"Jadi gini cara kamu ngedidik anak kamu hah?"
"Maksud kamu apa? Apa kamu mau nyalahin aku saat Dafa masuk penjara Mas?"
"Iya!! Karna ngedidik anak adalah tugas kamu! Harusnya kamu gak biarin anak kita masuk penjara."
"Oh ya? Disaat aku sibuk kerja, gimana bisa aku ngedidik anak kita hah? Lagian aku kerja juga buat bantuin kamu!! Kamu ingat? Disaat perusahaan kamu hampir bangkrut? Siapa yang bantuin kamu Mas? Aku!! Kalo soal mendidik anak itu bukan hanya tugas aku, tapi tugas kita berdua."
"Jadi kamu mau ngungkit-ngungkit jasa kamu hah?"
Pertengkaran, menjadi salah satu rutinitas pagi yang harus selalu Clara dengar. Clara Florenza, dia mempunyai seorang Kakak yang bernama Dafa Collin. Namun kini, Kakaknya berada dibalik jeruji besi untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Dafa dituduh melakukan pembunuhan berencana kepada pacarnya sendiri. Semenjak semua tuduhan dibenarkan dan akhirnya Dafa masuk penjara, keluarga Clara menjadi semakin kacau. Orang tuanya jarang berada berada dirumah, sekalipun mereka ada dirumah yang mereka lakukan hanya bertengkar.
Terkadang semua cobaan dihidup Clara selalu membuatnya frustasi. Bahkan Clara pernah melakukan percobaan bunuh diri, tapi untungnya Al datang tepat waktu dan menyelamatkan Clara. Alvaro Lachowski, orang yang Clara kenal karena pertemuan yang tidak disengaja. Pertemuan itupun terus berlanjut hingga akhirnya mereka menjadi sahabat. Walaupun Clara belum terlalu lama mengenal Al, namun karna sikap Al yang sangat baik dan selalu mengerti keadaannya membuat Clara sangat nyaman dan sangat percaya kepada Al.
"Berisik!!!!!!!!!!!!!!!!! Mom, Dad, bisa gak sih kalian sehari aja gak bertengkar? Ara cape dengernya. Tiap hari kalian selalu bertengkar, sebenarnya apasih yang kalian permasalahkan? Sikap kalian yang kayak gini, yang bikin Ara gak betah diem dirumah."
Arapun langsung meninggalkan kedua orangtuanya. Saat ini yang dia butuhkan hanyalah Al, sahabatnya.
Me: Al, lo dimana?
Alvaro : Kampus, kenapa Ar?
Me: Jemput gue bisa gak? Gue kayaknya ngampus gak bawa mobil.
Alvaro: Oke, 15 menit lagi gue nyampe.
Me: Thanks you Al, Muaach 😚 haha
Alvaro: 😒 Giliran ada maunya aja, lo jadi baik Ar.
Me: Wkwk
Read..
Ini yang bikin gue bertahan Al, kehadiran lo. Kehadiran lo yang bikin gue kuat ngadepin cobaan dihidup gue. - Ara
"Ar, ayo naik. Ngelamunin apaan sih?"
"Eh, iya."
"Pertanyaan gue gak dijawab. Lo ngelamunin apa?"
"Ngelamunin lo."
"Haha gombal aja terus Ar, sampe gue baper."
"Wkwk. Tapi lo juga suka kan Al digombalin gue?"
"Gak juga tuh, haha. Btw kenapa gak bawa mobil sendiri Ar?"
"Ck, pura-pura aja terus Al. Lagi males, bonyok berantem lagi."
"Aelah bukannya udah biasa ye mereka kek begitu?"
"Iyasih Al, cuman gue kadang risih juga dengernya."
"Yaudah lo sabar aja ya. Disaat lo lagi punya masalah lo tau kan harus ngapain?"
"Tau dong. Update status kan di facebook? Wkwk"
"Goblog nya masih belum sembuh neng? Kenapa gak sekalian aja minta di wawancara biar disiarin langsung di tv."
"Uncch, lucu banget sih sahabat aku kalo lagi marah. Imut-imut gimana gitu, haha. Iya, iya gue tau. Gue harus ceritain apapun masalah gue sama orang yang bernama Alvaro Lachowski."
"Good girls."
Tak butuh waktu lama, Ara dan Al sudah sampai didepan kampus. Namun, Ara sepertinya tidak berniat untuk turun dari mobil Al.
"Ayo Ar, kita turun."
"Ara? Lo denger gue kan?"
"Gu-e, gu-e ta-kut Al."
"Takut kenapa?"
"Gue takut di bully lagi, gara-gara kasus Kak Dafa yang masuk penjara."
Semenjak Dafa dipenjara, bukan hanya orang tua Ara yang menjadi sorotan tetapi juga Ara sendiri. Setiap kali dia tiba dikampus, dia harus mendengar ocehan orang-orang yang terus membicarakannya.
"Lo gausah takut Ar, kan ada gue?"
"Ta-pi--"
"Are you trust me Ar?"
"Yes, of course."
"Kalo gitu ayo kita keluar, kalo lo takut lo boleh pegang tangan gue. Oke?"
"Emm."
Akhirnya Ara pun memberanikan diri keluar dari mobil Al, sambil terus memegang erat tangannya.
Thanks you Al. - Ara
Tbc
Vote and comment guys
![](https://img.wattpad.com/cover/108163746-288-k13728.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hurts
RandomMengenalmu adalah kesalahan pertama dalam hidupku. Menjadikanmu sahabat adalah kesalahan kedua dalam hidupku. Mempercayaimu adalah kesalahan ketiga dalam hidupku. Kesalahan-kesalahan tersebut akan selalu aku sesali selama sisa hidup ini.