bab 14

6.2K 292 0
                                    


Jam sudah menunjukan pukul dua belas malam, rumah sudah sepi ditinggal tidur penghuninya, Dara berjalan pelan menuju kamar mandi.

Setelah menyelesaikan urusannya di sana, Dara pun berjalan kembali menuju kamar badannya sudah merasa sedikit lebih baik bahkan rasa pusing pun sudah tidak ada, mungkin hanya sedikit merasa lemas, bagaimana tidak lemas kalau hanya sedikit makanan yang bisa dicerna nya. Dara hendak menidurkan badan nya kembali sesaat sebelum dia melihat kertas berwarna pink di atas nakas, karena penasaran dara pun meraih kertas tersebut dan senyum nya merekah setelah membaca kertas itu, dara memalingkan wajah nya ke arah gambar mercusuar

" makasih rio" senyum itu masih belum pudar dari wajah nya sampai ia tertidur lagi di balik selimut tebal yang membungkus dirinya.

Pagi menjelang, terdengar suara ayam jago saling bersahutan. Ah suasana yang begitu dirindukan Dara. Tidak ada tempat terbaik selain Rumah.

Dara berjalan keluar kamar dengan rambut berantakan khas orang bangun tidur, ia mendudukan dirinya di meja makan disana sudah ada Davi dan papa nya, sementara mama nya sedang sibuk membuatkan sarapan untuk mereka berempat.

" Solat sana " Davi menyenggol bahu Dara yang masih belum sadar sepenuhnya itu.

" Engga " jawab Dara singkat dan menidurkan kepala nya di atas meja makan.

Davi yang paham maksud adik nya itu kembali fokus melihat layar ponsel nya, sementara Hermawan sedang membaca koran pagi.

Suasana begitu hening, fokus dengan aktifitas masing-masing hingga aroma wangi pisang goreng membuat mereka kompak menoleh ke arah dapur

" hemm wangi nya " kata davi lebay dengan mata terpejam, sementara dara langsung menegakan tubuhnya dan berlari ke kamar mandi untuk cuci muka, Hermawan yang melihat tingkah aneh dari anak-anak nya hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala. Begini lah kalau dua anak kembar itu pulang, rumah terasa lebih hidup.

Sekembali nya Dara, di meja sudah tersaji sepiring pisang goreng serta dua gelas kopi dan dua gelas teh, tanpa basa basi dara langsung mengambil pisang goreng itu.

" Ah panas panas " kata Dara heboh dan meniup pisang yang sudah ingin ia makan itu.

" Pelan-pelan Dek " ujar Hermawan.

" Iya pah " dan sedetik kemudian Dara sudah mengunyah pisang goreng yang masih panas itu.

" Itu pisang gak akan lari kali " seloroh Davi melihat Dara yang mengunyah pisang goreng dengan begitu antusias.

" Lari ke perut lo Davi " balas Dara yang hafal betul tingkah kembarannya.

Begitulah kalau mereka ada di rumah mereka tidak pernah diam pasti saling mengganggu satu sama lain, tapi suasana seperti ini kurang lengkap karena Adam anak pertama dari keluarga Hermawan Faza sudah satu tahun ini menetap di Jepang.

Setelah setengah jam menghabiskan sarapan dan mengobrol, kini hanya ada Davi dan Dara yang tersisa di meja makan sementara kedua orang tua nya sudah sibuk mengurusi penginapan, hewan ternak dan juga kebun kecil di bagian belakang rumah mereka.

" Kenapa bisa pacaran sama si mario " Davi memulai introgasinya sementara mata nya masih menatap ponsel yang ada di tangan kiri.

" Gak tau tiba-tiba aja dia datang terus nembak gue " jawab Dara cuek.

" Terus langsung lo terima ? " tanya Davi yang kini sudah menatap adik nya dengan serius.

" Iya " Dara menjawab pelan seperti teringat sesuatu.

" Ko lo mau sih ? Emang udah kenal dia kaya gimana ? " suara Davi sedikit lebih kencang dari sebelumnya.

" k\Kalau dia brengsek, jahat, psycho gimana ? " tanya Davi lagi karena Dara tidak kunjung menjawab pertanyaan nya.

ANANDARA ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang