MEREKA SIAPA?

2.5K 169 0
                                    

"Al, lo yakin nih kita cabut sekarang?"

Kelima murid laki-laki itu menghentikan langkahnya saat sampai ditembok belakang sekolah. Mereka menatap ragu ke salah satu lelaki yang berstatus 'bos' geng itu.

Alfa membuang puntung rokoknya yang tersisa sedikit, menatap kesal kearah salah satu anak buahnya yang memiliki rambut agak kribo.

"Lo udah tiga kali nanya pertanyaan yang sama. Kalo takut balik aja sana. Gue nggak butuh pengecut kayak lo."

Gara, -si pemilik rambut kribo- menghela napas panjang mendengar ucapan Alfa. Bagi mereka berempat, segala ucapan Alfa adalah sesuatu yang pantang untuk dibantah.

"Ng.. Ane sebenernye juga ragu sih, Al. Dapet hukuman apapun sih ane jabanin. Masalahnye kalo dikeluarin dari sekolah ini pegimane? Nyak ama babe bisa semaput liat kelakuan ane." Ucap Jali, lelaki blasteran arab-betawi itu dengan logatnya yang khas.

"Bener juga, Al. Lo sih enak, nggak bakal lah dikeluarin dari sekolah ini." Roland menambahkan.

Alfa tertawa remeh. "Lo semua udah berapa lama sih temenan sama gue, hah? Nggak bakal berani mereka ngeluarin lo semua dari sekolah ini."

"Tapi ini jam pelajarannya Miss Loli, Al. Kita udah dapet tiga kali peringatan karena keseringan bolos." Kali ini ucapan itu berasal dari Devan. Satu-satunya anggota geng mereka yang memakai kacamata. Wajahnya terlihat tenang, karena memang hanya Devan yang bisa dibilang paling mengenal Alfa.

Miss Loli adalah guru paling galak di SMA Garuda. Beberapa hari lalu, guru itu mengancam akan mengeluarkan kelima murid begundal itu dari sekolah ini karena bolos saat jam pelajaran beliau.

"Van, gue males berdebat. Lo semua balik deh. Gue cabut sendiri."

Alfa nekat menaiki tembok setinggi dua meter itu. Dengan lihai dia melompat dan dalam sekejap dia sudah berada di atas tembok itu.

"Gue tunggu tiga detik. Terserah lo semua mau ikut gue apa nggak."

Keempat temannya yang berada dibawah saling memandang ragu. Pasalnya, jika kali ini mereka ketahuan lagi maka habis sudah riwayatnya. Bisa-bisa mereka semua dikeluarkan dari sini.

"Oke. Waktu habis. Gue cabut. Lo semua emang peng--"

"Reno!"

Ucapan Alfa terpotong oleh suara teriakan yang terdengar lembut milik seseorang. Gadis itu berdiri tak jauh dan menatap kelima lelaki itu dengan pandangan penuh tanya.

"Reno, kamu nggak ikut olahraga? Hari ini kan ada pengambilan nilai."

Lelaki yang dipanggil Reno itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ng.. Gue ijin hari ini, Kar. Bilang aja sakit perut."

"Kamu mau kemana?" Tanya gadis itu ingin tahu.

"Heh! Siapa sih lo? Kepo banget. Pacar lo, Ren?" Ketus Alfa dingin. Lelaki itu masih nangkring diatas tembok, menatap tajam gadis mungil dengan baju olahraga yang agak kebesaran ditubuhnya.

"Eh, bukan. Dia Karamel. Temen sekelas gue, Al."

"Terserahlah. Gue udah nggak punya banyak waktu nonton drama lo sama cewek itu."

"Kar, lo lama banget sih. Udah ditunggu-- eh?"

Tiba-tiba saja muncul lagi gadis dengan rambut kuncir kuda yang menghampiri Karamel. Dia adalah Hany. Teman sebangku sekaligus sahabat baik Karamel.

"Ck! Siapa lagi ini?" Alfa berdecak kesal. Dia tidak menyangka acara 'cabutnya' kali ini diganggu oleh dua gadis kepo didepannya itu.

Mata Hany mengerjap kaget. Lalu, dia membisikkan sesuatu ke arah karamel sambil menatap kelima lelaki itu takut-takut.

Karamel untuk AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang