MISI DITERIMA

1.3K 123 0
                                    

Hari ini Karamel kembali membulatkan tekadnya. Apapun dan bagaimanapun caranya, dia harus berhasil membuat Alfa mau menerima bantuannya. Waktunya hanya tersisa tiga hari lagi. Sedangkan tunggakan tugas Alfa begitu banyak. Hampir disetiap mata pelajaran Alfa tidak pernah mengumpulkan tugas-tugasnya.

Teman-teman Alfa yang lain sudah menyelesaikan tunggakan tugas mereka kemarin dibantu oleh Karamel dan juga Hany. Ternyata, tunggakan tugas mereka tidak sebanyak milik Alfa. Mungkin hanya dibeberapa mata pelajaran saja mereka tidak mengumpulkan tugas yang diberikan.

Menurut pengakuan teman-temannya, Alfa adalah tergolong siswa yang cerdas. Nilai ujiannya pun selalu diatas delapan meski tidak pernah belajar. Jangankan belajar, menyentuh buku saja Alfa alergi. Lelaki itu bahkan bisa bersin-bersin sampai tidak berhenti jika sudah menyentuh buku-buku pelajaran. Makanya, Alfa paling malas jika sudah mendapatkan tugas.

Tapi sepertinya, hari ini semesta sedang tidak berpihak pada Karamel. Sejak pagi, gadis itu tidak melihat batang hidung Alfa barang sesenti pun. Padahal biasanya, lelaki itu pasti muncul dimana-mana. Dikantin, lapangan futsal, lapangan basket, ruang BK, bahkan di gudang belakang sekolah. Kata Devan, Alfa juga tidak masuk di jam pelajaran pertama sampai bel istirahat berbunyi. Padahal tas miliknya tergeletak di meja.

Karamel menghembuskan napasnya lelah. Dia sudah mencari Alfa disekeliling sekolah ini, tapi tidak juga menemukan lelaki itu. Semua pesan yang Karamel kirimkan pun tidak sama sekali dibaca oleh Alfa. Hanya satu tempat yang belum didatangi Karamel, dan gadis itu yakin seratus persen Alfa pasti ada disana.

Rooftop.

Karamel setengah berlari menuju tempat itu. Dia harus mencapai lantai paling dasar gedung sekolahnya. Lalu menuju pintu rahasia yang hanya diketahui oleh Alfa. Sesampainya di depan lift tua yang tampak seram itu, Karamel berhenti sejenak. Ada perasaan takut dan ragu yang mendadak muncul.

Karamel memejamkan matanya, meyakinkan diri bahwa tidak akan terjadi apa-apa di dalam lift tua ini. Karamel berdoa dalam hati, sebelum melangkahkan kakinya memasuki lift. Pintu itu agak sedikit bergetar ketika tertutup. Karamel memencet tombol lantai paling atas.

Lift itu berjalan naik disertai goncangan-goncangan ringan yang membuat lutut Karamel gemetar seketika. Mulut gadis itu masih terus berkomat-kamit membaca doa hingga lift itu berhenti tepat dilantai atas. Karamel buru-buru keluar dari lift itu, lalu berjalan menuju pintu masuk rooftop. Benar dugaan Karamel, saat pintu terbuka, tampaklah punggung kokoh milik Alfa sedang duduk tegak disebuah kursi bekas. Asap rokok mengepul dari balik tubuhnya.

"Alfa..." Panggil Karamel pelan. Alfa menoleh lalu melotot lebar. Lelaki itu membuang puntung rokoknya, dan menginjaknya keras hingga apinya padam.

"Lo? Ngapain disini?" Tanya Alfa ketus.

"Nyari kamu lah." Karamel berjalan mendekati Alfa. Lalu berdiri didepan lelaki itu. Karamel mengangkat jemarinya membentuk angka tiga.

"Apaan?" Tanya Alfa tidak mengerti dengan bahasa isyarat Karamel.

"Tiga hari lagi, Al."

Alfa mendengus. "Gue nggak peduli. Lo balik sana."

"Al, kenapa sih kamu tuh keras kepala banget?"

"Lo nggak ngaca?"

"Maksudnya?"

"Kalo gue keras kepala. Terus lo apa? Kepala Batu?"

"Beda ih. Aku mah cewek tangguh. Pantang menyerah." Ucap Karamel jumawa.

Alfa berdecih. "Udah lah lo pergi aja. Jangan ganggu gue."

"Nggak. Gue nggak mau pergi." Karamel tetap bersikukuh. Gadis itu mengambil tempat duduk disebelah Alfa.

Alfa mengembuskan napas panjang. Lalu beranjak dari tempat duduknya. "Ya udah. Gue aja yang pergi."

Karamel untuk AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang