Happy reading
Hope you enjoy itRama pov
Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, penglihatanku masih terlihat berkabut.
"Eeuuhh..."
Tak sadar mulutku mengerang. Kupegang kepalaku yang terasa sangat berat.
"Eh... Rama, kamu sudah bangun?"
Suara seorang wanita yang ternyata mbak Wati, ia baru saja masuk ke kamarku.
"Engh... Mbak Wati..."
Gumamku sambil berusaha untuk duduk. Aku tak menyadari ditanganku terpasang selang infus.
"Ga usah duduk dulu, tiduran aja" perintah mbak Wati.
Direbahkannya lagi tubuhku yang masih lemah, ditumpuknya dua bantal dibawah kepalaku agar lebih nyaman.
"Apa yang kamu rasakan Sekarang, Rama? Biar mbak panggilkan Dokter" tanya mbak Wati.
"Kepalaku sakit sekali, mbak Wati. Kok aku diinfus segala?" keluhku.
"Ya iyalah pasti kepalamu sakit, lha wong kamu itu pingsan 3 hari" ungkap mbak Wati.
"Hah! 3 hari? Selama itu?" seruku terkejut.
"Iya! Suer! Mbak Wati ga bohong. Makanya kamu diinfus segala" jawab mbak Wati.
"Kamu mau minum atau apa mau makan?" tawar mbak Wati.
"Minum aja, mbak. Tenggorokanku kering rasanya" jawabku.
Mbak Wati segera mengambil gelas yang berisi air mineral diatas nakas, ia membantuku minum dengan bantuan sedotan agar tidak tumpah.
Setelah minum, kuletakan kembali kepalaku diatas bantal. Pikiranku menerawang, aku teringat kembali dengan kejadian-kejadian yang menimpaku sebelum aku tak sadarkan diri.
Aku benar-benar ingat dengan beberapa bayangan kejadian aneh tentang peperangan dan pembantaian di jaman kerajaan. Didalam bayangan itu, aku melihat dengan sangat jelas ada Galuh disana. Namun orang-orang dalam kejadian itu memanggilnya Ni Luh, bukan Galuh.
'Ingatan apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa sebenarnya Galuh atau Ni Luh itu? Apa maunya orang itu dengan melibatkan aku?'
Aku berfikir dengan keras, sehingga kepalaku berdenyut dan semakin sakit.
"Eeuunghh..."
Aku mengerang lagi menahan sakit dikepalaku.
"Mbak panggilkan Dokter ya?" tanya mbak Wati sambil memandangku dengan khawatir.
"Terserah mbak Wati. Kepalaku tambah sakit saja..." jawabku lemah.
"Ya sudah, mbak Wati telepon Dokter dulu sebentar" kata mbak Wati sambil berjalan menuju keluar kamar.
"Eh... mbak!" panggilku.
Mbak Wati pun berbalik, ia khawatir sesuatu terjadi padaku.
"Kenapa? Ada apa, Rama?" tanyanya.
"Engga ko, mbak. Cuma mau nanya, emm... Galuh ada dirumah? Aku ko ga liat dari tadi" ujarku.
"Ooh... mbak kira ada apa. Neng Galuh tadi pergi sama Pak Bahar, mungkin ada urusan bisnis. Kamu ada perlu sama Neng Galuh?" tanya mbak Wati.
"Enggak, cuma nanya aja ko" jawabku.
"Mbak kedepan dulu kalau begitu" kata mbak Wati sambil tersenyum.
Mbak Wati kembali melanjutkan niatnya untuk menelpon Dokter.
***
Author pov
KAMU SEDANG MEMBACA
SILUMAN GAGAK (Completed✅)
CasualeBurung gagak itu adalah dia, dan dia adalah burung gagak tersebut. Mereka satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dia dapat melihat visualisasi dari pandangan sang gagak, dan gagak itu pun bisa wujud menjadi dia...