RASA YANG MULAI TUMBUH

1.5K 117 0
                                    

Hari ini, para siswa kelas sepuluh dan kelas sebelas sengaja diliburkan. Karena kelas dua belas sedang menghadapi tryout untuk persiapan Ujian Nasional yang tinggal menghitung minggu.

Karamel masih bergelung didalam selimut tebalnya. Pikirannya melayang pada sosok lelaki yang akhir-akhir ini menemani hari-harinya. Berangkat dan pulang sekolah selalu dijemput oleh Alfa. Setiap malam minggu pun lelaki itu juga selalu mengajaknya kencan. Mulai dari nonton, main di timezone, sampai cuma nongkrong cantik di Taman kota.

Karamel mengira, Moka -Abang paling protektif sedunia itu- akan berada dipihaknya saat tahu Alfa memacari dirinya. Dari awal, Karamel memang tidak ingin menjalin hubungan apapun dengan lelaki pemaksa itu. Dengan begitu, Karamel bisa meminta bantuan Moka untuk bisa membuat Alfa memutuskan dirinya. Tapi, entah pelet apa yang digunakan Alfa untuk merayu Moka. Pasalnya Moka mendukung penuh Alfa memacari adik yang paling disayanginya itu. Bahkan keduanya sangat akrab jika Alfa sedang main kerumah. Padahal selama ini, Moka lah yang paling tidak suka Karamel dekat dengan laki-laki apalagi sampai punya pacar.

Harus diakui Karamel mulai terbiasa dengan lelaki itu. Sikapnya yang cuek tapi gentle itu kadang membuat Karamel senyum-senyum sendiri. Alfa juga sudah banyak berubah. Dia tidak lagi suka bolos, tawuran, dan merokok. Hal itu juga tentu berdampak baik bagi dirinya dan juga teman-temannya yang lain. Nilai-nilai pelajarannya pun kini naik drastis. Alfa juga sudah jarang berurusan dengan guru BK.

Karamel menatap layar ponselnya yang sejak semalam tidak menampakkan pesan dari Alfa. Padahal, lelaki itu hampir setiap menit selalu menghubunginya. Meski hanya sekedar mengingatkan agar tidak lupa makan. Alfa sudah hapal betul kebiasaan Karamel yang satu itu, susah disuruh makan.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Karamel benar-benar malas untuk beraktivitas. Apalagi cuaca diluar yang sedang menampakkan awan cumulo nimbus yang artinya sebentar lagi hujan akan turun. Cuaca pagi itu memang sangat mendukung Karamel untuk terus bergelung dikasur.

"Karaaaaa... Ayo bangun. Sarapan dulu." Teriakan heboh mama terdengar nyaring. Pagi seperti ini lah yang sepertinya akan selalu dirindukan Karamel jika suatu saat nanti dia benar-benar kuliah diluar negeri.

Karamel beranjak dari kasurnya dengan malas-malasan. Rambutnya yang bak singa itu dicepol asal-asalan.

Di ruang makan, semua keluarga sudah berkumpul. Tampak mama sibuk menyiapkan menu-menu sarapan yang ditata rapi dimeja dibantu Mbak Mira. Sedangkan Papa tampak serius menikmati berita negeri ini dari koran yang dibacanya ditemani secangkir kopi kesukaannya.

Kakaknya, Vanilla tampak sibuk membaca handout tebal yang penuh dengan coretan stabillo berwarna-warni sambil menangkup sepotong roti selai stroberi favoritnya. Sedangkan Moka, kakak sulungnya itu tengah menyusun kertas-kertas yang sepertinya hasil revisian skripsi yang tidak kunjung di acc.

"Pagi semua." Suara Karamel yang terdengar tidak bersemangat itu membuat semua pasang mata menoleh ke arahnya dengan tatapan heran.

"Kenapa sayang? Kok lesu gitu?" Tanya mama mengusap lembut rambut anak bungsunya itu penuh sayang.

"Alfa ketahuan selingkuh kali ya, Dek?" Tanya Vanilla yang dibalas jitakan oleh Moka dikepalanya. "Aduh.. Sakit elah, Bang."

"Jangan sembarangan ngomong, Van. Kalo pun Alfa berani selingkuhin Karamel. Hmm... Gue ajak selingkuh balik ceweknya. Enak aja mau mainin hati adek gue."

"Yeee... Itu sih enak di lo, Bang."

Mendengar perdebatan kedua kakaknya, wajah Karamel semakin sendu. Apa mungkin memang Alfa selingkuh dibelakangnya? Membayangkannya saja membuat dada Karamel berdenyut sakit.

Karamel untuk AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang