FAKTA YANG SEBENARNYA

1.5K 124 0
                                    

"Fanya?"

Gadis bertubuh tinggi semampai itu menghentikan langkahnya saat mendengar suara berat milik seseorang yang sudah lama dia rindukan. Jantungnya berdegup kencang. Suara-suara bising lalu lalang kendaraan seolah tidak terdengar. Dunianya mendadak tuli. Yang ditangkap oleh Indra pendengarannya hanya derap langkah kaki yang berjalan kian mendekatinya.

"Is that you, Fan?"

Gadis bernama Fanya itu memejamkan matanya. Dia tidak siap bertemu dengan seseorang yang selama setahun belakangan ini berusaha dia lupakan.

Lelaki itu adalah Cinta pertama Fanya. Setahun lalu Fanya meninggalkan lelaki itu dan melanjutkan sekolahnya di Australia bersama papanya. Setelah sidang perceraian kedua orang tuanya, hak asuh Fanya memang jatuh ke tangan papanya. Namun, belakangan Fanya rindu dengan sosok wanita yang melahirkannya. Sosok wanita yang kini menikah lagi dengan orang lain dan memiliki keluarga baru.

Tubuh Fanya membeku seketika saat lelaki itu merengkuhnya dalam dekapan. Aroma parfum yang khas membuat otak Fanya bekerja kembali memutar kenangan-kenangan keduanya.

"I really miss you." Ucap lelaki itu setelah melepaskan pelukannya dan menatap kedua bola mata Fanya penuh kerinduan.

Air mata Fanya meluncur dari kedua matanya tanpa aba-aba. Semua kata-kata yang telah disusunnya rapi sejak dia memutuskan meninggalkan Australia dan kembali ke Indonesia mendadak lenyap seketika.

"Genta.." Ucapnya bergetar. "Aku.. Aku minta maaf."

Jemari tangan Genta bergerak lembut menghapus jejak-jejak air mata di kedua pipi Fanya. "Sshh.. Kamu nggak perlu minta maaf. Ini bukan salah kamu."

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan Fanya selain menghambur ke pelukan Genta. Tangisnya semakin menjadi. Genta membalas pelukan Fanya lebih erat. Membelai lembut rambut pirang Fanya menenangkan.

"I'm still in love with you, Ta." Gumam Fanya ditengah-tengah tangisnya.

Dan dalam sekejap, perasaan Genta mendadak ragu. Fanya masih menempati posisi penting dihatinya, tapi belakangan ini ada sosok gadis lain yang perlahan menggeser posisi Fanya.

Keduanya masih saling berpelukan, menyalurkan kerinduan yang lama terpendam tak terungkapkan. Hingga tidak menyadari bahwa sejak tadi ada seseorang yang memperhatikan interaksi keduanya dibalik pohon. Lelaki itu mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menahan segala emosi yang bergejolak di dalam dadanya.

***

"Brengsek!" Alfa menendang tong sampah yang tidak bersalah didepannya. Beberapa orang yang baru saja keluar dari supermarket terkenal sejagat Indonesia itu melihat kelakuan Alfa penuh tanda tanya.

Keputusan Alfa untuk mendatangi rumah Fanya dan mencari tahu kebenaran atas dugaannya membuat darah Alfa mendidih. Lelaki brengsek itu memang tidak pernah berubah. Sejak dulu, Genta selalu berhasil merebut apa yang dia punya. Sampai kapan pun, Alfa tidak akan pernah memaafkan Genta. Sudah terlalu banyak kebencian yang mengendap didasar hati Alfa.

"Mas, kalau marah jangan merusak fasilitas umum dong." Tegur salah satu pegawai Indomaret menyadarkan Alfa.

Alfa mendengus kasar, menatap pegawai Indomaret itu tajam. Alfa lalu merogoh tiga lembar uang seratus ribuan dari dompetnya dan memberikannya pada pegawai itu sebagai ganti rugi. Padahal tong sampah itu tidak rusak, hanya pesok di beberapa bagian sisi.

"Kurang?"

Pegawai bernama Wiro itu nyengir lebar begitu menerima uang itu dari Alfa. "Nggak mas. Ini sih lebih dari cukup."

Alfa mendecak pelan. Ternyata uang memang bisa menyelesaikan semuanya. Dan Alfa benci kenyataan itu. Alfa berlalu pergi meninggal Wiro yang masih menciumi aroma uang baru itu. Baru beberapa langkah, Alfa mendengar suara seseorang yang familiar memanggil namanya lantang.

Karamel untuk AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang