"Apa aku terlihat berbohong Ar? Maafin aku Ar, karena aku belum bisa membahagiakanmu. Kasih aku kesempatan sekali lagi Ar, kesempatan untuk bisa membahagiakan kamu seutuhnya."
♡♡♡
"Sepertinya kamu ingin mempermainkan aku lagi Al." Ara masih merasa ragu, itu sebabnya dia sulit untuk percaya dengan semua yang telah Al ucapkan.
"Wajar jika kamu berbicara seperti itu, aku tau jika kamu masih sulit untuk percaya sama aku. Tapi, kali ini aku benar-benar tidak akan menyakitimu Ar karena aku sudah tau semuanya."
"Tau semuanya? Tentang apa?"
"Aku mendengar semua percakapan kamu bersama Dafa, kini aku mengerti bahwa posisi Dafa juga sangat sulit. Jadi, gaada lagi alesan buat aku nyakitin kamu Ar. Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf karena sering menyakitimu." Mendengar permintaan maaf Al yang sungguh-sungguh membuat Ara terharu.
"Kamu gausah minta maaf lagi, yang lalu biarlah berlalu."
"Tapi, aku udah keterlaluan Ar. Menjadikanmu sebagai alasan balas dendamku, aku sadar bahwa aku memang breng------"
"Sssttt... bukankah kamu meminta kesempatan untuk membahagiakanku? Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah berhenti membahas tentang masa lalu."
"Jadi, kamu maafin aku?"
"Of course."
"Makasih Ar, makasih banyak. Mulai saat ini kita akan memulai kehidupan baru, dan aku akan berusaha supaya bisa terus bahagiain kamu Ar. I love you."
"I love you too Al."
"Jadi, bisakah kita melakukan sesuatu yang akan membuat kita semakin dekat?"
"Bisa, kamu ingin kita melakukan apa Al?"
"Tentu saja tidur bersama Ar, apalagi?" Ucapan Al, sukses membuat Ara malu sendiri.
"Kamu sangat mesum Al."
"Aku gak peduli, jadi bisakah kita mulai sekarang?" Sambil mulai memeluk Ara, Al kemudian berbisik "kau tau, aku sangat merindukan bibir manismu."
Seperti biasa Al perlahan membelai rambut Ara, dan menciumi wajahnya dengan lembut. Namun saat akan mencium bibir Ara, Al tiba-tiba berhenti.
"Kenapa Al?"
"Astaga Ara, wajah kamu sangat pucat. Apa kamu masih sakit?"
"Enggak, cuman sedikit lelah Al."
"Harusnya kamu bilang Ar, aku takkan melakukan itu. Maafkan aku."
"Ini kewajibanku Ar."
"Dan kewajibanku juga untuk memperhatikanmu. Sepertinya kamu masih harus beristirahat Ar, atau kita kerumah sakit lagi?"
"Aku gamau ke rumah sakit lagi Al, aku hanya butuh tidur."
"Yasudah, aku akan menjaga kamu Ar."
Dengan sabarnya Al terus menjaga Ara ditengah tidurnya. Sesekali Ara mengigau dan membuat Al semakin khawatir.
"Jagain aku sampe ketiduran kayak gini, makasih banget sayang." Ara terbangun dari tidurnya, saat dia bangun Ara melihat Al sedang tertidur karena kelelahan.
Tak tega melihat Al, Arapun mencoba untuk bangkit dari tidurnya. Dia ingin menyiapkan makanan untuk Al, sebagai tanda terima kasih karena telah menjaganya.
Walaupun masih merasa pusing Ara tetap berusaha untuk memasak didapur. Dengan sisa tenaga yang dia miliki, dia berusaha untuk memasak makanan kesukaan Al.
Setelah selesai memasak Ara langsung menyajikan makanannya dimeja. Disaat itu pula rasa pusing kembali menyerang Ara, keseimbangan tubuhnya kembali goyah.
"Ara!! Asataga, kamu ngapain?" Untung saja Al datang disaat yang tepat. Jika tidak, mungkin Ara akan jatuh.
"Eh- kamu udah bangun? Ini aku nyiapin makanan."
"Kamu ngapain repot-repot? Wajah kamu masih pucat Ar, kamu masih sakit. Astaga.. kenapa kamu maksain diri kamu? Kalo sampe kamu kenapa-napa aku gabakalan bisa maafin diri aku sendiri."
"I'm fine Al."
"Wajah kamu makin pucat, lebih baik kita ke Dokter aja."
"Tap----."
"Udah gausah tapi-tapian! Pokoknya sekarang juga kita ke Dokter."
Dengan terpaksa Ara mengikuti permintaan Al, selama diperjalanan Al terus memperhatikan wajah Ara yang kian memucat.
Sesampainya dirumah sakit, Ara segera ditangani oleh dokter. Sedangkan Al menunggu diluar ruangan. Al terus berharap agar istrinya baik-baik saja.
Hanya membutuhkan waktu 15 menit Ara diperiksa, tak lama kemudian Ara keluar dari ruangan dan langsung menemui Al yang tengah menunggunya.
"Apa kata Dokter tadi? Kamu sakit apa Ar?"
"Aku gak sakit kok. Cuman-------."
"Cuman apa? Jangan bikin aku khawatir Ar."
"Kita bakalan punya anggota baru Al, aku hamil."
"Hah? Seriously??????"
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hurts
CasualeMengenalmu adalah kesalahan pertama dalam hidupku. Menjadikanmu sahabat adalah kesalahan kedua dalam hidupku. Mempercayaimu adalah kesalahan ketiga dalam hidupku. Kesalahan-kesalahan tersebut akan selalu aku sesali selama sisa hidup ini.