Kenapa harus kembali (XIX)

10 1 0
                                    

Kehidupanku di ruang lingkup kelurga baru ini membuatku cukup sakit kepala.tiada hari yang spesial, hanya saja selalu terjadi perkelahian kecil yang diributkan rea. Bertengkar memperebutkan kursi di meja makan, berkelahi karena mas welin terlalu asik mengobrol denganku ,bahkan bau pewangi diruang tamu yang tidak sesuai dengan penciuman-nya dijadikannya sebagai masalah besar.

Benar-benar anak manja yang menyebalkan.
Tapi mau di apakah-kan lagi ,mungkin sewajarnya dia berlaku seperti mencari perhatian. seolah-olah merasa dialah penguasa tempat ini  jadi aku harus menghargainya. Padahal aku justru semakin tidak peduli dengan tindakan anak kecil yang dia lakukan.

Dari pada memikirkan semua kekacauan yang di timbulkan rea dan membuatku semakin sakit kepala. Lebih baik aku tidur saja lagian aku juga masih dalam masa liburan kuliah.

"Assalamualaikum, permisi.."

"Siapa ya ?"

"Bisa ketemu olin ?"

"Nggk ada yang namanya olin dirumah ini!"

"Tapi,aku pernah kesini. Rumahnya dijualkah?"

"Enak aja dijual, Dari dulu gua tinggal disini. Dan nggak ada yang namanya olin. Salah alamat kali lu atau jangan-jangan lu ilang ingatan kali. yodah ya gua mau nonton drama korea lagi. pulang sana!"

Baru juga hampir tertidur malah panggilan telpon masuk yang berdering membuatku terbangun,
eh si putu nelpon . Tumben banget..

"Halo iya gimana putu?"

"Lu dah pindah rumah? Kok nggak bilang-bilang !"

"Siapa yang pindah rumah nyet! Lu jangan aneh-aneh deh."

"Sekarang gua ada di depan rumah lu dan tadi pas gua ketuk pintu katanya nggk yang namanya olin dan lebih parahnya lagi gua di usir pulang."

"Aseemm.. Pasti kerjaan si rea. Lu jangan dulu kemana-mana gua ke bawah sekarang."

(Aku lalu menuruni tangga untuk ke lantai bawah dan membukakan pintu untuk putu)

"Wahh tumben lu ke jakarta, sorry deh masalah tadi kerjaan saudara tiri gua biasa."

"Lah, buset 4 bulan gua gak balik jakarta bokap lu udah kawin lagi wkwkw"

"Bukan kawin lagi nyet, justru nyokap gua yang istri kedua. Ceritanya panjang deh ,lu masuk dulu jangan kayak gembel depan pintu."

"Hahaha.."

Dengan amarah yang tidak bisa di kontrol aku dan putu menghampiri rea di ruang tamu,Aku yang terbawa arus emosi mulai berbicara ketus padanya..

"Kekanak-kanakan banget sumpah, gua diam bukan berarti lu bisa seenaknya sama gua. Cara lu nggk asik banget re"

"Apa lagi sih! bawel banget. Gua tuh lagi nonton nggk bisa apa lu sehari aja gak cari masalah!!"

Bukannya minta maaf dia justru makin memberontak,padahal sudah jelas yang mencari perkara adalah dia semua. Aku yang tak mau menurunkan egoko terus ikut menanggapi pertengkaran ini perang adu mulut terjadi lagi.

"Tapi lu itu nggk punya sopan santun ,bisa-bisanya lu ngusir teman gua. gua aja bahkan nggk pernah perlakuiin teman main geng-lu yang datang kesini kayak gini."

"Ha, lu muji-muji diri lu seolah-olah merasa paling santun di depan laki-laki ini. Hebat banget lu,kalu mau pacaran diluar sana nggak usah di rumah gua."

Tangan yang dari tadi sudahku gempal dan ingin sekali menonjoknya mampu di tahan oleh putu dan mas welin yang melerai pertengkaran ini.

"Putu, maaf ya kalau kejadiiannya menyambut lu dengan suasana tidak mengenakan seperti ini. tunggu disini bentar,Gua ganti baju dulu deh biar kita nongkrong di luar aja."

"Ia woles aja , sana buruan ganti jangan lama."

Aku lalu ke kamar sejenak dan meninggalkan putu, rea dan mas welin di ruang tamu keluarga..

Precious ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang