ADA APA DENGAN ALFA?

1.4K 106 0
                                    

Karamel masih tidak menyerah. Kali ini gadis itu nekat menemui Alfa dikantin. Kebetulan semua kelas sebelas IPA sedang jam kosong. Karena semua guru mata pelajaran IPA ada rapat mendadak. Hal itu tentu disambut gembira oleh semua penduduk kelas IPA. Mengingat jarang sekali bagi mereka ada jam kosong seperti ini.

"Hai." Sapa Karamel dengan senyum cerahnya. Kelima pasang mata lelaki itu kini menatapnya dengan ekspresi senang luar biasa. Hanya Alfa yang menatapnya tanpa minat sambil melanjutkan acara makan siomaynya.

"Hai manis." Jawab Roland yang dibalas jitakan keras dari Jali.

"Manis manis. Die bukan kucing, bahlul."

"Kayaknya lo semua hobi banget ya jitak kepala gue." Sungut Roland kesal.

Gara terbahak keras. "Kepala lo isinya mesum. Perlu banyak dijitak biar rontok semua."

"Bacot lo, Kribo!"

"Hmm, language please. Ade cewek cantik. Dilarang berbicara kasar." Ucap Jali mengingatkan. Kara tersenyum melihat tingkah mereka semua.

"Duduk sini, Kar." Reno menepuk tempat kosong disebelahnya. Kara duduk disana. Tepat di depan meja Alfa.

"Mau makan apa, Kar?" Tanya Devan yang dijawab gelengan oleh Karamel.

"Nggak usah, Van. Masih kenyang."

"Buset. Makan apa lo jam segini masih kenyang?" Tanya Gara.

"Nggak makan."

"Ha? Nggak makan kok kenyang. Aneh lo, Kar." Jawab Roland sambil tertawa.

"Kenyang buku kali ye ente." Celetuk Jali. Karamel menangguk menyetujui.

"Makan yang banyak, Kar. Badan kecil begitu. Kehempas angin juga terbang lo." Devan melucu. Roland, Gara, Jali dan Reno saling berpandangan. Sedetik kemudian mereka terbahak bersama.

"Lucu lucu lucu." Komentar Jali disela tawanya.

"Harusnya gue rekam tadi ya." Celetuk Gara. Pasalnya, Devan adalah yang paling pendiam dan tidak banyak bicara diantara mereka. Jadi, perkataan Devan barusan merupakan suatu keajaiban yang seharusya bisa diabadikan.

"Masih aja susah makan ya." Kata Reno yang hapal betul kebiasaan Karamel dulu.

Karamel meringis malu. Gadis itu lalu mengalihkan pandangannya ke arah Alfa yang masih diam saja sejak tadi. Masih sibuk dengan sepiring siomaynya.

"Al.. waktu kamu tinggal empat hari lagi lho." Ucap Karamel tiba-tiba mambuat tawa keras kelima lelaki tadi mendadak berhenti. Mereka memasang telinga lebar-lebar sambil berpura-pura sibuk tidak mendengar.

"Nggak perlu diingetin." Jawab Alfa ketus. Tanpa menatap ke arah Karamel.

"Nanti sepulang sekolah ya, di kelas kamu aja nggak apa-apa."

"Gue sibuk."

"Sibuk apa?"

"Nggak penting juga lo tau."

"Tapi tugas kamu lebih penting, Al."

Alfa mendecak kesal. Raut wajahnya tampak begitu kesal dengan kegigihan Karamel. "Gue harus bilang berapa kali sih sama lo. Lo nggak usah ikut campur urusan gue. Lo cukup nurutin semua perintah gue."

"Tapi kan---"

"Buka mulut lo?" Alfa memotong ucapan Karamel.

"Hah?" Tanya Karamel bingung. Apa hubungannya tugas dengan buka mulut.

"Cepetan buka!"

Karamel meneguk salivanya takut. Dia terpaksa menuruti permintaan lelaki itu meski tidak tahu apa maksudnya. Lalu tiba-tiba saja Alfa menyuapkan siomay terakhir miliknya kedalam mulut Karamel. Karamel melotot lebar. Kaget dengan tindakan Alfa.

Karamel untuk AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang