I miss you so much my brother. - Ara
Jangan sampai kamu salah pilih Ar, maaf Kakak gabisa ngelindungin kamu. - Dafa
♡♡♡
Tak terasa hari ini adalah pernikahan Ara. Walaupun dia amat sangat bahagia, tapi Ara juga tidak dapat memungkiri bahwa dia juga merasa resah saat detik-detik menuju ijab kabul. Ara selalu berharap bahwa ini akan menjadi pernikahan pertama dan terakhirnya. Setelah pernikahan Ara dan Al sudah setuju jika Ara hanya akan menjadi ibu rumah tangga. Ara tidak perlu melanjutkan kuliah ataupun bekerja, karna Al akan menjamin semua kebutuhannya.
"Baik-baik terus ya kalian berdua. Jadikan rumah tangga Dad dan Mom sebagai pelajaran, dan buat kamu Al, Dad titip anak perempuan Dad. Jangan sampai biarkan dia mengeluarkan air mata walau cuman setetes. Kamu juga Ara, kamu harus selalu mengabdi sama Al yang notabennya sekarang adalah suami kamu."
Setelah mendapat beberapa nasihat dari Mom dan Dad-nya. Ara dan Al bergegas pergi ke rumah baru mereka. Rumah yang telah mereka pilih untuk menjalin kehidupan setelah pernikahan.
"Al, aku seneng banget bisa nikah sama kamu."
"Me too."
Singkat, padat, jelas, dua kata satu kalimat. Hanya itu yang Al ucapkan, sedikit rasa aneh hinggap dihati Ara. Namun dia segera memaklumi sikap Al.
Mungkin Al lagi cape, jadi dia jutek kaya gitu.
Sesampainya dirumah Ara langsung beristirahat. Tanpa terasa Ara tertidur masih dengan pakaian pengantin saking capeknya.
Sinar mentari pagi mengusik Ara. Mau tidak mau dia harus terbangun dari tidurnya. Namun saat dia terbangun, dia tidak menemukan sosok Al suaminya. Seluruh penjuru rumah sudah dia cari namun Ara masih tidak bisa nememukan Al.
Ish, Al kemana sih? Apa dia marah? Gara-gara semalem gue tidur duluan?
Karna mencemaskan Al, Ara mencoba meneleponnya berkali-kali tapi Al tidak menjawabnya.
Ara : Al, kamu dimana?
Ara : Kamu udah berangkat kerja bukan?
Ara : Al, angkat dong.
Ara : Al ih.
Alvaro : Gue lagi ketemu client.
Gue? Apa gasalah? Ah udahlah mungkin dia emang lagi sibuk.
Menjalani kehidupan sebagai seorang istri dari Alvaro Lachowski memang terlihat hebat. Namun baru saja sehari, Ara merasakan bosan karna harus berdiam diri dirumah. Dia ingin sekali berangkat kuliah atau seenggaknya menghabiskan waktu bersama Al sebagai sepasang "pengantin baru". Tapi, itu hanya angan-angan. Karna sampai tengah malampun, Al belum pulang dari kantornya.
Resah, cemas, bimbang, semua Ara rasakan menjadi satu. Berdiam diri dirumah tengah malam sambil menunggu suami rasanya sangat menakutkan. Terlebih lagi Al tidak mengabari Ara sama sekali.
Tok..tok..tok..
"Itu pasti Al, iya tunggu bentar Al."
Setelah Ara membuka pintu, Ara langsung memeluk Al. Rasanya lega jika suaminya kini sudah berada dirumah. Namun, Ara merasakan ada sesuatu yang aneh dalam diri suaminya.
"Al, kamu kok bau alkohol? Kamu mabuk Al?"
"Berisik!"
"Al!!!! KAMU ITU KENAPA SIH? AKU ITU KHAWATIR DARI TADI NUNGGUIN KAMU PULANG DITAMBAH LAGI KAMU GAK NGABARIN AKU!! SEKARANG KAMU JUGA PULANG DALAM KONDISI MABUK INI AP----"
Plak!!!
Tamparan keras mendarat dipipi Ara. Sedikit darah keluar dari sudut bibirnya. Ara sampai termenung melihat sikap Al yang berubah 180°.
"Heh jalang! Sekali lagi lo teriak didepan muka gue, gue gak akan segan-segan bikin lo menderita."
"A-pa i-ni Al? Ka-mu nam-par a-ku?"
"IYA!! KENAPA? ADA YANG SALAH? ATAU LO MAU GUE SERET KELUAR RUMAH? BIAR SEKALIAN LO TIDUR DILUAR!!!"
Bruk!!!
Tiba-tiba Al pingsan, mungkin karna kebanyakan minum. Sedangkan Ara? Masih tak mengerti dengan sikap Al. Sebenarnya disini siapa yang salah? Al atau dirinya?
"Di-ngin."
Mendengar ocehan Al membuat Ara tersadar dari lamunannya. Dia segera membawa Al kedalam kamar. Dengan sigap Ara mengganti pakaian Al dan langsung menyelimuti Al yang mengeluh karna kedinginan. Melihat kondisi Al yang seperti ini, Ara sampai tak berani tidur sekamar dengan Al. Jadi, Ara memutuskan untul tidur dikamar tamu.
Baru saja ingin melangkah, tangan Ara sudah dicekal oleh Al. Setelah mendapat tamparan dari Al tadi, membuat Ara ketakutan saat Al mencekal lengannya.
"Ja-ngan per-gi."
Al masih saja mengigau, hal itu membuat Ara sedikit bernafas lega. Ara sangat takut jika Al bersikap kasar lagi kepadanya.
Tak lama kemudian Al menarik Ara kedalam pelukannya. Alhasil, kini mereka tidur satu ranjang. Dengan mata yang masih tertutup Al terus memeluk Ara dengan erat.
Mendapat pelukan dari Al tentunya sangat membuat Ara bahagia. Walaupun tadi Al bersikap dingin bahkan kasar padanya, namun semuanya seakan terbalas dengan perlakuan Al yang sekarang.
"Ja-ngan ting-galin gu-e."
"Ssh.. kamu kenapa sih Al ngigau terus. Tenang aku gaakan ninggalin kamu kok."
"Gu-e cin-ta sa-ma lo Len."
Deg!!
Hah? Len? Barusan dia nyebut nama Len?
Tes..
Air mata Ara mengalir dengan derasnya. Ternyata Al sedang memikirkan wanita lain, dan dengan bodohnya Ara menjadi fantasi dari wanita itu. Ara mencoba melepaskan diri dari pelukan Al, namun sayang tenaga Ara tidak sebanding dengan Al.
Maka, semalaman Ara menghabiskan waktu dengan terus menangis karna harus terus mendengar suaminya mengigau tentang wanita lain.
Cobaan apalagi ini Tuhan? Disaat aku berfikir Kau memberikan kado terindah untukku, tapi ternyata Kau memberikanku kejutan. Kejutan yang tanpa butuh waktu lama membuatku langsung merasakan sakit yang amat sangat dalam. - Ara
Tbc
Vote and comment guys
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hurts
RandomMengenalmu adalah kesalahan pertama dalam hidupku. Menjadikanmu sahabat adalah kesalahan kedua dalam hidupku. Mempercayaimu adalah kesalahan ketiga dalam hidupku. Kesalahan-kesalahan tersebut akan selalu aku sesali selama sisa hidup ini.