Sehun melirik ke arah jam tangannya dengan tidak sabaran.
"Hayoung-ah! Cepat sedikit!" panggilnya sambil berdiri di pintu samping taksi setelah membantu supir memasukkan tas-tas mereka ke dalam bagasi.
"Iya, sebentar!" balas Hayoung setengah berteriak dari ruang resepsionis untuk mengembalikan kunci kamar.
Pagi ini sekitar pukul dua belas, mereka sudah check out dari hotel, bersiap-siap meninggalkan Jeju, dan kembali ke Seoul.
Baru saja Hayoung menghampiri Sehun, tiba-tiba dia menjitak kepalanya.
"Akh! Aku lupa sesuatu!"
"Apa lagi?" tanya Sehun tidak sabar.
"Nggg... Sebentar!"
Hayoung tidak memberitahu apa yang tertinggal dan langsung melesat pergi. Alhasil, Sehun menunggu lagi.
"Apa yang terjadi, Sehun-ah?" tanya Joohyuk mendekatinya.
"Nggak tau. Sepertinya dia lupa sesuatu," jawab Sehun. "Kalian bertiga belum pergi?"
Ilhoon menggeleng. "Belum. Kami sengaja menunggu kalian."
"Buat apa menunggu aku dan Hayoung? Kalian langsung pergi ke bandara aja."
"Kau yakin? Jadwal pesawat kita satu jam lagi, Sehun-ah," kata Jisoo setelah mengecek jam tangannya.
"Masih ada satu jam. Kalian duluan aja yang pergi. Aku sama Hayoung menyusul."
Joohyuk, Jisoo, dan Ilhoon saling berpandangan.
"Arasseo. Kami berangkat duluan," kata Ilhoon akhirnya memutuskan.
"Jangan sampai terlambat ke bandara, ya. Awas saja kalau kalian telat," ancamnya main-main.
"Siapa tahu sebelum pulang Sehun mau mengajak Hayoung ke Love Land?" tanya Joohyuk dengan senyum nakalnya.
"Aigoo... Sejak kapan kau jadi mesum begini, Nam Joohyuk? Pasti kau ketularan Ilhoon!" kata Jisoo pusing.
Sehun tersenyum tipis. "Nggak, kami langsung ke bandara menyusul kalian."
***
Sementara itu, setelah mendapatkan kunci yang baru Hayoung kembalikan ke resepsionis, dia masuk ke kamar lagi dan mencari-cari sesuatu.
Dia lupa menyematkan cincin kawat dari Sehun di jarinya. Ya, dia sempat melepas cincin itu kemarin setelah makan malam. Gara-gara marah kemarin.
Mungkin itu hanyalah cincin biasa. Tapi dia sangat menyukai cincin itu. Cincin itu memang sangat spesial baginya. Ke mana pun dan di mana pun pasti Hayoung bawa.
"Nah, ketemu!" katanya setelah menemukan cincin itu di atas nakas sebelah televisi.
Dua menit kemudian, Hayoung sudah kembali. Napasnya tidak teratur. Jelas dia terus berlari.
"Maaf menunggu lama, Oppa...," kata Hayoung bernapas terengah-engah sambil tersenyum.
"Apa sih yang tertinggal? Baju?" tanya Sehun sedikit curiga.
"Tidak, bukan apa-apa..."
Laki-laki itu hanya mengerutkan kening. "Yakin?"
Dilihatnya Hayoung mengangguk sungguh-sungguh. Masih dengan wajah curiga, Sehun mengangguk setengah percaya. "Ya sudah, cepat masuk."
Sepanjang perjalanan menuju bandara, keduanya tidak saling berbicara satu kata pun.
Sehun menatap Hayoung masih dengan tatapan curiga gara-gara Hayoung tidak mau bercerita tentang barang apa yang tertinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST IN NYC ➖ Sehun & Hayoung
أدب الهواةSekuel dari Lost in New York 💕osh-ohy shipper? Status : on going