MERELAKAN

1.5K 119 0
                                    

"Ya ampun. Mimpi apa gue? Ada bidadari disiang bolong." Ucap Gara saat melihat Karamel berdiri di depan kelasnya. Gadis itu tampak tersenyum gugup.

"Siapa sih, Nyet? Loh, ada cewek permen. Hallo, cari siapa? Cari gue ya?" Roland yang penasaran dengan ucapan Gara ikut-ikutan menghampiri Karamel.

"Karamel? Ngapain disini?" Giliran Reno bertanya heran. Ketiga lelaki itu berdiri di daun pintu. Menghalangi pandangan Karamel yang berniat mengintip kedalam kelas sebelas IPA tiga.

"Alfanya ada?"

"Yah, carinya yang ganteng. Apalah ane yg cuma butiran detergen ini." Celetuk Jali dari dalam kelas.

"Alfa siapa ya mbak? Alfamart atau Alfarizi? Kalo Alfamart adanya di gang depan sana." Tanya Gara yang dibalas jitakan Roland dikepalanya.

"Anjir. Sakit bego."

"Al, ada Karamel nih." Teriak Roland keras. Membuat beberapa murid yang kebetulan ada dikelas menatap kepo kearah daun pintu.

Alfa tetap bergeming ditempatnya. Lelaki itu sedang duduk dibangku paling belakang sambil memainkan ponsel dengan serius.

Devan yang kebetulan duduk disebelah Alfa menyenggol lengannya. "Al.."

"Bentar-bentar, Van. Tanggung." Ucap Alfa tanpa menoleh. Lelaki itu masih sibuk memainkan sebuah game di ponselnya.

"Woii Al, buru. Ada cewek cantik dianggurin begini."

"Ck! Apaan sih? Bacot lo pada." Alfa mendecak kesal. Dia menyimpan ponsel disaku seragamnya lalu berjalan ke arah Karamel dengan wajah bete luar biasa.

"Hush. Dilarang ngomong kasar di depan cewek cantik."

"Ngapain lo disini?" Tanya Alfa mengabaikan ucapan Gara barusan. Lelaki itu memandang Karamel ketus. Dengan kedua tangan yang terlipat didada.

Roland dan Gara menarik Reno menjauh. Memberikan ruang bagi Karamel dan Alfa berbicara. Padahal Reno ingin tahu apa yang dibicarakan Karamel dan Alfa.

Keduanya berdiri berhadapan. Karamel yang bertubuh mungil hanya setinggi dada Alfa. Membuat gadis itu harus mendongak dan Alfa harus menunduk jika berbicara.

"Aku mau ngucapin makasih buat yang tadi."

"Hmm."

Karamel mendadak gugup melihat bagaimana ekspresi wajah Alfa yang dingin itu. Karamel jadi ragu untuk mengutarakan maksud dan tujuan yang sebenarnya dia nekat mendatangi kelas Alfa.

"Udah kan?"

"Eh tunggu-tunggu Al." Cegah Karamel saat Alfa mau berbalik ke kelasnya. Alfa menoleh, menunggu Karamel berbicara dengan wajah malas-malasan.

Karamel menggigit bibirnya ragu. Antara takut ditolak dan takut disemprot dengan kata-kata pedas nan tajam andalan Alfa.

"Lo mau ngomong apa sih sebenernya?" Ucap Alfa tidak sabar.

"Umm.. Aku cuma mau nawarin kamu bantuan aja sih."

Dahi Alfa berkerut. "Bantuan?"

Karamel mengangguk. "Ya tadi kan kamu disuruh sama Bu Hera nyelesein tugas-tugas kamu dalam waktu seminggu. Nah, aku bisa kok bantu kamu." Karamel tersenyum manis.

"Nggak perlu. Gue juga males ngerjainnya." Jawab Alfa santai.

Senyum Karamel memudar mendengar jawaban Alfa. "Eh, kok gitu? Itu kan tugas Al."

"Terus? Tugas gue ini."

"Tugas itu harus dikerjain bukan malah ditumpuk-tumpuk gitu. Emang sulap bisa beres sendiri meskipun nggak dikerjain?"

Karamel untuk AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang