Ini dia part yang kalian tunggu..cepet kan ya?? iya dong. Oh iya kali ini aku bikin dari sudut pandang Raffa. Soalnya kalian pengen tahu juga kan gimana perasaan Raffa yang sebenarnya. Nah selamat membaca :)
Raffa’s POV
Aku membanting pintu ini keras-keras. Hatiku teriris melihatnya menangis seperti tadi. Tapi logika ku bilang inilah yang pantas dia terima. Aku memejamkan mata menahan gemuruh di dadaku. Aku sudah membulatkan tekad untuk menyakitinya sampai dia tidak akan bisa merasakan cinta lagi. Aku akan menghancurkan dia sampai di titik terendah. Aku berbalik memandang pintu kamar Clarissa dengan rasa bersalah. Apa benar tindakan yang aku lakukan sekarang? Aku menggeleng menghilangkan keraguan di otak ku. Ini benar demi Mas Bian.
Aku sudah merencanakan rencana ini sejak mengetahui Clarissa lah yang membuat Mas Bian bersedih. Ingatan ku kembali memutar kejadian dua setengah tahun yang lalu
Flashback
Aku sedang menatap laptop ku dengan terkantuk-kantuk. Seperti biasa aku akan chatting dengan pacar-pacar ku. Aku terkikik geli ketika salah satu pacar ku- entah sejak kapan jadi pacar ku- mengirimkan foto seksinya kepadaku. Gadis ini sangat bodoh karena mau-maunya berpose seperti ini untukku. Walaupun aku seorang playboy aku hanya sebatas berciuman dengan pacar-pacar ku. Aku tidak pernah melangkah sampai tahap yang keterlaluan.
“Dasar wanita bodoh” gumamku
Aku ingin mengakhiri Chatting dengan pacar-pacar ku ketika akun skype Mas Bian online. Aku mendial akun Mas Bian.
“Mas Bian kok belum tidur?” kataku
Dia hanya tersenyum kecil di seberang sana “Belum ngantuk, kamu sendiri?”
“Biasa lah Mas, ngurusi urusan”
“Paling juga ngurusi urusan sama pacar-pacar mu”
Aku tertawa karena Mas Bian bisa menebak dengan benar. Sedetik kemudian hening. Aku menyadari bahwa Mas Bian sedikit berbeda. Biasanya dia akan mengoceh atau paling tidak menggoda ku ketika menggobrol dengan ku. Walaupun Mas Bian hanya kakak angkat ku dia menyayangi ku seperti menyayangi adiknya sendiri. Bahkan Mama dan Papa pun sepertinya lebih menyayangi Mas Bian. Aku sedikit iri dengan itu semua walaupun aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu
“Hei Mas”
“Mas”
Mas Bian sepertinya melamun sampai-sampai tidak mendengar suara ku.
“MAS BIAN”
“Apa sih kamu?”
“Ada apa Mas?”
Dia menggelengkan kepalanya. Aku jadi yakin dia sepertinya ada masalah.
“Ngomong dong Mas”
“Gak apa-apa kok”
“Masalah itu jangan di pendam sendiri Mas. Mas gak anggap aku adik?”
Kata-kata itu terbukti manjur. Walaupun aku tidak suka ada orang yang berkata seperti itu kepada ku. Kesannya memaksa. Tapi apa boleh buat.
Kulihat dari layar monitor ku Mas Bian mengela nafas. Aku tahu dia akan menceritakan masalahnya.
“Mas mau putus?”
“Tidak biasanya kalo putus lesu begitu.”
“Mas sayang sama gadis ini. Cinta malah”
Aku terbelalak kaget mendengar ucapannya. Apa tidak salah dengar? Baru pertama kali ini Mas ngomongin tentang cinta
“Trus kalo cinta kenapa putus sih Mas?”
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Will Never Change
Teen FictionClarissa Forleria Wilson seorang gadis SMA yang sedang masa pemulihan trauma akibat sebuah kecelakaan yang menewaskan kekasihnya akhirnya dipindahkan orang tuanya ke Indonesia. Clarissa tidak tahu dibalik kepindahannya itu ada rencana yang disembuny...