11

5K 110 3
                                    

Yakinkan aku Tuhan, jika keputusan yang aku ambil adalah pilihan terbaik.

♡♡♡

Karena adanya campur tangan Al, maka Dafa rencananya akan keluar dalam waktu beberapa hari. Kebahagiapun kini menghampiri keluarga Ara. Rasa terima kasih tak henti-hentinya keluarga Ara ucapkan kepada Al, terutama Dafa. Dia sangat bersyukur jika adiknya bisa membantunya keluar dari balik jeruji besi.

Sudah beberapa hari Al tidak pulang kerumah, mungkin dia menghindari rencana menjemput Dafa yang hari ini keluar dari penjara. Namun, ketidak hadiran Al sama sekali tidak membuat orangtua Ara curiga, karena mereka tau jika menantunya memang sangat sibuk dengan pekerjaan.

Setelah sekian lama akhirnya mereka kembali berkumpul, walaupun kini orang tua mereka sudah resmi bercerai. Namun tak sedikitpun mengurangi kebahagiaan yang mereka rasakan.

"Ara, kamu yakin mau nginep disini?"

"Yakinlah Mom, emang gaboleh Ara nginep disini?"

"Bukan gitu sayang, kamu kan sekarang udah nikah. Nanti kalo tiba-tiba Al pulang gimana?"

"Udalah Mom, nanti juga suami Ara pasti ngabarin Ara kalo dia pulang. Biarin Ara disini dulu bareng kita."

"Bener tuh Mom kata Kak Dafa, lagian Al juga masih diluar kota."

Halo?

Ada?

Oh iya nak gapapa, alhamdulillah baik.

Emm, gitu. Yasudah nanti Om sampaikan.

Waalaikumsalam.

"Daddy angkat telepon dari siapa?"

"Suami kamu Ar, dia nyuruh kamu pulang. Soalnya malam ini dia pulang. Mending kamu pulang dulu deh, besok baru kesini lagi."

"Tapi Dadd----"

"Jangan tapi-tapian Ara, kamu kan sekarang sudah menikah."

"Yaudah biar Dafa aja yang anterin Ara Dadd."

Dengan terpaksa Ara menuruti permintaan Daddy-nya. Sebenarnya kalo bisa dia tidak ingin pulang ke rumah terkutuk itu. Tapi bagaimana lagi? Jika dia bertingkah macam-macam, bisa-bisa Dafa di jebloskan lagi kedalam penjara. Karena selama diperjalanan Ara hanya berdiam diri, Dafapun mencoba mengajak Ara bicara.

"Ar, besok kamu mau ikut gak?"

"Kemana Kak?"

"Ke pemakaman pacar Kakak."

"Oh, ke pemakaman Kak Anastasya." Mendengar kata Anastasya keluar dari mulut Ara, membuat Dafa terkejut.

"Hah? Dari mana kamu tahu pacar Kakak namanya Anastasya? Perasaan Kakak belum cerita soal dia ke kamu?" Perkataan Dafa membuat Ara gugup, hal bodoh yang Ara lakukan kali ini adalah keceplosan. Dia lupa jika Dafa memang belum bercerita soal nama pacarnya, jika bukan karna Al mungkin Ara tidak akan tahu.

"E-h, a-nu, i-tu.." Arapun gelagapan dan berfikir keras untuk mendapatkan jawaban yang tidak akan membuat Dafa curiga.

"Itu apa? Jawab Ar!"

"Dari surat kabar Kak! Waktu itu kan berita Kak Dafa rame banget, nah Ara taunya dari sana." Ara berharap agar Dafa tidak curiga dengan jawabannya. Namun sayang, sepertinya Dafa tau jika adiknya memang sedang menutupi sesuatu.

"Oh."

Kakak tau kamu bohong Ar, Kakak masih inget jika Kakaklah yang meminta pihak kepolisian agar tidak membocorkan nama korban. Jadi, mustahil jika kamu tau dari surat kabar. Sebenarnya apa yang kamu coba sembunyiin Ar?

Setelah sampai dikediaman Al, Ara langsung menuju kerumahnya. Dafa juga tidak berniat untuk mampir karena dia ingin segera istirahat. Pada saat Ara masuk ke kamar dia melihat Al sudah berada disana. Arapun menarik nafas agar tidak terlihat tegang.

"Lain kali kalo mau kemana-mana bilang dulu, bisa kan?"

"Maaf Al, aku fikir kamu tau kalo aku hari ini ngejemput Kak Dafa."

"Untuk saat ini gue maafin lo, tapi enggak buat lain kali. Ngapain lo berdiri disitu? Sini!!"

Belum sempat Ara melangkah, Al sudah bangkit dari duduknya dan langsung menarik Ara kemudian menjatuhkannya keatas tempat tidur. Dengan cepat Al membuka seluruh bajunya, kemudian menciumi bibir manis Ara. Baru saja dia ingin membuka baju Ara, tiba-tiba Ara menahannya.

"Ngapain lo nahan gue?"

"Apa kamu cuman mau tubuh aku Al--"

"GAUSAH PROTES ATAU LO GUE TAMPAR!! Apa lo lupa sama janji lo? Bukannya lo udah nyerahin kehidupan lo demi kebebasan Dafa? Atau, lo mau gue masukin Dafa lagi kedalam penjara?"

"Jang-an Al, ma-af-in gue."

Plak!!

"Itu hukuman buat lo karna udah ngerusak mood gue!" Setelah menampar Ara, Al melanjutkan apa yang tadi sempat tertunda.

Dia tetap menyetubuhi Ara walaupun sekarang Ara sedang menangis menahan panas dipipinya karna tamparan Al. Namun sepertinya Al tidak peduli dengan tangisan Ara, dia terus saja meluapkan nafsunya kepada Ara. Ara juga tidak dapat menolak keinginan Al, dia hanya bisa menerima sambil berharap bahwa semua ini akan segera berakhir.

Setelah selesai mempermainkan Ara, Al langsung tidur membelakangi Ara. Baginya Ara tak lebih dari sebuah boneka yang bisa dia mainkan sesuka hati. Jika Al bosan, maka dengan mudahnya Al bisa membuang boneka tersebut.

"Shit!! Apa lo gabisa berhenti nangis? Keluar lo! Gausah tidur disamping gue!!" Tangisan Ara yang tidak berhenti rupanya mengganggu Al, itu sebabnya dia mengusir Ara agar keluar dari kamar mereka.

Lagi-lagi perlakuan Al sangat menyakiti hatinya. Setelah ditampar, lalu dipermainkan sekarang dia juga harus diusir. Wanita mana yang akan tahan jika diperlakukan sangat tidak adil oleh suaminya sendiri.

Bukannya keluar Ara malah masuk kedalam kamar mandi. Dia bukan hanya ingin membersihkan tubuhnya, tapi juga fikirannya. Dia harus membangun lagi benteng agar bisa kuat menahan segala tingkah laku Al. Dengan berbaring didalam bathtub bersama guyuran air, Ara tak hentinya berfikir dan berharap agar Al bisa kembali seperti saat pertama kali mereka saling bertemu.


























Tbc

It's HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang