Chapter 3 (Teenagers)

5.2K 704 130
                                    

-JEON JUNGKOOK !!!!

Jimin nyaris menjerit seperti gadis tepat setelah Jungkook semakin mengeratkan pelukkan mereka. Sedikit membuat Jimin berjengit merasakan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya, menyebarkan rasa tenang menentramkan hati. Pelukkan ini lebih nyaman dari pelukkan ibu atau ayahnya, bahkan pelukkan Jihyun sekalipun.

"Tae-hyung, aku.. rindu orang tua dan hyungku di Busan." Suara itu sedikit parau, mungkin efek baru bangun tidur atau.. sesuatu yang tak Jimin ketahui, misalnya tentang kabut yang mulai muncul di pelupuk mata Jungkook. Jimin tak mau dulu mengira.

Hanya diam yang menjawab perkataan dari si yang lebih muda. Jimin tak bisa bersuara jika pada akhirnya ia akan membuat keributan tengah malam seperti ini, Jimin tidak ingin itu terjadi. Jadi, sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah meremas pelan baju yang melindungi dada Jungkook yang kurus.

"Kau sudah tidur ya, hyung ?." Terdengar helaan napas dan kekehan pelan yang mengiringi usapan lembut di kepala Jimin. Membuat yang lebih tua sedikit terlena. Saat petir menggelegar, saat hujan deras turun, saat ia merindukan ayah, ibu dan adiknya, saat itulah Jimin butuh usapan lembut dan lullaby menenangkan. Dan Jungkook memberikan hal itu padanya untuk saat ini.

"Hah, padahal aku mau bercerita banyak hal-" Suaranya sedikit lantang seperti sedang bersemangat meski petir sesekali terdengar di luar sana, ditemani rintikkan hujan yang jatuh menimpa atap dorm mereka. Jimin hanya diam, mendengarkan dalam degup jantungnya yang memburu.

Jimin pikir Jungkook sudah tertidur, atau ia melamun memperhatikan lambaian gorden yang diterpa angin, "Mungkin tentang ayah dan ibu atau.. tentang debut kita yang tak pasti." Tapi kalimat itu keluar tiba-tiba, suara Jungkook berubah lirih, nyaris seperti menangis. Membuat Jimin semakin meringkuk. Ia mengerti akan perasaan Jungkook, bocah dua tahun lebih muda darinya yang rela mengorbankan masa mudanya yang biasanya dihabiskan di game center ataupun keluar bersama teman seusianya untuk bermain bola, kini harus digantikan dengan latihan ekstra seperti dance, vokal dan rap. Dituntut untuk bisa ini dan itu. Menjadi yang sempurna tanpa cela. Menekan semua emosi saat bentakkan akibat kesalahan yang dilakukan menyambangi telinga.

Dan Jimin benar-benar merasa bersalah disaat Jungkook mengharapkan mimpinya dalam waktu dekat ini, nyatanya harus ditunda karena kehadirannya. Kalau boleh memilih, Jimin ingin ia lebih cepat masuk ke dalam grup ini. Mereka berlatih dari awal dan debut diakhir bersama-sama pula. Tapi Jimin datang terlambat, menuai rasa yang membuatnya menjadi seperti parasit tak berguna.

Pelukkan itu semakin mengerat, tapi bahu Jungkook turun sedikit hingga Jimin dapat merasakan kepala Jungkook menyusup di lehernya. Hanya ada deru napas yang pelan, menyebar hangat dipermukaan kulit yang membuat Jimin sedikit tergelitik, tanpa sadar sudah membuatnya semakin mencengkram kaos Jungkook.

Hanya keheningan dan hangat dari pelukkan Jungkook serta hembusan napas di bocah berumur 14 tahun yang terasa. Jimin hanya diam, mengira-ngira dalam benak tentang apa yang Jungkook lakukan, apa bocah itu hanya diam.. atau tertidur ?. Dan Jimin pikir spekulasi nomor dua yang berkemungkinan besar.

Tapi.. tidak. Jimin salah besar, ini tidak sesuai dengan dua perkiraannya, sebab sekarang ia merasakan deru napas hangat Jungkook yang memburu di lehernya dan satu isakkan yang lolos dari bibir tipis merah alami. Jimin tercekat, tubuhnya menegang dalam keadaan kamar yang masih gelap gulita, hanya ditemani siluet dari kilat di luar sana.

Jungkook menangis, sesegukkan begitu menyakitkan. Menumpahkan semua emosi yang ia rasakan, melepaskan sikap datar dan sok tegarnya yang selama ini selalu ia tampakkan. Jungkook begitu rapuh, lemah dan sensitif untuk anak seusianya. Jungkook yang termuda, Jungkook yang paling membutuhkan perlindungan dan kasih sayang. Jungkook yang sudah berusaha begitu keras untuk menjadi yang terbaik.

Forever Young (KookMin / Jimin Always Uke) (#WATTYS2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang