya Ben lagi.
"Waktu itu kamu di bali.aku mau ngasih tau tapi tunggu kamu pulang" Sabi mengelus rahang Ben.
"Harusnya aku jadi orang pertama yang tau" ucap Ben bersungut. Sabi terkikik geli.
Ben mengeratkan pelukannya lagi "maaf untuk kata-kata aku malam it.....".
"Hssssst'' Sabi meletakan jari di bibir Ben. "Lupain oke" ucap Sabi.
"Kenapa".
"Apa".
"Kamu bohong tentang malam itu".
"Kalo aku bilang yang sebenarnya karier kamu bakal hancur. Aku masih pingin punya suami aktor terkenal".
"Dasar" ucap Ben menarik hidung Sabi.
"Itu bukan jawaban yang sebenarnya.tapi aku bakal anggap itu alasan kamu" Ben menutup mata. Menikmati waktu bersama Sabi.
"Karena aku istri kamu. seorang istri memiliki tugas untuk selalu menjaga nama baik suamianya.aku nggak mau orang memandang kamu buruk" ucap Sabi pelan sebelum tertidur.
"I Love You" bisik Ben.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Entertainment (COMPLETED)
RomanceSiapa yang benar?siapa yang salah? Siapa yang menyakiti?siapa yang tersakiti? Ben dan Sabi tak tau yang mereka tau hanya mereka saling membutuhkan