Konten 18++ mohon kebijaksanaan pembaca, bagi yang dibawah usia 18 harap tidak membacanya!!Happy reading
Hope you enjoy the storyGaluh pov
Enam bulan sudah usia hubungan kami, cinta yang kami punya semakin dalam.
Malam ini langit sangat cerah, tak ada awan hitam yang menghalangi cahaya bulan ataupun gemerlap gemintang yang bertaburan menghiasi langit hitam. Kami berdiri berdampingan di balkon kamarku, menikmati indahnya kota disaat malam.
Kupandangi wajah indah pujaan hatiku yang tengah terpejam menikmati semilir angin malam yang berhembus. Jengkal demi jengkal kutelusuri, mulai dari alis matanya yang tebal, bulu matanya yang lentik, hidungnya yang tinggi, bibirnya yang penuh dan rahangnya yang tegas. Aku tak mau lagi kehilangan wajah ini yang begitu aku rindukan, yang aku cintai segenap hatiku.
Rama membuka matanya dan menoleh padaku.
"Aku tahu kau memandang wajahku sedari tadi. Apa ada yang aneh dengan wajahku?" tanyanya.
Aku tersenyum, kudekatkan tubuhku padanya dan kupeluk tubuhnya. Kuhirup aroma tubuhnya yang khas, aku sangat suka dengan aroma tubuh itu.
"Tak ada yang aneh dengan wajahmu. Kau sangat sempurna bagiku. Aku hanya merindukan wajah indahmu, merindukan dirimu yang sangat aku cintai" ucapku sambil mempererat pelukanku.
Rama membalas pelukanku dan mencium puncak kepalaku.
"Aku juga sangat mencintaimu, Sayang" bisiknya ditelingaku.
Tak dapat kulukiskan apa yang kurasakan saat ini, hatiku benar-benar bahagia.
"Jangan dilepas dulu ya? Biar begini saja dulu beberapa waktu..." ujarku.
"Oke, apapun maumu akan kuturuti" jawab Rama.
Aku pejamkan mata, kusandarkan kepalaku didadanya yang bidang. Kuhirup sepuasnya aroma tubuhnya, aku tak ingin menyia-nyiakan kebersamaan ini.
"Sayang..." panggil Rama.
Aku tersenyum, aku suka panggilannya sekarang padaku.
"Hmm?" sahutku.
"Mm... Kau bilang kau akan cerita tentang kau..." ujarnya agak ragu.
"Tentang aku? Oh... Yang bukan reinkarnasi itu?" tanyaku.
"Iya..." jawabnya.
Aku dongakkan wajahku karena dia lebih tinggi dariku, kutatap matanya.
"Memangnya harus sekarang?" tanyaku.
"Ya itu juga kalau kamu mau, aku enggak maksa kok" ucapnya santai.
Sebenarnya aku enggan untuk bercerita sekarang, aku sedang menikmati momen ini. Momen yang aku rindukan selama bertahun-tahun lamanya.
"Kalau kamu gak mau cerita juga enggak apa-apa, tapi kamu sudah janji dari enam bulan yang lalu" lanjutnya sambil mengusap-usap rambutku.
Aku merasakan kasih sayang yang begitu dalam darinya, aku pikir tak adil rasanya selama ini aku merahasiakan jati diriku yang sebenarnya.
"Enggak... Lebih baik aku cerita, agar kamu tahu siapa aku ini. Ayo kita duduk saja di dalam kamar, atau... kita bawa saja sofanya kesini?" ujarku.
"Sofanya saja bawa kesini, mumpung cuacanya lagi bagus. Yuk?" sahutnya.
Lalu kami saling melepaskan pelukan dan berjalan menuju sofa didalam kamar, kami pun membawa sofa panjang menuju balkon. Rama duduk disisi kanan sofa, aku kembali masuk untuk mengambil minuman di kulkas kecil yang ada didalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILUMAN GAGAK (Completed✅)
AléatoireBurung gagak itu adalah dia, dan dia adalah burung gagak tersebut. Mereka satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dia dapat melihat visualisasi dari pandangan sang gagak, dan gagak itu pun bisa wujud menjadi dia...