FAKTA YANG PAHIT

1.4K 117 0
                                    

"Reno."

Karamel melambai-lambaikan tangannya ke arah Reno yang tampak sedang jalan berdua dengan Arin. Ya, sepertinya Reno memang sudah bisa membuka hatinya untuk Arin yang sejak dulu memang menyukainya. Karamel tahu dari setiap tatap mata yang dilayangkan Arin pada Reno. Karamel tidak pernah berani bertanya, dia takut kejadian dengan Fiona dulu terulang kembali pada Arin.

Dengan setengah berlari Karamel menghampiri Reno dan juga Arin. "Lihat Alfa nggak?" Tanyanya pada Reno.

"Hmm, gue belum ketemu Alfa sejak tadi pagi. Bukannya tadi istirahat sama lo?"

Karamel mengangguk lesu. "Iya, terus dia dipanggil kepala sekolah tadi. Aku telepon nggak diangkat, aku chat dia juga nggak dibales."

"Kepala sekolah? Alfa terlibat masalah apa lagi, Kar?" Tanya Arin.

"Aku nggak tahu."

"Gue juga seharian belum ketemu yang lain sih. Coba lo telepon Devan."

"Nomernya?"

"Gue teleponin bentar." Reno merogoh saku seragamnya, mencari ponsel pintar miliknya, lalu menghubungi nomer Devan. Telepon baru diangkat pada dering ketiga.

"Van, dimana lo? Gue masih disekolah sih ini. Lo ketemu Alfa nggak? Oh, APA? SERIUS LO?" Tiba-tiba Reno berteriak kencang. Membuat Arin dan juga Karamel serempak menatap ke arahnya.

"Iya, Karamel sama gue. Ada Arin juga. Oke oke. Gue kesana sekarang. Lo kirim alamatnya."

"Ada apa?" Tanya Karamel panik saat Reno menutup teleponnya. Perubahan raut wajah Reno sepertinya menandakan hal yang buruk terjadi pada Alfa.

Sebuah pesan Line dari Devan masuk ke ponsel milik Reno. Lelaki itu menatap Karamel dan Arin bergantian."Kita harus pergi sekarang."

"Kemana? Alfa baik-baik aja kan?" Tanya Karamel panik.

"Nanti gue jelasin."

"Tapi..."

"Lo tenang ya, Kar. Mending kita ikut Reno aja dulu. Gue yakin Alfa pasti baik-baik aja." Ucap Arin menenangkan. Gadis itu menarik tubuh Karamel yang tampak kebingungan, menuntunnya memasuki mobil Reno.

Reno mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Arin berulang kali mengingatkan untuk memperlambat lajunya. Gadis itu bahkan sampai mencengkeram lengan Karamel kencang saking takutnya. Sedangkan Karamel sendiri tidak begitu memperhatikan laju mobil itu. Yang ada dipikirannya saat ini hanya tentang Alfa.

Karamel merasa selama ini dia memang tidak tahu apa-apa tentang Alfa. Padahal lelaki itu selalu tahu tentang dirinya. Bahkan tentang hal sekecil apapun Alfa tahu. Karamel sebenarnya penasaran dengan apa yang terjadi pada Alfa tempo hari. Siapa yang menyebabkan luka-luka diwajahnya itu? Masalah apa yang melibatkan Alfa hingga dia babak belur begitu? Beribu pertanyaan muncul dibenak Karamel. Dan kali ini, firasat buruk tentang Alfa kembali menghampiri.

Apapun yang terjadi, Karamel berharap Alfa akan baik-baik saja. Jujur saja, Karamel mulai terbiasa dengan kehadiran lelaki itu. Karamel takut, jika Alfa mendadak harus meninggalkannya. Karamel benar-benar tidak mau hal itu terjadi.

Jantung Karamel serasa berhenti berdetak saat mobil Reno memasuki pelataran tempat pemakaman umum.

"Ren, kita ngapain kesini?" Tanyanya pelan.

"Kita turun dulu ya." Ajak Reno memberi isyarat pada Arin untuk menuntun Karamel keluar.

"Nggak. Aku nggak mau turun. Alfa mana?" Karamel mengibaskan pegangan tangan Arin di bahunya. Mendadak ketakutannya tentang kehilangan Alfa semakin terasa.

Karamel untuk AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang