Chapter 2 (Hate)

5.9K 740 105
                                    

"Park Jimin ! karena kau kami gagal debut dalam waktu dekat ini. Kau tidak tau betapa susahnya kami berlatih, betapa kerasnya kami menahan semua tangisan yang akhirnya jatuh juga. Betapa kesalnya kami menerima semua olok-olokkan dari orang lain yang memandang kami hanyalah grup tak bermutu. Kami sudah lama bersama, kami sudah lama saling berbagi kekuatan. Tapi, kau datang tiba-tiba, dengan senyum bodohmu, dengan raut tak bersalahmu. Kau... menghancurkan semuanya, Park Jimin !"

.

.

.

Jimin terpaku saat mendengar kata-kata yang terucap begitu lantang, lidahnya kelu tak dapat berucap. Penolakkan langsung yang menohok Jimin hingga ke ulu hatinya. Ia terdiam meski kini tangan Taehyung sudah berpindah pada bahunya, mengusap lembut memberi ketenangan, mengucapkan beberapa patah kata perihal Jungkook adalah yang termuda, yang paling tidak bisa mengendalikan emosinya. Berharap Jimin mengerti, berharap Jimin paham. Ya, Jimin mengerti.. bahwa keberadaannya tidak dibutuhkan di sini. Dia.. hanya pendatang baru yang menghancurkan mimpi mereka semua. Gagal sudah. Jimin hanyalah parasit.

"A-aku akan ke toilet dulu." Izin Jimin, mulai berdiri, menahan air matanya yang hendak menetes, ia melangkah dengan tempo tak beraturan. Awal yang lambat, bertahap menjadi setengah berlari. Menggapai gagang pintu ruangan untuk keluar kembali. Jimin nyaris berlari tepat saat ia melihat pintu toilet, namun yang membuat Jimin tercengang adalah sosok Jungkook yang duduk menyandar dengan kedua lutut terangkat di depan dada. Bocah itu menangis, meski isakkannya tak terdengar, namun Jimin dapat melihat bahu yang bergetar begtiu hebat.

Jimin mulai ragu untuk merajut langkah lagi, ia menggigit bibir merah alaminya dengan gugup, mematai Jungkook yang masih belum sadar akan keberadaannya. Jimin berpikir dalam keterdiamannya, jika ia hanya bersikap egois dan berusaha tak mempedulikan Jungkook yang membencinya, lalu menggapai mimpinya yang setinggi langit, maka Jimin hanya akan mencapai mimpinya tanpa ada rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Jimin tidak mau seperti itu, ia datang jauh-jauh dari Busan, mendapat kesempatan untuk menjadi trainee di sini, dan Jimin berharap ia mendapatkan sebuah grup baru yang lebih dari sekedar grup. Jimin ingin mempunyai sebuah keluarga di sini, sebagai pengganti ayah ibunya, sebagai pengganti adiknya, Park Jihyun.

"J-Jungkook." Jimin menepuk pelan bahu bocah yang dua tahun lebih kecil darinya tersebut. Hal itu sedikit membuat Jimin terkagum, sebab dia berhasil menghampiri Jungkook meski sekarang rasanya ia benar-benar gugup bukan main.

Kepala itu terdongak, menampakkan wajah mungil yang penuh air mata dan onyx besarnya yang memerah.

Jimin sedikit tersentak, kagum pada paras Jungkook yang menawan. Bocah itu benar-benar imut dan mempesona. Dia.. benar-benar membuat Park Jimin memekik gemas dalam hati.

"Apa mau mu, sialan ?!." Tapi tidak dengan kata-katanya. Jungkook benar-benar bermulut tajam, tak pantas untuk anak seusia nya yang seharusnya sibuk tersenyum imut menampakkan gigi kelincinya, atau berteriak riang ketika medapatkan kaset game terbaru. Jungkook harusnya bersikap manis dan penuh pesona yang membuat orang sekitar nya tertawa, persis seperti yang Jimin lakukan saat umurnya sepantaran Jungkook. Tapi bocah itu benar-benar dingin, berbisa dan mampu membuat hati Jimin berdenyut nyeri.

Jungkook, bocah itu tak seperti yang Jimin bayangkan.

"A-aku minta maaf, karena sudah membuatmu kesal. A-aku.." Jimin menggigit bibir bawahnya, mengusap tengkuk dalam detik yang terus berlalu, mencuri pandang pada Jungkook yang terus menampilkan wajah penuh kemarahan yang coba ia pendam.

".. Aku benar-benar minta maaf karena menghancurkan mimpi kalian untuk debut dalam waktu dekat ini." Jimin nyaris menangis, ia masih muda, sama seperti Jungkook. Ia masih sensitif tapi Jimin adalah anak yang kuat. Kedua matanya berbinar penuh kepolosan, pipinya yang gembil terlihat menggemaskan. Jimin adalah orang yang mampu mengontrol emosi dan tersenyum meski ia sakit sekalipun.

Forever Young (KookMin / Jimin Always Uke) (#WATTYS2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang