CEMBURU?

1.4K 109 0
                                    

Sudah beberapa hari ini Genta tidak bertemu gadis pujaannya. Lelaki itu disibukkan dengan berbagai macam bimbel yang benar-benar menyita waktunya. Ujian Nasional sudah didepan mata. Genta hanya ingin fokus sejenak, lulus dengan nilai terbaik dan bisa diterima di universitas impiannya.

Genta hanya bisa menyalurkan kerinduannya lewat telepon dan juga pesan yang dikirimnya setiap pagi. Setiap malam pula, Genta akan menyempatkan diri menelepon dan mendengar suara renyah milik gadis itu. Bercerita kegiatannya dan mendengar segala celotehannya bisa membangkitkan semangat di dalam diri Genta.

Genta bergerak gelisah di tempat duduknya. Beberapa rumus fisika yang tertulis dipapan seolah tidak merasuk ke dalam kepalanya. Pasalnya, isi kepala lelaki itu hanya dipenuhi wajah cantik dengan senyum seindah Bulan sabit milik gadis pujaannya. Oleh karena itu, saat tiba bel istirahat berbunyi, Genta langsung melesat ke pintu keluar kelasnya dan berjalan menuruni tangga menuju lantai dua.

Genta berjalan di koridor kelas sebelas dengan langkah lebar. Beberapa kali dia mengangguk dan tersenyum menanggapi sapaan dari adik kelas yang dikenalnya. Rasanya, Genta sudah tidak sabar untuk bertemu dan bertatap muka langsung dengan gadis itu.

Langkah Genta berhenti di depan kelas sebelas IPA satu. Menyapa salah satu teman gadis pujaannya yang hendak keluar kelas.

"Hey Arin."

Mendengar sapaan dari salah satu lelaki paling berkharisma di SMA Garuda membuat Arin refleks membelalakkan matanya lebar dengan mulut menganga yang ditutup dengan telapak tangannya.

"Kak Genta?"

Genta tersenyum amat sangat manis. Beberapa teman yang sedang bersama Arin terlihat menahan teriakannya karena mendapat senyum langka milik mantan Ketua OSIS itu.

"Karamel ada?"

Arin masih ternganga melihat senyum manis Genta. Mendadak sebuah cubitan keras yang dilayangkan Zahra di pinggangnya menyadarkan gadis itu.

"Eh, eh kakak nanya apa?"

Lagi-lagi Genta tersenyum manis. "Karamel ada didalam nggak?" Tanyanya ulang.

Arin mengangguk semangat. "Ada. Ada kok Kak. Tuh masih nyalin catatan."

Genta mengikuti arah telunjuk Arin. Disana, di meja ujung nomer tiga tampak Karamel sedang serius menulis sesuatu dibuku tulisnya. Disebelahnya, ada Hany -sahabat baik Karamel- terlihat sedang memainkan ponselnya sambil sesekali menertawakan sesuatu di ponselnya.

"Ah, thanks ya." Ucap Genta pada Arin. Lelaki itu berlalu memasuki kelas Karamel setelah sebelumnya melemparkan senyum manis dan menawan yang membuat Arin beserta teman-temannya masih menatapnya dengan pandangan memuja. Bisik-bisik dari beberapa siswa yang masih ada dikelas tertangkap telinga Genta saat lelaki itu berjalan menuju meja milik Karamel.

"Karamel." Panggil Genta pelan. Sontak, Karamel dan juga Hany mendongakkan wajahnya, melupakan ponsel dan juga catatan yang mereka pegang dan menatap kaget ke arah Genta yang tiba-tiba datang menghampirinya.

"Kak Genta?" Suara Karamel akhirnya memecah keheningan. "Ada apa?" Tanyanya dengan dahi yang berkerut bingung. Selama ini Genta tidak pernah menemuinya dikelas. Makanya, Karamel merasa heran kenapa tiba-tiba lelaki itu datang ke kelasnya.

Hany menyikut lengan Karamel meminta penjelasan. Tapi, Karamel memberi isyarat dengan matanya untuk menjelaskannya nanti. Hany mengangguk lalu beranjak dari tempat duduknya. Memberi privasi bagi Karamel dan juga Genta berbicara.

"Gue ke kantin dulu deh." Ucapnya sembari melenggang pergi meninggalkan kedua orang yang masih saling menatap rindu.

Genta mengambil tempat duduk Hany, lalu menatap Karamel dengan senyum yang mendadak membuat gadis didepannya terhipnotis dan tidak berkutik.

Karamel untuk AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang