MASALAH BESAR

1.7K 134 0
                                    

BRAK!

Suara hantaman keras terdengar di depan pintu kelas sebelas IPA satu. Sosok Alfa muncul diikuti keempat kawanannya. Penghuni kelas IPA satu pun mendadak bungkam. Mereka semua menatap takut-takut kearah pentolan SMA Garuda yang kini berdiri tepat di meja Karamel dan juga Hany. Beberapa murid yang kebetulan berada disekitar luar kelas IPA satu juga mendadak berhenti dan mengintip kepo dibalik jendela.

Para murid perempuan tidak sedikit juga yang malah mengagumi wajah ganteng Alfa. Terlepas dari sifatnya yang buruk itu, Alfa dan kawanannya termasuk laki-laki dengan tampang diatas rata-rata.

Bagi mereka, ini juga merupakan suatu anugerah. Kapan lagi ada kesempatan bisa melihat tampang ganteng Alfa dengan jarak sedekat ini. Biasanya, mereka hanya bisa mendengar desas-desus tentang Alfa yang santer terdengar di SMA Garuda.

"Jadi, lo berdua si tukang ngadu itu?" Suara rendah dan berat milik Alfa memecah keheningan. Aura dingin lelaki itu membuat suasana kelas mendadak terasa mencekam.

Karamel dan Hany masih bungkam. Keduanya menunduk tidak berani menatap wajah Alfa yang penuh dengan emosi itu.

Devan, Gara, Jali, dan juga Reno kali ini tidak ikut bersuara. Mereka berempat hanya berdiri terdiam dengan kedua tangan terlipat dada. Ada sedikit rasa iba melihat kedua gadis yang ketakutan karena menjadi sasaran kemarahan Alfa.

Satu tahun mengenal kedua sahabat itu, Reno sendiri cukup yakin tidak mungkin Karamel dan Hany yang melaporkan aksi bolos mereka.

"JAWAB!"

Alfa membentak keras membuat Karamel dan Hany terlonjak kaget. Begitu juga beberapa murid yang menonton adegan mencekam itu.

"Bu-bukan kita yang ngelaporin." Hany akhirnya memberanikan diri bersuara tanpa menatap wajah Alfa.

"Terus siapa, hah? Cuma lo berdua yang ada disana tadi."

"Ta-tapi bukan kita. Sumpah!"

Alfa mendesah kesal. "Heh! Lo yang dipojok, bisu? Kenapa diem aja?"

Karamel yang merasa dipanggil Alfa perlahan mengangkat wajahnya. Gadis itu berusaha memberanikan diri menatap wajah Alfa.

"A-ap yang dibilang Hany emang bener kok. Bukan kita yang lapor."

Mendengar nada suara Karamel yang gemetar, akhirnya membuat Reno tidak tega. Mau bagamainapun juga, sosok Karamel masih menjadi seseorang yang spesial dihatinya.

"Al, udah. Gue percaya bukan mereka pelakunya." Ucap Reno menengahi. Lelaki itu salah tingkah saat Karamel menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Iya, Al. Kasian. Lo nggak liat mereka sampe ketakutan gitu?" Gara menyetujui ucapan Reno.

Devan menepuk bahu Alfa. "Bentar lagi bel. Jangan sampe hukuman kita ditambah karena hal sepele kayak gini."

"Devan bener, Al. Nyok kite cabut aje."

Mendengar ucapan teman-temannya, tak urung membuat Alfa tersadar. Lelaki itu menghembuskan nafasnya keras-keras, berusaha meredam emosi didadanya.

"Beruntung kali ini lo berdua bisa lolos. Tapi, urusan kita belum selesei. Cabut!"

Karamel dan Hany menghembuskan napasnya lega setelah kepergian Alfa dan kawanannya. Keringat tampak mengucur deras dari wajah cantik kedua gadis itu.

Beberapa murid yang sempat menonton adegan itu dibalik jendela satu persatu membubarkan diri. Mereka berkasak-kusuk menggosipkan apa yang baru saja dilihatnya.

Murid di kelas sebelas IPA satu pun juga mendadak mengerumuni tempat duduk Karamel dan juga Hany. Mereka menatap khawatir kearah kedua gadis itu yang kini tampak pucat pasi.

Karamel untuk AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang