Deras (III)

68 16 1
                                    

Hujan lebat lagi hari ini.
Kenapa Aku selalu lupa membawa payung,
cuaca sungguh tidak bisa ditebak.

hahaha....

Akuu tertawa kecil memikirkan kata-kata yang barusan keluar dari bibirku.
Cuaca saja kadang tidak bisa di tebak apalagi menebak kepribadian milyaran orang-orang yang bernyawa di kota ini.

Kata mereka hujan itu romantis dan dengan berbagai teori beserta filosofi yg berbeda dari setiap orang yg membenci hujan ataupun mengaguminya.

Aku ada di antara pilihan pertama.
Aku benci hujan karena hujan mengingatkanku pada wanita jahat itu.

Sosok yang orang lain akan memanggilnya dengan sebutan ibu,
sosok panutan yang surganya ada di bawa telapak kaki.

What ?

lucu sekali bila harus ku ambil pemikiran mereka, untuk kusatukan dengan apa yang wanita jahat itu lakukan pada aku dan ayah.

Apa kalian pernah melihat gadis seumuran 14 tahun menangkap basah.
ibunya bermaksiat di rumah dengan pria tidak di kenal.
bisa kalian bayangkan aku yg sepolos itu menyaksikan secara langsung adegan sialan yang menjadi rasa traumaku hingga detik ini.

Kalian bisa bayangkan seberapa paniknya aku saat kejadian itu.
Ingin rasanya aku menelpon ayah dan memberitahu semua keadaan ini.
Tapi aku tak sanggup menyakiti hati ayah.
Ibu mendapati aku yang berdiri di depan pintu kamar lalu melihat kearahku.
Mungkin dia juga panik.
sedangkan laki-laki bangs*t itu masih menatapku dengan tatapan berdosa.
Hahaha manusia bangs*t
rasanya ingin ku tonjok wajah mereka berdua
hingga mati diatas tempat tidur.

Aku hanya menangis dan terus menangis.
Aku benci mereka tuhan.
Diluar hujan sangat deras tapi aku tidak peduli.
Aku terus berlari kehalaman depan rumah dan diguyur deras air hujan yang membuat dadaku semakin sakit. padahal badanku baru seminggu ini sembuh dari demam.

Ayah. Ayah datang astaga aku harus bagaimana? Ayah tidak boleh masuk.
Ayah tidak boleh tau apa yang sedang terjadi. Celakalah semua ini.

"Hei, anak ayah kenapa main hujan.
Kamu kan masih sakit, nanti ibumu bisa marah kalau tau ini ,ayo cepat masuk dan temanin ayah sarapan siang."

"Ayah. Bisakah kita diluar saja atau kumohon ayah ajak aku bermain kemanapun. Aku bosan dirumah."

" Nanti ya sayang. Ayah harus balik kekantor lagi. Ayah hanya mampir sebentar untuk mengambil berkas yang tertinggal di kamar dan mari kita makan siang bersama."

Sebelum sempat kutahan ayah lebih lama.
Bahunya mulai membelakangiku dan sudah ada di dalam rumah.

Precious ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang