"Bisakah kita lanjutkan dikamar sayang? Are you know? I really missing you."
♡♡♡
Mendengar bisikan dari sang suami membuat Ara tersipu malu, pipinya pun berubah menjadi merah seperti tomat. Melihat ekpresi Ara membuat Al tidak tahan lagi, akhirnya walaupun tanpa mendapat jawaban dari Ara, Al langsung menggendong Ara menuju kamar.
Kini mereka berada dalam satu ranjang yang sama. Sekalipun mereka sudah menjadi sepasang suami istri, tapi Ara masih saja merasa deg-degan.
"Gausah malu-malu gitu sayang, bisa kita lanjutkan apa yang tadi sempat tertunda?"
Lagi-lagi Ara hanya memberikan ekspresi malunya tanpa mengeluarkan sepatah katapun, dan Al tau jika istrinya masih grogi. Itu sebabnya Al harus bersikap agresif terlebih dahulu kepada Ara.
Setelah Ara berbaring diatas ranjang, Al mulai membuka seluruh pakaiannya kemudian langsung mendekati Ara. Pelan-pelan Al melumat bibir Ara sambil melucuti pakaian yang Ara kenakan.
"Are you ready honey? Mungkin masih akan terasa sakit. Tapi, aku juga tau kamu menginginkannya bukan?"
"I-y-a Al."
"Good girls."
Setelah mendapat persetujuan dari Ara, Al kembali memulai aksinya. Bahkan Ara terlihat kewalahan saat menghadapi Al. Desahan demi desahan pun keluar dari bibir manis Ara, membuat Al semakin bergairah untuk menjamah istrinya.
Semua rasa bingung, kecewa, dan rasa sakit yang Ara rasakan atas perlakuan Al sebelumnya seakan sirna. Sikap Al yang kembali seperti semula, membuatnya seakan tak peduli. Waktu berlalu begitu cepat, kini baik Ara maupun Al terlihat sangat lelah. Rambut berantakan, ranjang yang tak karuan, ditambah keringat yang keluar membuat penampilan mereka persis seperti sepasang pengantin baru yang telah melakukan pergulatan hebat.
Setelah merasa cukup lama mereka beristirahat, Ara memberanikan diri untuk berbicara soal Dafa kepada Al.
"Al."
"Kenapa sayang?"
"Boleh gak aku minta tolong?"
"Tentu." Al menjawab sambil terus menciumi wajah Ara.
"Ini soal Kakak Dafa, bisa gak kamu bantuin dia keluar dari penjara."
Mendengar kata Dafa, Al langsung berhenti menciumi Ara. Tatapannya berubah menjadi dingin, bahkan lebih dingin dari sebelumnya. Setelah memakai kembali pakaiannya, Al beranjak dari tempat tidur mereka.
"Apa yang salah Al, kenapa kamu bersikap dingin lagi sama aku?"
"BERISIK!!!"
"Al, aku cuman minta tolong aja. Lagian Al kan Kakak ipar kamu juga? Apa salahnya sih nolongin dia."
"Sekali lagi lo ngerengek soal Dafa, maka gue gak akan segan-segan buat jadiin lo seorang PELACUR!!!"
Deg!!
Perkataan Al sukses membuat Ara diam membeku, lidahnya mendadak kelu dan tak mampu untuk mengutarakan sepatah katapun. Air mata Ara kembali menetes dengan deras, bagaimana bisa suaminya berkata seperti itu. Sebegitu hinakah Ara dihadapan Al?
Saat akan beranjak pergi Ara mencekal lengan Al. Dengan wajah yang tertunduk sambil terus menangis, dia memberanikan diri untuk berbicara lagi kepada Al.
"Kenapa kamu nikahin aku Al?" Mendengar pertanyaan Ara membuat Al menghentikan langkahnya.
"Pertama kamu bersikap kasar sama aku Al, kedua kamu mengancam perusahaan Daddy aku, ketiga kamu ingin menjadikanku seorang pe-la-cur. Katakan Al, maksud dari kamu nikahin aku? Apa cuman buat nyakitin aku? Jika iya, kenapa barusan kamu bersikap manis sama aku Al, kenapa?"
Ara terus menangis disela-sela pertanyaannya. Al kemudian melepaskan tangan Ara dari lengannya, lalu tertawa dengan kencangnya.
"HAHA! Suruh siapa jadi cewek kok bego amat? Semua hal yang terjadi sama elo karna kecerobohan lo sendiri Ara. Berawal dari pertemuan kita yang lo kira GAK DISENGAJA, kemudian berlanjut sampai kita akhirnya jadi SA-HA-BAT. Lo fikir gue mau jadi sahabat lo? Lo fikir gue mau ketemu sama lo? Awalnya amat sangat NAJIS buat gue ketemu sama lo, tapi karna keadaan yang memaksa maka mau gak mau gue nemuin lo. Dari awal gue udah ngerencanain buat jadi sahabat lo, gue juga udah nyusun rencana biar bisa ketemu sama lo disaat lo lagi HANCUR-HANCURNYA. Tadinya, sebelum jadi sahabat gue pengen bikin lo jatuh cinta sama gue. Tapi ternyata tanpa perlu susah-susah, lo udah cinta duluan sama gue. Semua itu makin meperlancar jalan gue, disaat hati lo kembali hancur gue bisa lebih mudah memperdaya lo. Masih inget kejadian di kamar hotel? Waktu lo mabok? Dan malam itu pula lo kehilangan KESUCIAN lo? Itu semua udah masuk daftar rencana gue!!! Asal lo tau gue NGAMBIL KESUCIAN LO DENGAN SENGAJA, GUE NGOTORIN TUBUH LO DENGAN KESADARAN YANG PENUH JUGA!!!"
Seluruh tubuh Ara bergetar, seakan tak sanggup mendengar semua kenyataan tentang dirinya. Ara kemudian berteriak histeris dengan air mata yang semakin deras membasahi pipinya.
"BILANG KALO SEMUA YANG LO KATAKAN BOHONG!!!!!!!"
"GUE GAK PERCAYA!!!!"
"LO PASTI BOHONGIN GUE KAN AL??"
"LO PEMBOHONG!!!!!!"
"LO GAK MUNGKIN NGELAKUIN HAL ITU SAMA GUEEEEEEE"
Teriakan dan tangisan Ara seakan menggema diseluruh penjuru rumah. Keadaan Ara terlihat sangat kacau, tubuhnya yang tidak ditutupi sehelai benang ditambah lagi teriakan dan tangisan Ara membuatnya terlihat sangat frustasi.
Al kemudian bergegas menuju gudang, lalu kembali ke kamar dimana Ara berada. Melihat Ara yang terus berteriak membuat Al kehabisan kesabaran, akhirnya Al memutuskan untuk mengikat Ara. Sekalipun Ara terus meronta-ronta tapi tetap saja Al berhasil mengikatnya.
"Dasar cewek gila, kali ini gue cuman ngiket tangan sama kaki lo. Lain kali, gue bakalan bikin lo ngerasain dinginnya lantai RUMAH SAKIT JIWA!!!"
Tanpa menolah lagi ke belakang Al pergi meninggalkan Ara yang terikat diatas ranjang sambil terus berteriak.
Mom, Dad, tolongin Ara. Please ...
Tbc
Vote and comment guys

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hurts
AcakMengenalmu adalah kesalahan pertama dalam hidupku. Menjadikanmu sahabat adalah kesalahan kedua dalam hidupku. Mempercayaimu adalah kesalahan ketiga dalam hidupku. Kesalahan-kesalahan tersebut akan selalu aku sesali selama sisa hidup ini.