Bab 44 - republish

4K 193 2
                                    

Sore itu di kediaman keluarga Faza terlihat ramai, mereka berkumpul di ruangan tivi dengan ditemani kopi hangat dan beberapa makanan ringan. Dara duduk meringkuk di kursi dekat jendela dengan sebuah buku tebal diatas pangkuannya, matanya seperti sedang membaca buku tapi tatapannya kosong, dia hanya sesekali membuka halaman buku itu lalu melamun kembali. Dan semua gerakan yang dia lakukan tidak pernah luput dari pandangan Rio yang duduk tidak jauh darinya, sesekali Rio melihatnya dengan dahi berkerut, mencoba menebak apa yang sedang dipikirkan gadis itu.

"Untuk rencana pernikahan kalian," suara Hermawan menghentikan aktifitas semua orang dan memandangnya menunggu ucapan selanjutnya, "akan dilangsungkan dimana?" lanjutnya kemudian.

Dara menurunkan kakinya dari atas sofa, "Di belakang, di kebun apel." jawabnya.

"Outdoor?" tanya Dewi sedikit kebingungan.

"Ya." jawab Dara lagi, semua mata melihatnya agak aneh dengan sifatnya yang mendadak pendiam dan murung.

"Enggak takut hujan?" kali ini Davi berkomentar.

"Loh Dara mau nikah? kapan?" Sabby nampak antusias mendengar kabar tersebut,.

"Bulan depan." Rio menjawab pertanyaan itu tapi matanya tetap terfokus pada Dara, saat pandangan mereka saling bertemu senyum malu-malu terlihat dari wajah Dara lalu lama-lama bibirnya membentuk garis lengkung, senyumnya merekah lalu tertawa pelan.

Rio memandangnya penuh selidik, merasa yakin ada sesuatu yang janggal dengan tingkah laku Dara kali ini.

"Mama belum ada persiapan apapun, ada berapa tamu yang datang?" Dewi merasa waktunya begitu serentak untuk melakukan sebuah pernikahan.

"Mama tidak usah khawatir, semuanya nanti saya yang atur." balas Rio, "Hanya keluarga dan teman dekat yang akan diundang Ma." lanjutnya kemudian.

"Kapan kalian nikah?" tanya Sabby menyela lagi.

"Kan tadi Rio bilang bulan depan." Dara kembali menaikan kakinya dan mencari posisi nyaman untuk membaca buku.

"Tanggalnya ih." balas Davi yang juga sepertinya gemas dengan saudara kembarnya itu.

"Hari minggu pertama bulan Desember." jawab Dara yang sekarang sudah menyandarkan tubuhnya pada lengan sofa.

"Astagfirulloh.. tanggal berapa?" tanya Davi lagi sambil melempar makanan ke arah Dara.

"Lo punya hp kan? ada kalendernya? liat aja di sana, repot banget nanya-nanya gue." jawabnya dengan nada membentak, Davi hanya diam dengan wajah kaget.

"Salah ya gue?" tanyanya pada Dara, "Sorry." katanya sambil melangkah mendekati tempat Dara duduk dan memaksakan untuk duduk di sofa single itu.

"Sempit Davi." erang Dara saat Davi menduduki kakinya, "Ngapain sih lo?" tanyanya sambil berusaha menyingkirkan Davi.

"Mau minta maaf." jawab Davi polos yang masih bersikukuh mempertahankan pantatnya agar tidak terjatuh.

"Yaudah sih, enggak usah duduk di sini juga kan?" kesal Dara melihat Davi yang terus memaksa untuk duduk di sebelahnya.

"Maafin dulu makanya." Davi tetap memaksa,

"Yaudah iya, sana pindah." setelah itu Davi memeluk Dara erat sambil mengguncang tubuhnya dan tentu saja Dara berteriak meminta dilepaskan.

Semua yang berada di ruangan itu tertawa melihat mereka berdua, tapi Rio merasa lain. Hermawan juga menatapnya curiga.

"Aku pikir Kak Adam yang akan nikah duluan." Sabby mengutarakan pemikirannya dengan canggung, setelah itu Davi kembali duduk di sebelahnya dengan mengambil sepotong mangga terlebih dahulu.

ANANDARA ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang