8

6.2K 105 7
                                    

Cobaan apalagi ini Tuhan? Disaat aku berfikir Kau memberikan kado terindah untukku, tapi ternyata Kau memberikanku kejutan. Kejutan yang tanpa butuh waktu lama membuatku langsung merasakan sakit yang amat sangat dalam. - Ara

♡♡♡

"Iya Mom, Ara juga baru bangun. Kalo Al masih tidur."

Samar-samar Al mendengar percakapan Ara ditelepon. Sedikit rasa penasaran membuatnya langsung tersadar dari tidurnya.

"Ara pengen pulang Mo---"

Prak!!

Seketika ponsel Ara langsung hancur tak berbentuk. Siapa lagi yang melakukannya kalo bukan Alvaro suaminya.

"Al, kamu apa-apaan sih? Aku lagi nelepon Mommy."

"Dan gue gak peduli!! Lo bilang mau pulang? Lo pasti mau ngadu soal sikap gue yang berubah, iyakan?"

"Eng-gak!!"

"GAUSAH BOHONG BRENGSEK!! Sekali aja lo berani ngomong soal gue ke nyokap bokap lo, gue bisa jamin perusahaan bokap lo bakal ancur ditangan gue."

"Mak-sud kamu apaan sih Al? Kenapa sikap kamu jadi kayak gini?"

Plak!!

Ini kedua kalinya Ara mendapat tamparan dari Al. Pipinya sampai berubah menjadi biru, akibat tamparan keras Al. Menangis, hanya itu yang dapat Ara lakukan. Sakit bukan karna tamparannya, tapi sakit karna harus menghadapi sikap Al yang berubah, mendapat ancaman dan juga siksaan fisik.

Sedangkan Al, hanya menatap datar Ara seakan tidak peduli. Dia langsung pergi meninggalkan Ara sendirian lagi dirumah.

Gue pengen cerita, tapi ke siapa?? Kak Dafa? Gue harus temuin dia sekarang.

•••••

"Ciee penganten baru, mau cerita ke Kakak ya tentang malam pertama. Gimana rasanya Ar? Wkwk"

"Kakak apaan sih."

"Dih suka malu-malu gitu, ada yang pengen Kakak ceritain Ar."

"Kok sama sih? Ara juga mau cerita sama Kakak. Yaudah Kakak dulu mau cerita apaan?"

"Kakak kangen Mom sama Dad, Kakak pengen keluar dari sini Ar. Kakak gabetah diem disini."

Ara sedikit terkejut saat mendengar Kakaknya berbicara, bahkan dia sampai menangis didepan Ara.

"Bantuin Kakak keluar Ar, Kakak pengen ziarah ke kuburan pacar Kakak."

"Tapi, gimana caranya? Ara juga gatau Kak."

"Kamu bisa minta bantuan sama suami Kamu Ar. Dia tau kan kalo Kakak dipenjara? Masa dia gabisa nolongin Kakak?"

Minta bantuan? Aku aja di siksa terus Kak.

"Yaudah nanti Ara bicara sama suami Ara."

"Makasih bangetya Ar, btw Kakak belum tau nama suami kamu. Kamu juga belum ngelihatin fotonya."

"Oh iya hampir aja Ara lupa, namanya Alvaro Kak, tapi Ara suka manggil dia Al. Ini fotonya Kak."

"Wah, hebat banget kamu bisa dapetin cowo sekeren dia. Walaupun masih tetep kerenan Kakak sih."

"HAHA mulai lagi deh sikap narsisnya keluar."

"Biarin dong, udah lama Kakak gak bercanda sama adek kesayangan. Oh iya katanya tadi kamu mau cerita Ar, soal apa? Pasti soal pernikahan kamu ya? Cie, pasti bahagia banget kan? Mau bikin Kakak sirik ya?"

Kalo gue cerita sekarang kayaknya gak mungkin. Ngeliat kondisi Kak Dafa kayak gini rasanya gak tega juga kalo harus nambahin beban dia.

"Hihi iya dong, tadinya sih niat aku gitu. Tapi karna ngeliat tampang jones Kakak, jadi Ara ngurungin niat Ara deh buat bikin Kakak ngiri. Yaudah, Ara pulang duluya. Kakak baik-baik disini, dan secepatnya Ara pasti ngeluarin Kak Dafa kok."

Ara kemudian berlalu dengan rasa sakit yang kembali menyerang hatinya. Banyak sekali hal yang dia fikirkan, dia masih sangat bingung kenapa Al sangat berubah setelah menikah. Ditambah lagi dia tidak bisa bercerita kepada orang tuanya, sekarang Dafa juga ingin meminta bantuannya. Karna amat sangat merindukan Kakaknya, Arapun akan melakukan hal yang Dafa minta. Yaitu, dengan cara meminta bantuan Al.

Lagi-lagi Ara harus menunggu kedatangan Al sampai larut malam. Kali ini dia sangat berharap jika Al tidak pulang dengan keadaan mabuk.

Tok.. tok.. tok..

"Al."

"Siapin makanan, gue laper."

"Iya Al." Dengan gesit Ara menyiapkan makanan untuk Al, dan sekarang Ara juga berniat membicarakan tentang Kakaknya.

Ara sedang sibuk memasak makanan untuk Al, walaupun rasa ngantuk berulang kali datang tapi Ara tetap melakukan tugasnya sebagai istri.

"Masak apasih lama banget." Tiba-tiba Al muncul dibelakang Ara, sambil memeluknya dari belakang.

"Hah?" Ara masih terkejut dengan sikap Al, setelah pernikahan ini pertama kalinya Al bersikap normal kepada Ara.

"Orang nanya tuh jawab yang bener, bukannya cuman "hah" doang." Al berbicara tepat ditelinga Ara, membuat Ara semakin sibuk mengatur detak jantungnya yang mulai tidak beraturan.

"Ini aku ma---"

Dengan gerak cepat, Al langsung melumat bibir Ara perlahan. Mematikan kompor lalu menggiring Ara ke tembok sambil terus menciumnya, semua Al lakukan hanya dalam waktu hitungan detik.

Awalnya Al melumat bibir Ara dengan perlahan, namun makin lama semakin ganas. Membuat Ara merasakan sensasi yang luar biasa saat berciuman dengan Al. Berulang kali Ara meremas bajunya agar tidak mengeluarkan desahan dari bibirnya. Setelah beberapa menit saling berciuman, Al melepaskan bibirnya namun tetap memeluk Ara. Matanya terus menatap Ara yang terlihat kelelahan hanya karna sebuah ciuman, bibir Al kembali mendekati wajah Ara membuat Ara menggigit bibir bawahnya. Ara memejamkan matanya, menunggu Al untuk kembali menciumnya. Namun, Al malah mengincar telinga Ara kemudian berbisik. "Bisakah kita lanjutkan dikamar sayang? Are you know? I really missing you."































Tbc
Vote and comment guys

It's HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang