Kuresapi setiap sayup angin di sisi kiri.
Tempat kau biasa bersandar dan melupakan dunia.
Syair lama selalu benar adanya.
Membawa ragaku kembali kepada halaman-halaman awal sajak ini.
Yang bukan apa tidak akan menjadi siapa.Ada yang menggebu, meronta dilucuti kenyataan.
Tersedu di sudut ruang meski tangisnya sia-sia.
Meratapi imaji, dan sadar akan dosa diri.
Salahnya memang seharusnya tak usah peduli sejak sebelum mati.Usah lagi dirisaukan, semuanya tak akan terlewatkan.
Cukup terimakasih untuk setiap kalimat cerita yang malangnya tak pernah tuntas.
Entah dengan irama apa kau resapi,
Dalam baris ini aku berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retorika Tak Terjamah
ŞiirMencinta tanpa kata tidaklah seharusnya. Mengukir senyum saat sebenernya tak ingin ada. Melayangkan tanya yang tak pernah terjawab. Bukan.. Rasa selalu tahu kemana ia akan bertandang. Tidak ada yang salah mengenai tempat berlabuh. Hanya saja...