Bandara Internasional John F. Kennedy, New York City
Hayoung menginjak kakinya di pintu pertemuan. Seperti semua bandara pada umumnya, orang-orang dari belahan dunia menyatu di tempat itu. Namun hanya sedikit orang yang berkulit kuning dan bermata orang Asia seperti dirinya. Kebanyakan orang berkulit putih dan hitam berkumpul di sana.
Dia harus memasang matanya seluas-luas dan menjinjitkan kedua kakinya untuk melihat sekeliling. Hayoung menengok ke kiri dan kanan, melihat apakah Oh Myungseok dan Oh Taehee sudah di sini atau belum. Dia merasa kesulitan bergerak ketika banyak orang berdesak-desakkan, ditambah dia membawa satu koper yang berisi semua pakaiannya untuk menginap di rumah Sehun.
Lima belas menit yang lalu, Hayoung sudah memberi pesan singkat pada ayah Sehun untuk minta dijemput di bandara. Untunglah Myungseok membalasnya dengan cepat. Katanya, dia sudah ada di bandara bersama istrinya. Tapi lebih tepatnya di sebelah mana?
Tidak ada sosok orang tua Sehun di dekat pintu pertemuan. Karena kelelahan setelah melewati orang desak-desakkan, Hayoung pun duduk di tempat yang cukup sepi. Dia pun segera menelepon Myungseok. Tidak perlu menunggu berlama-lama, ayah Sehun langsung menjawab.
"Ne, yeobuseyo, Hayoung-ah?" tanya suara Myungseok di seberang sana.
"Yeobuseyo, Paman. Aku sudah di bandara. Paman di mana sekarang?"
"Paman dan Bibi tunggu di depan parkir. Kau tidak baca pesan dari Paman, ya?" Terdengar suara kikikkan kecil Myungseok dan istrinya.
Ada pesan masuk? pikir Hayoung. "Ngg... Mianhae, Paman, aku belum sempat lihat... Joesong haeyo."
"Gwaenchanha. Kau sudah lama menunggu kami?"
"Sekitar sepuluh menit yang lalu, Paman."
"Arasseo. Kami tunggu di tempat parkir, ya."
"Ne, Paman."
Setelah sambungan terputus, Hayoung segera berjalan menuju tempat parkir. Baru saja dia keluar dari bandara, ada yang memanggil namanya, "Hayoung-ah!"
Kepala Hayoung sedikit terangkat ketika mendengar namanya dipanggil. Matanya tertuju pada sumber suara. Sepasang suami-istri setengah baya itu-yang tak lain adalah orang tua Sehun, berjalan mendekatinya. Hayoung segera berlari memeluk mereka.
"Paman, Bibi! Annyeong haseyo!" Tidak lupa dia membungkukkan badan dan memeluk keduanya.
"Omo, Hayoung-ah! Kau sudah besar sekarang!" kata Taehee mencium kedua pipi Hayoung. Yah biasalah kaum hawa memang begitu jika lama tidak bertemu.
"Dulu rasanya tinggimu hanya sepinggang Paman, sekarang sudah jauh lebih tinggi!" kata Myungseok tergelak. Taehee dan Hayoung sendiri ikut tertawa. "Oh ya, bagaimana kabar orang tua dan nenekmu? Mereka semua sehat, bukan?"
"Semuanya sehat kok, Paman," jawab Hayoung ramah.
"Kau sehat-sehat saja kan di pesawat, Sayang?" Taehee mengelus lembut kepalanya. Hayoung mengangguk mengiyakan. "Tidak mabuk atau kenapa, kan?"
"Tentu saja dia baik-baik saja, Taehee-ah. Pesawat beda sekali dengan kapal," kata Myungseok. Hayoung tertawa kecil mendengar jawabannya.
Taehee memperhatikan penampilannya dari ujung kaki hingga ujung kepala, kemudian menatap wajah Hayoung. Penampilannya bisa dibilang simple, namun terlihat berkelas. Sweater rajut berwarna biru navy, celana jeans, dan sepatu flat. Gadis itu sedikit salah tingkah melihat Taehee memperhatikan semuanya begitu teliti. Mengingat bahwa ibu Sehun ini adalah mantan stylist di salah satu majalah ternama di Korea.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST IN NYC ➖ Sehun & Hayoung
FanfictionSekuel dari Lost in New York 💕osh-ohy shipper? Status : on going