HUKUMAN

1.6K 134 0
                                    

"Jadi, selain tukang lapor lo juga tukang nguping ya?"

Karamel gemetar panik mendengar suara berat dan rendah milik Alfa. Lelaki itu menatapnya dengan pandangan tajam. Seolah pandangan itu bisa membuat seluruh tubuhnya mendadak lumpuh.

Alfa mendekati Karamel yang terdiam takut. Gadis itu tidak berani menatap wajahnya. Alfa meletakkan kedua tangannya di sisi kanan dan kiri tubuh Karamel. Hingga posisi tubuh Karamel yang mungil terkurung oleh tubuh Alfa yang tinggi menjulang.

Alfa menundukkan tubuhnya. Mensejajarkan wajah Karamel yang hanya sebatas dadanya. Menatapnya penuh intimidasi.

"Sejak kapan lo disini?" Tanya Alfa dingin.

Karamel terdiam. Gadis itu tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Aroma mint yang sangat maskulin terhirup jelas oleh hidung mancung Karamel.

Alfa menarik dagu Karamel. Memaksa gadis itu menatap wajahnya.

Karamel menelan salivanya gugup. Berada sedekat itu dengan wajah dingin milik Alfa membuat bulu kuduknya meremang.

Wajah Alfa putih bersih. Hidungnya mancung dengan bibir tipis kehitaman beraroma khas nikotin. Pipinya tirus dengan rahang tegas yang pas diwajahnya. Alis lelaki itu juga tebal. Dengan iris bola matanya yang berwarna hitam seperti jelaga.

"Kalo ditanya jawab. Lo punya mulut kan?"

"A-aku nggak sengaja, beneran. Ta-tadinya aku mau ke ruang BK." Karamel menggigit bibirnya takut.

"Terus kenapa lo malah berhenti disini, hah?"

Lutut Karamel rasanya tidak kuat lagi menopang tubuhnya. Bentakan Alfa membuat seluruh persendiannya tiba-tiba lemas.

"A-aku cuma... "

"Cuma apa? Cuma kepo?" Alfa memotong ucapan Karamel.

"Nggak. Aku nggak kepo, Al."

"Terus?"

Karamel menghela napas panjang. Tanpa terasa matanya mengeluarkan setitik cairan bening. "A-aku minta maaf. Sumpah aku nggak sengaja denger pembicaraan kamu sama Papa kamu."

"Ikut gue!" Tiba-tiba Alfa menarik paksa tangan Karamel.

"Eh, mau kemana? Aku ada urusan ke ruang BK, Al."

"Lo harus dapet hukuman dari gue."

***

Karamel mengira dia akan mendapat hukuman khas murid badung seperti Alfa. Mengerjakan tugas lelaki itu misalnya. Atau membantu lelaki itu membersihkan halaman belakang sekolah. Atau bahkan menggantikan tugas lelaki itu membersihkan kamar mandi siswa akibat sering datang terlambat.

Tapi, nyatanya semua itu tidak terjadi. Sejak tadi lelaki itu hanya menyuruhnya duduk diam disebelahnya.

Tapi, menurut Karamel hukuman ini bahkan dua kali lipat lebih kejam. Gadis itu dipaksa menghirup asap rokok yang dihirup oleh Alfa. Padahal, Karamel sangat membenci asap rokok.

"Al, bisa nggak berhenti ngerokoknya."

Alfa melirik Karamel sekilas, lalu kembali fokus menghirup rokoknya dalam-dalam. Menghembuskan asapnya sekuat tenaga. Hingga asap nikotin itu mengepul di udara.

Bagi Alfa, merokok adalah salah satu cara pelariannya. Semua masalah yang menyiksanya seolah bisa menguap diudara seiring hembusan asap yang keluar.

"Uhuk.. uhuk, uhuk.."

Kali ini Karamel terbatuk-batuk keras. Wajah gadis itu memerah hingga mengeluarkan air mata. Alfa mendecak kesal, sebelum akhirnya membuang sisa puntung rokoknya lalu menginjaknya kuat.

Karamel untuk AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang