Terkadang aku di cerca oleh banyak pertanyaan yang berkecambuk dalam diriku sendiri.
Siapakah dia?
Mengapa aku begitu mencintainya?
Apakah dia mengenalku?Jika aku jawab dan pikirkan semua pertanyaan tadi rasanya aku ini bodoh sekali mencintaimu yang tak sama sekali ada dalam keseharian ku.
Kau jelas tak mengenalku namun mengapa aku bisa mencintaimu.
Mengapa hadir rasa seperti ini lagi dalam hari hariku.Rasa yang mungkin aku benci. Karena aku tak pernah bisa merasakan rasa ini pada bagian indahnya.
Lalu kini apa?
Menjadi pengagum rahasia, rasanya sudah cukup bagiku.Mencintai mu dari jauh.
Menikmati punggung mu di belakang.
Memeluk bayangmu yang tak lain hanyalah imajinasiku.Huhfffff bodohnya aku.
Mengiyakan sebuah rasa yang jelas tak akan menjadi seperti yang ku harapkan.Tak tahu dirinya aku.
Lagipula lelaki sepertinya mana mau bersanding denganku.
Bahkan untuk melihat kearahku pun aku tak yakin dia sudi.Ah.... Sudahlah....
Mungkin memang harus seperti ini dan selalu seperti ini.
Sebuah kisah yang akhirnya air mata.
Karena itu lah aku.
Kisah cinta di balik dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retorika Tak Terjamah
PuisiMencinta tanpa kata tidaklah seharusnya. Mengukir senyum saat sebenernya tak ingin ada. Melayangkan tanya yang tak pernah terjawab. Bukan.. Rasa selalu tahu kemana ia akan bertandang. Tidak ada yang salah mengenai tempat berlabuh. Hanya saja...