Sisi yang lain (VIII)

44 13 1
                                    

Rea: "Kamu tidak penasaran dan ingin bertanya. Bagaimana aku bisa tau?"

Olin: " Untuk apa, palingan biar balas dendam dengan obrolanku yang semula."

(Rea tidak menanggapi ucapanku dia menatapaku seketika dan melanjutkan memainkan gadgetnya.)

Kami berdua mulai mematung suasana meja kami yang terasa hening.
Dua gelas minuman yang di tunggu sejak tadi telah di sajikan di atas meja kami berdua.
Dan untuk kesekian kalinya lagi aku benci situasi canggung seperti ini.
Mau tidak mau aku yang terus memaksanya berbicara

Olin: "Kenapa suka chocolate."
Rea: "Kenapa suka cappucino? "

(Dan untuk kedua kalinya dia membuatku jengkel untuk apa aku bertanya jika jawabanku belum di jawab dia malah meng-copy paste pertanyaanku untuk bertanya kembali)

(Sabar olin sabar, mari kita hadapi gadis senyum palsu yang menyebalkan ini.)

Olin: " Aku suka campuran perpaduan antara rasa kopi , krim susu dan susu yang menyatu dalam satu gelas ini, tidak terlalu manis tapi rasanya tetap melejit di lidah. Lalu kamu apa istimewanya latte?"

Rea: "Tidak ada yang istimewa, aku hanya memesannya saja tergantung mauku dan seleraku bisa berubah kapan saja"

(Rea mengeluarkan kertas dengan amplop berwarna merah jambu diatas meja)

Olin: "Apa ini ?"
Rea: "Dibuka saja kalau kamu penasaran?"

Aku lalu mulai membuka kertas itu dan hasilnya zonk.
Untuk kesekian kalinya aku merasa di permainkan lagi.
Gadis aneh ini sebenarnya maunya apa? kesabaranku mulai tak bisa ku tahan lebih lama lagi.
Olin sabar kamu harus sabar olin.

Olin: "Kertas kosong?"
Rea: "Yes.."
Olin: "Untuk apa? Untuk apa menunjukkan kertas kosong padaku?"
Rea: "karena masih kosong, tulislah sesuatu untuk bisa dibaca."

Precious ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang