Happy reading
Hope you enjoy it...Author pov
Pagi itu, Rama menunggu Ibu Wulan datang sambil menenangkan Danu yang sedang rewel. Rama sangat ingin menggendong Danu namun tubuh nya masih terhubung dengan selang infus dan kantong darah. Rama hanya dapat mengusap-usap kepalanya dan tidur disamping Danu, hingga Danu tertidur kembali.
Saat Rama hendak turun dari ranjang dengan hati-hati, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Ternyata Ibu Wulan yang datang sambil membawa tas yang cukup besar.
"Kamu mau langsung ke kantor kan, Rama?" tanya Ibu Wulan.
"Iya, tapi Rama enggak bawa baju ganti. Mungkin Rama harus pulang dulu" jawab Rama.
"Engga usah pulang, ini ibu udah bawakan keperluan kamu. Bahkan ibu juga bawa sarapan buat kamu. Ibu pikir kalau kamu pulang dulu, pasti kamu akan terlambat sampai di kantor. Yah...kamu tau sendiri lah, kota kita ini ga pernah sepi dari kemacetan" ujar Ibu Wulan.
"Wah beneran nih dibawain? Ibu pengertian banget deh. Jadi tambah cinta deh sama ibu" ujar Rama sambil mencium pipi Ibu Wulan.
"Ih...ngapain cium-cium?! Bau tau belum gosok gigi, belum mandi! Sana ih mandi dulu!" sahut Ibu Wulan sambil pura-pura jijik.
"Sssttt...Danu lagi bobo, Ibu" kata Rama hampir berbisik.
"Oh iya...lupa. Kamu sih..." sahut Ibu Wulan berbisik pula.
Rama tersenyum jahil kemudian berlalu ke kamar mandi sambil membawa peralatan mandi dan baju bersih.
Singkat kata, Rama sudah rapi dan sudah sarapan. Dia sudah siap berangkat ke kantor, kemarin Bahar menyuruh nya untuk datang ke kantor. Dia harus memberikan jawaban hari ini.
Setelah pamit pada Ibu Wulan, Rama pun berangkat menuju kantor. Seperti biasa ia akan naik kendaraan umum kemana pun tujuan nya, termasuk menuju kantor Bahar.
Tiba di gedung perkantoran, Rama segera menuju lantai 18 dimana kantor Bahar berada. Dia berhenti di meja sekertaris Bahar untuk menanyakan keberadaan Bahar.
"Selamat pagi" sapa Rama pada Nuri, sekertaris Bahar.
"Selamat pagi, mas Rama. Mau ketemu Pak Bahar ya?" sahut Nuri.
"Iya, mbak Nuri. Bapak ada di dalam?" tanya Rama.
"Ada, mas. Bahkan ada Ibu Galuh juga di dalam" jawab Nuri.
"Oh begitu ya" ujar Rama.
"Sebentar saya tanya Pak Bahar dulu, apa bisa ketemu mas Rama sekarang" ucap Nuri.
"Iya, mbak. Silahkan" sahut Rama.
Nuri pun menelpon Pak Bahar.
"Pak, disini ada mas Rama. Katanya mau ketemu bapak" ujar Nuri berbicara di telepon.
"Oh iya, justru kami sedang menunggu dia. Suruh dia masuk" sahut Bahar di ujung telepon.
"Baik, Pak"
Nuri kemudian menutup telepon dan mengajak Rama masuk keruangan Bahar.
"Mari, mas. Saya antar" ajak Nuri.
Kemudian mereka pun masuk keruangan Bahar dengan mengetuk pintu terlebih dahulu.
Ketika mereka masuk ruangan, Rama melihat Bahar yang sedang duduk dengan santai di sofa untuk tamu dan Galuh sedang berdiri menghadap ke jendela kaca memandang pemandangan di luar jendela. Tangannya dilipat didadanya, tubuhnya disandarkan dimeja kerja Bahar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILUMAN GAGAK (Completed✅)
AcakBurung gagak itu adalah dia, dan dia adalah burung gagak tersebut. Mereka satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dia dapat melihat visualisasi dari pandangan sang gagak, dan gagak itu pun bisa wujud menjadi dia...