9 🗽 Eating Out

840 108 14
                                    

"Aku pu..."

Luhan terpaku melihat apartemennya yang benar-benar rapi dan bersih. Berbeda dengan sebelumnya. Hayoung keluar dari kamar laki-laki itu dengan kedua tangan dilipat dan wajah ditekuk.

"Whoa, daebak! Kau yang bereskan semuanya?" tanya laki-laki itu antusias.

"Mmm...," jawab Hayoung seadanya. "Berani-beraninya kau mengurungku di sini. Huh!"

"Yah... itu supaya kau tidak kabur lagi. Kalau kau kabur, kau akan merepotkan orang lain. Sesederhana itu," kata Luhan menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Tangannya meraih remote untuk menyalakan televisi.

Hayoung masih menatapnya tajam. Dia masih berdiri di tempat. "Yakk!"

"Apa lagi?" tanya Luhan malas. "Oh, aku mengerti. Karena kau sudah membereskan apartemenku, bagaimana kalau kita makan di luar? Yah, hitung-hitung kita cari pacarmu juga... Eottae?"

"Ide yang bagus," jawab Hayoung langsung. "Aku juga sudah tidak betah di sini!"

Gadis itu menghentakkan kakinya kesal dan masuk lagi ke dalam kamar. Dia menenggelamkan wajahnya dengan bantal sambil menggumam pelan, "Aku mau pulang..."

Selesai Luhan mandi, giliran Hayoung yang menggunakan kamar mandi itu. Gadis itu memakai kaos biasa, jeans, dan jaket hoodie kebesaran berwarna abu-abu. Semua pakaiannya ia pinjam dari Luhan. Tidak mengherankan jika pakaiannya itu kebesaran di badannya.

"Aku sudah siap," kata Hayoung keluar dari kamar.

Luhan yang sedang duduk di sofa, menoleh. "Lho, memangnya kita pergi ke mana?"

"Katanya mau makan di luar!" Hayoung memanyunkan bibirnya. "Aku kan sudah membersihkan semua ruangan ini!"

"Memangnya aku bilang seperti itu?" Laki-laki itu bertanya lagi.

"Iyaaaaaaaaa...," kata Hayoung dengan 'a' dipanjangkan. Kemudian dia menghampiri Luhan dan menarik-narik tangannya. "Ayo, ppali! Aku udah laper banget, nih!"

Mau tidak mau Luhan pun bangkit. "Arasseo, arasseo..."

Chinatown adalah salah satu distrik di Manhattan di mana sebagian besar penduduknya merupakan orang Tiongkok. Bahasa yang digunakan tentu saja Mandarin, namun ada beberapa orang yang bisa berbicara bahasa Inggris.

Ramai, berisik, banyak toko yang berjajar serta kendaraan yang lewat. Hayoung hampir terserempet ketika sebuah mobil sedan melintas di sampingnya karena keasyikan melihat makanan-makanan yang dipajang di depan toko. Namun dengan sigap, Luhan sedikit mendorongnya ke tepi.

"Perhatikan jalan," pesan laki-laki itu datar.

Hayoung mengangguk malu, "N-ne, halgesseumnida..."

Sepanjang jalan, mereka tidak saling mengobrol. Canggung, itulah yang dirasakan Hayoung. Kaki-kaki mereka bergerak, namun mulut mereka tidak bergerak. Sesekali dia mendongak ke arah Luhan yang berjalan di sampingnya.

"Kita mau makan di mana?"

Luhan sekilas menoleh. "Kau mau makan apa? Chinese food? Western? Atau makanan daerah asalmu?"

Hayoung cemberut, "Jauh-jauh ke sini masa makan makanan Korea?"

Mendengar jawaban gadis itu, Luhan tertawa kecil, "Yah, siapa tahu?"

"Jadi kita makan apa, nih? Aku laper banget... Dari tadi kita jalan terus, nggak sampai-sampai," keluh Hayoung sambil mengusap-ngusap perutnya yang sedari tadi keroncongan.

"Sebentar lagi sampai, kok. Tuh," Luhan menunjuk salah satu food court yang jaraknya sekitar lima ratus meter lagi. Hayoung ikut menengok.

Sesampainya di food court yang ramai pengunjung, Hayoung bisa mencium semua aroma makanan sehingga membuatnya semakin lapar.

LOST IN NYC ➖ Sehun & HayoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang