TENTANG MEMAAFKAN

1.7K 115 2
                                    

Alfa bergeming ditempatnya berdiri saat ini. Memandangi rumah besar milik Papa dan keluarga barunya. Dulu, Alfa menolak mati-matian menginjakkan kakinya dirumah ini. Tapi sekarang, Alfa seolah menjilat ludahnya sendiri. Alfa memang harus melakukan ini, demi menebus rasa bersalahnya dan mewujudkan keinginan Arya.

"Al... Kok bengong? Ayo masuk."

Suara lembut Karamel membuyarkan lamunannya. Alfa menghembuskan nafas panjang. Menetralkan degup jantungnya yang berdetak kencang.

Alfa berjalan memasuki rumah itu. Diikuti Karamel dibelakangnya. Setelah sedikit di interogasi oleh satpam rumah yang sedang berjaga, akhirnya kedua remaja itu diperbolehkan masuk.

Karamel menggenggam erat jemari Alfa. Lalu melemparkan senyuman meneduhkan yang seolah berkata bahwa semua akan baik-baik saja. Alfa mengangguk pelan. Sebelum akhirnya tangannya bergerak menekan bel di depan pintu.

Seorang wanita paruh baya menyambut mereka. Senyum yang awalnya dia lontarkan mendadak hilang setelah mengetahui siapa tamu yang datang.

"Alfa?"

Alfa meneguk ludahnya kasar. Kata-kata yang semalam sudah disusunnya rapi menguap seketika. "Saya... Saya, eumm... Saya kesini mau ketemu Papa dan Tante."

Helena tersenyum tipis. Lalu membuka pintunya lebih lebar. "Silahkan kalian masuk dulu."

Alfa dan Karamel mengangguk bersamaan. Keduanya jalan bersisian memasuki rumah besar yang tampak sepi seperti tidak berpenghuni.

Helena mempersilahkan kedua remaja itu duduk diruang tamu. Sementara dia pamit pergi ke dapur untuk mengambil air minum.

Kedua tangan Alfa dan Karamel masih saling bertautan. Alfa memilih diam memikirkan kembali kata-kata yamg harus diucapkannya. Sedangkan Karamel, mata bulat gadis itu tampak menjelajahi seluruh perabotan mewah dan beberapa foto yang terpajang di dinding rumah besar itu.

Foto itu tampak disusun berjejer rapi. Ada foto pernikahan Papa dan juga mama tiri Alfa. Lalu disebelahnya foto seorang bayi montok yang Karamel yakin dia adalah Arya. Disebelahnya lagi ada foto Arya ketika merayakan ulang tahunnya yang ke satu tahun. Di dalam foto itu, Arya masih tampak sangat sehat. Tidak menyangka bahwa penyakit leukimia yang dideritanya ternyata begitu cepat merenggut nyawanya.

Lalu, pandangan mata Karamel pun jatuh difoto paling ujung. Matanya membelalak lebar melihat sosok seseorang yang amat sangat dikenalinya berada disana tengah merangkul tante Helena. Karamel mengucek-ucek matanya, meyakinkan dirinya bahwa dia tidak mungkin salah melihat.

"Mata kamu kenapa? Jangan dikucek-kucek gitu, Ra?" Alfa menarik lembut tangan Karamel. Menatap bingung kearah Karamel yang terlihat syok.

"Al... Al, i-itu a-aku nggak salah lihat kan?"

Alfa mengikuti arah pandang Karamel. Lelaki itu mendesah panjang. Sebelum dia sempat menjawab, suara tante Helena menginterupsi.

"Silahkan diminum dulu, Al. Dan ini pacar kamu siapa namanya?"

"Sa-saya Karamel, tante."

"Ah iya, tante ingat. Kamu putrinya dokter Diandra kan?"

Karamel mengangguk pelan.

"Maafkan sikap tante dulu. Tante hanya terlalu sayang pada Arya dan berusaha melindungi dia dari orang-orang asing yang tidak dikenalnya." Raut wajah Tante Helena kembali sendu. Sepertinya memang kepergian Arya masih sangat meninggalkan kesedihan yang mendalam dihatinya.

"Nggak apa-apa. Saya mengerti bagaimana perasaan tante." Ucap Karamel pelan. Ternyata benar kata mamanya dulu, tante Helena ini sebenarnya orang yang baik. Tidak segalak dan sejutek yang Karamel dulu bayangkan. Dia hanya terlalu sayang pada anaknya.

Karamel untuk AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang