Bab 4

8.7K 401 4
                                    

Tak lama setelah Mario pergi, Dara segera membuka kulkas dan mencari minuman dingin tenggorokan sudah terasa kering apa lagi minuman yang sebelumnya akan dia teguk terpaksa diberikan pada Mario hanya karena sopan santun belaka. Setelah menghabiskan sebotol minuman dingin Dara merebahkan tubuhnya di sofa, kepalanya terasa sakit karena ulah Joshua yang kembali mengusik hidupnya lagi, Dara memperhatikan langit-langit ruangan dengan perasaan tak menentu.

Saat matanya baru saja terpejam terdengar pagarnya di ketuk dengan keras, dengan enggan Dara berjalan keluar dari jendela dia melihat siapa yang datang, ternyata seorang pria dengan jaket merah dari gerai makanan cepat saji.

" Cari siapa mas ? " tanya Dara tanpa membuka pintu lebih dulu.

" Sore mba, orderan atas nama Pak Mario ? " jawabnya sambil membaca sebuah catatan.

Dara semakin dibuat bingung, karena Mario sudah pulang sejak tadi dan tidak menitipkan pesan apapun. " Mario gak ada di sini mas, coba aja di telpon ke yang pesennya " tolak Dara.

" Tadi bapak nya titip pesan supaya makanannya diterima oleh mba Nanda " jawab pria itu.

" Oh ya sudah, berapa totalnya ? " tanya Dara lalu membuka kunci pagar.

" Sudah dibayar mba, silahkan " pria itu menyodorkan bungkusan berwarna coklat ke arah Dara.

" Makasih " balas Dara lalu masuk ke dalam rumah tanpa mengunci pagarnya kembali.

Dara meletakkan bungkusan itu di atas meja makan, dia tidak paham maksudnya Mario memesan makanan dan diantarkan ke rumahnya, jangan sampai dia datang lagi ke sini tanpa di undang pikir Dara.

Bosan harus melakukan apa akhirnya Dara menyalakan komputer di meja yang berada di sudut lain ruangan yang menyatu antara ruang tv dan dapur itu, memeriksa email dan membalasnya bila dirasa perlu setelah itu dia membuka situs berita online dan hanya melihat judulnya tanpa berniat membaca secara keseluruhan.

Kemudian Dara menyalakan tv tapi tidak di tontonnya dia lebih memilih memainkan tamagotchi berwarna kuning bergambar bebek yang sengaja di belinya dari Jepang, mainan ini harus selalu ada di dalam tas nya selain ponsel. Suara yang bersumber dari tv lambat laun terdengar samar dan tanpa menunggu lama mata Dara perlahan terpejam dan dia pun tertidur di atas sofa.

***

" Nda, bangun magrib " ucap Rio agak keras sambil mengguncang tubuh Dara yang meringkuk diatas sofa.

" Hmm " Dara menggumam dan merubah posisinya membelakangi Rio.

" Bangun udah malem " kata Rio lagi sambil menarik tubuh Dara agar duduk.

" Rio ngapain di sini ? " tanya Dara dengan wajah mengantuk yang heran mendapati kembali Mario ada di rumahnya.

" Kamu tuh, sudah saya bilang kunci pintu, kenapa gak di kunci sih ? " semprot Rio kesal.

Dara memasang wajah datar, tidak suka di bentak seperti itu. " Ngapain kamu disini ? " ulangnya lagi dengan suara parau.

" Memastikan rumah mu aman untuk di tinggalin sendirian " jelas Rio lalu berdiri meninggalkan Dara dan mengecek pintu yang bersebelahan dengan dapur.

" Solat sana " kata Rio saat Dara berjalan ke arahnya untuk memastikan apa yang akan dilakukan Mario di rumah itu.

" Bodo amat lah dia mau ngapain, kalau ada apa-apa tinggal gue laporin sama bapaknya " ujar Dara seolah Rio tak dapat mendengarnya bicara, lalu berjalan ke arah kamar mandi.

Setelah selesai solat, Dara mendapati Rio tengah duduk diatas sofa seperti biasa sedang memainkan ponselnya lagi. " Arah kiblat kemana ?" tanya Rio menyadari kehadiran gadis itu.

ANANDARA ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang