Mari bertingkah seolah tak pernah ada apa-apa diantara kita.
Lukamu, lukaku, kisah kita, mari sama-sama membuangnya.
Sakit atau tidaknya, mau tak mau kita harus begitu.
Sebab kini, kita telah berada masing-masing di pelukan orang yang berbeda--bahkan sebelum kita saling memiliki satu sama lain.
Kau tahu, tak pernah sekalipun terbersit niat untuk melepaskan. Hanya sedang menanti waktu yang tepat; dimana aku tak lagi menjadi seseorang yang tak mampu bertahan pada satu pilihan--lalu kemudian datang kepadamu.
Sayangnya, kamu memilih untuk menyerah sebelum aku memperbaiki diriku. Aku bisa apa? Tak ada.
Dan ketika kamu memutuskan untuk berjalan ke arah orang lain, aku merasa bahwa semua ini sia-sia. Tak ada gunanya.
Kamu menyerah sebelum mendapatkan.
Kamu meninggalkan sebelum memiliki.Mengapa aku tidak?
Walaupun pada hakikatnya kita tahu, melepaskan suatu hal yang hampir tergenggam bukanlah hal yang mudah. Takkan pernah mudah.
Tapi mari berusaha saling melupakan. Bertingkah layaknya kita tak pernah saling mencintai; tak pernah saling berharap untuk bisa bersama.
Kamu dengan pilihan hatimu,
begitu pula aku dengan ia yang membuatku keluar dari luka yang kau beri; yang menjeratku begitu dalam.Mari sama-sama berjuang, saling mengusir nama dari hati masing-masing--meski pada akhirnya aku tahu, semua itu tak ada gunanya ketika kenangan tentang kita tetap tertanam di ruang ingatan.
***
@svannieann
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Break
Poetry#104 in Poetry [17-04-17] ••• Teruntuk, para pengunjung hati yang datang silih berganti. Terima kasih, karena telah pernah singgah di hidup saya, sekedar untuk membuat saya paham pahit manisnya realita percintaan. Dan sajak ini tercipta ketika say...