Twelve

13.1K 365 66
                                    

Zee memeluk erat boneka teddy bear coklat dalam pelukannya. Hati kecilnya menginginkan moment di hadapannya tersebut. Moment di mana seorang ibu menjemputnya sekolah, mencium keningnya atau menanyakan bagaimana harinya di sekolah. Zee tak punya moment seperti itu bahkan tak ingat terakhir kali ia bersama sang ibu. Bahkan hanya wajahnya saja ia tak ingat sama sekali. Zee kecil menunduk lalu memainkan kakinya kedepan ke belakang sesuai gerakan ayunan yang ia duduki.

"Zee?"

Gadis kecil itu mendongkakan kepalanya.

"Bibi, ayo pulaang" Zee segera turun dari ayunan tersebut.

Sekali lagi ia menengok pada seorang ibu dan anak yang sedari tadi ia perhatikan. Mengetahui itu bibi Marie menghela nafasnya. Malang sekali nasib Zee kecil. Bibi Marie menarik tubuh kecil itu lalu menggendongnya di punggung. Zee kecil terkejut namun selanjutnya ia tertawa. Sesekali bibi Marie menirukan suara pesawat terbang dan berlari kesana kemari.

Benar-benar kenangan yang indah bukan ?

Zee terdiam. Ia menatap kosong peristirahatan terakhir bibi Marie nya. Semua orang sudah pergi tapi ia, Harry dan Nathan masih saja disini memandangi batu Nisan bertuliskan nama bibi Marie. Rasanya baru kemarin Zee merasa bibi Marie menggendongnya. Tapi detik ini ia melihat bibi Marie kesayangannya sudah tak Ada lagi. Hatinya sakit. Tapi air matanya sudah terkuras habis. Kini hanya Ada tatapan kosong dalam sorot matanya. Harry menyadarinya. Gadis kecilnya benar-benar terpukul atas kejadian ini. Bibi Marie sudah seperti ibu angkat baginya. Lelaki itu refleks memeluk bahu kecil Zee dan mengelus bahunya. Ia mencoba menyalurkan kekuatan untuk gadis kecilnya.

"Let's go home honey" ucap Harry nyaris berbisik.

Zee tak berkata apapun. Ia hanya menurut dan mengikuti langkah Harry. Di belakangnya Nathan mengikuti keduanya. Zee segera menghempaskan tubuhnya ke kursi belakang dan memposisikan tubuhnya untuk berbaring. Kepalanya sakit karena terlalu banyak menangis dari pertama saat Luke.. Luke! Zee tersentak lalu buru-buru merogoh kantong celananya. Ada banyak telephone dan pesan singkat di handphone nya dan semua itu dari lelaki berambut pirang itu. Zee memijat pelipisnya. Ia merasa jahat karena tak mengucapkan terima kasih padahal Luke yang mengantarnya ke rumah bibi Marie.

To:Luke
Luke aku benar-benar minta maaf.. Terima kasih kau telah mengantarku tadi

Pesan itu terkirim dan dibaca detik itu juga. Apa Luke menantikan kabar darinya ?

From: Luke
Kau baik-baik saja? Aku turut berduka Zee. Bisakah aku menemuimu? Aku benar-benar khawatir. Setidaknya biarkan aku melihat kau baik-baik saja..ah tidak. Setidaknya beri aku sebuah pelukan atau mungkin ciuman jika kau benar-benar berterima kasih. Aku benar-benar tak tenang.

[REVISI] Barbie Girl [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang