ALFA DAN LUKA

1.5K 116 0
                                    

"Ma, pasien mama yang namanya Arya itu sakit apa sih?" Tanya Karamel saat dia dan mama Diandra sedang menikmati makan siang di ruangan mamanya.

Mama menghentikan suapannya, lalu menatap Karamel dengan kening berkerut. "Arya yang mana sayang? Pasien mama yang namanya Arya ada dua lho."

"Arya yang di kamar Paviliun itu lho ma."

"Oh Arya yang itu. Memangnya kenapa? Kamu kenal?"

Karamel mengangguk. "Baru kenal tadi sih. Karamel ketemu di Taman. Dia lagi sedih gitu, katanya sih nungguin kakaknya yang janji mau dateng."

"Oh ya? Terus?"

"Belum sempet ngobrol banyak sih ma, abis mamanya keburu dateng. Galak gitu orangnya."

"Bukan galak. Mamanya cuma over protektif aja sama Arya, sayang."

"Emang Arya sakit apa sih ma? Parah ya?"

Mama Diandra meneguk air putih didepannya lalu menatap anak bungsunya itu seraya menghela napas panjang. "Arya mengidap leukimia stadium akhir."

Mendengar itu, sontak Karamel membelalakkan matanya lebar. Hatinya mencelos mendengar kenyataan itu. Anak sekecil Arya yang masih polos dan belum tau apa-apa harus menderita karena mengidap salah satu penyakit kanker paling ganas itu.

Karamel tidak bodoh untuk tahu apa itu leukimia atau kanker darah. Tumpukan buku kedokteran milik Kakak dan juga mamanya sudah sering dia baca. Penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh seseorang itu sangat berbahaya. Penyakit kanker bahkan bisa membunuh secara perlahan.

"Mama tahu nggak nama kakaknya Arya?" tanya Karamel parau.

Mama menggeleng pelan. "Mama nggak tahu sayang. Selama ini yg sering menjaga Arya hanya mama dan juga papanya. Cuma..."

"Cuma apa ma?" Karamel memotong ucapan mamanya yang seperti sedang mengingat-ingat sesuatu.

"Sepertinya hubungan keluarga mereka kurang baik."

"Maksud mama?"

"Kemarin katanya sempat ada keributan kecil di depan kamar Arya. Mama nggak tahu sih kemarin kan mama libur, suster-suster aja yang pada cerita."

"Siapa yang ribut ma?"

"Papanya Arya sama anak laki-laki. Mungkin kakaknya Arya, mama juga nggak tahu sih gimana ceritanya."

Karamel mencerna semua cerita mamanya. Lalu menggabungkan potongan-potongan informasi itu dengan cerita Arya. Sepertinya memang hubungan Papa Arya dengan kakaknya kurang baik. Mungkin itu juga yang menjadi penyebab kakak Arya tidak pernah menjenguk adiknya.

Karamel ingin sekali membantu Arya. Mempertemukan anak itu dengan kakaknya. Karamel merasa iba pada Arya. Dia hanya ingin membuat Arya merasa bahagia ditengah-tengah sakit yang dirasakannya.

Dering ponsel Karamel menyadarkan gadis itu dari lamunannya. Tampak nama Reno berkedip-kedip di layar ponsel pintarnya. Untuk pertama kalinya setelah kejadian penolakan dulu Reno mau meneleponnya lagi. Reno juga tampak berbesar hati saat mengetahui Karamel resmi menjadi pacar sahabatnya sendiri.

Karamel menggeser tombol warna hijau itu ke kanan. Sebelum gadis itu bersuara, suara Reno diseberang lebih dulu menyapa panik.

"Kara, lo dimana?"

"Di rumah sakit. Kenapa Ren?"

"Lo sakit?"

"Oh nggak. Aku cuma ikut mama tadi ke rumah sakit."

Karamel untuk AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang