Tukar pikiran (XXI)

8 1 0
                                    

Kami tiba di salah satu kafe tempat favorit kami berdua biasanya makan, aku selalu berfikir kenapa hampir setiap waktu kita disini.

menu yang di pesan kita berdua tidak lain dari nasi goreng hahaha .. padahal ada menu yang lain di kafe ini ,tapi karena sudah kebiasaan jadi tidak lain tidak bukan menu andalan kami yaitu nasi goreng.

Aku masih ingat ,dia suka nasi goreng kambing sedangkan aku nasi goreng seafood.
Aku suka jus semangka dan dia suka jus alpokat dengan catatan susu putih bukan susu cokelat.

Entahlah ,aku pernah beradu argumen dengannya menurutku perpaduan alpokat dan susu cokelat lebih menyatu di bandingkan susu putih ,tapi justru jawaban yang ku peroleh dia bilang lidahku bukan lidah kelas menengah atas! (Dasar pria aneh)

Lamunan flashback yang sedari tadi muncul di pikiranku mendadak di kagetkan.

"Makan-nya yang di area outdoor aja yuk biar sambil main ikan.."

"Oke ,lu cari tempatnya. gua ngantri disini bentar biar ngambil menu."

"Siap ibukk olinzaaaaa."

Aku melihatnya berjalan ke arah luar dan mengambil meja paling pojok. Aku lalu menulis menu, memberikan di kasir, menunjukan tempat meja yang kami pesan, membayar dan berjalan menghampiri putu.

"Menu-nya mana? Kok tangan kosong!"

"Udah gua pesan, nasi goreng kambing + jus alpokat dengan catatan susu putih bukan susu cokelat."

"Dan lu pasti pesan nasi goreng seafood lagi haha..pesan yang lain lagi dong makan sepuasnya gua yang traktir hari ini, gausah khawatir!"

"Sudah lama banget lu nggk ke sini ,sampai-sampai lu juga lupa harus bayar dulu sebelum makan hahaa." (Aku tertawa sambil mentapnya)

"Hahaahaha iya nih terlalu nyaman di bali,
lagian ke jakarta mau nyari apalagi? kesini juga karena lagi libur semester kuliah . lagian demi ketemu lu lagi gua rela nabung ini haha .. jadi sebagai rasa keadilan yang tinggi gua juga rela lu yang traktir."

"Halah emang dasarnya ada maunya hahaa.."

(Senyum yang terpapang jelas di wajahnya mampu menghilangkan rasa sepiku)

Makanan yang sudah di sajikan di atas meja kami berdua dimakannya dengan lahap,
Aku menikmati suasana seperti ini dimana kita duduk bersama ,makan bersama , berbagi cerita dan bertukar pikiran.

"Bokap lu kemana? Nyokap tiri lu dimana? Dirumah cuma kalian bertiga aja?"

"Tante nara nemenin ayah ngurusin proyeknya yang di malaysia palingan sebulan lagi balik indo, Lu sendiri gimana. Tante eci sehat-sehat ajakan?"

"Alhamdulillah nyokap gua sih sehat cuma ya gitu.."
(Dia terlihat diam dan tak melanjutkan ucapannya)

"Ya gitu gimana?" (Tanyaku penasaran)

"Banyak banget sebenarnya laki-laki yang datang ngelamar nyokap lagi. Cuma guanya aja belum click diantara mereka jadi gua nggak pernah ngizinin!"

"Tapi kalau nyokap lu nyaman lu harus rela dong,bukankah lu juga ingin liat dia bahagia."

"Tapi gua belum siap buat ada yang ganttin posisi bokap.." (tatapan mata yang berubah sayu)

"Yaudah tapi lu ga boleh kelamaan mikir harus cepat-cepat ngasih keputusan yang tepat dan jika ingin menolak berdiskusilah sama nyokaplu."

"Iya gampanglah , gausah bahas mereka dulu kan gua kesini niatnya main bukan curhat!"

"Ia iaa ..sorry..."

Jadi buat kalian yang nggk tau, sebenarnya putu dan gua dulu tetanggaan. Keluarga kami cukup berhubungan baik dengan mereka,mama adalah temannya arisannya tante eci.

Sejak mama pergi ninggaalin aku dan ayah.
ayah yang selalu sibuk kerja hingga jarang sekali dirumah, tante eci seorang yang mengurusku.

Sejak saat itu aku menjadi akrab dengan putu. Pergi-pulang sekolah diantar bersama, di buatkan makanan, bahkan les bersama di rumah mereka.

Sejak ayahnya putu sakit-sakitan dan meninggal karena penyakit jantung.hidup mereka di jakarta menjadi sedikit sulit, tante eci dan putu memutuskan untuk kembali pindah di bali saat itu kami berdua berumur sekitaran 16 tahun di tingkat bagian ke dua kelas XI SMA .

Ayah membantu semua perpindahan mereka dan rumahnya yang di jakarta di jual.
Ayahku dan tante eci juga masih berteman baik karena almarhum  ayahnya putu menitipkan amanah untuk selalu menjaga mereka berdua.
Jadi hubungan aku dan putu sudah seperti keluarga.

Saat kami berdua sedang asik-asiknya memberi makan ikan.
Hp ku bergetar tanda panggilan masuk dari ayah,

Ada apa ini kenapa ayah menelpon...

Precious ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang