Penutup

159 7 1
                                    

Kuresapi setiap sayup angin di sisi kiri.
Tempat kau biasa bersandar dan melupakan dunia.
Syair lama selalu benar adanya.
Membawa ragaku kembali kepada halaman-halaman awal sajak ini.
Yang bukan apa tidak akan menjadi siapa.

Ada yang menggebu, meronta dilucuti kenyataan.
Tersedu di sudut ruang meski tangisnya sia-sia.
Meratapi imaji, dan sadar akan dosa diri.
Salahnya memang seharusnya tak usah peduli sejak sebelum mati.

Usah lagi dirisaukan, semuanya tak akan terlewatkan.
Cukup terimakasih untuk setiap kalimat cerita yang malangnya tak pernah tuntas.
Entah dengan irama apa kau resapi,
Dalam baris ini aku berhenti.

Retorika Tak TerjamahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang