bab 12

6.4K 333 2
                                    

Keesokan harinya suhu tubuh Dara masih juga belum turun. " Dek, bangun. Ganti baju dulu " Davi menyentuh pelan rambut Dara.

" Jam berapa ? " tanya Dara dengan suara pelan.

" Jam setengah enam, ganti baju yuk habis ini langsung ke dokter " Davi membujuk adiknya yang masih berbaring, setelah Dara duduk bersandar di ranjang dia memberikan kaos lengan panjang berwarna abu lalu Davi meninggalkan nya untuk memesan taxi.

" Nanda mana ? " tanya Rio yang sudah ada di dalam rumah tanpa sepengetahuan Davi.

" Astagfirulloh " Davi mengusap dadanya berulang kali. " Masuk rumah orang tuh salam dulu, ngetuk pintu bukan asal masuk aja "

" Nanda gimana ? " tanya Rio lagi tak sabar.

" Badannya masih panas, ini mau gue bawa ke rumah sakit. Lo bawa mobil ? " tanya Davi.

" Ayo " jawab Rio lalu berjalan menuju kamar Dara.

" Heh, adek gue lagi ganti baju " Davi menahan tangan kiri Rio.

" Bilang kek dari tadi " balas Rio mengurungkan niatnya, wajah Rio terlihat lelah bahan ada lingkaran hitam di sekitar matanya.

" Lo ngapain jam segini udah di sini ? " Davi menyiapkan bubur ke dalam mangkuk kecil.

" Mana bisa gue santai setelah tahu dia sakit " Rio memilih duduk di sofa selagi menunggu Dara keluar kamar.

Setelah menyiapkan sarapan Davi beranjak ke kamar, mengetuk pintu. " Udah belum? " tanyanya dari arah luar tapi tidak ada jawaban, akhirnya Davi membuka pintu dan melihat Dara sedang berusaha berdiri.

" Duduk aja " perintah Davi seraya berjalan menghampirinya.

Mario berdiri ketika melihat Dara berjalan dengan bantuan Davi. " Sarapan dulu yah, habis itu kita ke dokter " katanya merasa bersalah, Dara hanya mengangguk dan tersenyum sekilas.

***

Mario mengendarai mobilnya menuju Rumah Sakit Borromeus, dari jalan Cisitu belok kiri menuju jalan Siliwangi lalu berbelok ke arah Jalan Ir. H Juanda dari perempatan itu letaknya tidak terlalu jauh.

Bandung pagi ini terasa lebih dingin. Setelah memarkirkan mobilnya, Davi segera membawa Dara turun, menggendong Dara di punggungnya berjalan menyusuri lorong rumah sakit.

Mario menyaksikan kejadian itu entah kena merasa m=bahwa dia harus memperlakukan Dara setidaknya sebaik Davi atau kalau bisa lebih baik darinya. Melihat kedekatan mereka membuat Rio teringat adik tirinya.

Hasil pemeriksaan dokter kemungkinan gejala tipus, dokter menyarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan Davi memutuskan setuju dengan tes lab yang di sarankan. Setelah selesai dengan segala jenis pemeriksaan, Davi berencana membawa Dara ke rumah orang tua mereka.

" Yo anterin kita pulang dong " pinta Davi dengan wajah yang sulit diartikan, membuat Rio merengut jijik.

" Pulang kemana ? " tanya Rio.

" Rumah kita, jauh sih. Kalau pakai taxi mahal " Davi menunjukan senyum tiga jarinya.

" Bilang aja kalau gak punya duit " balas Rio, tapi tak urung juga menuruti permintaannya.

" Lo harus baik sama calon kakak ipar" ancamnya.

" Apaan lo lebih muda dari gue " balas Rio sambil membuka pintu penumpang untuk dua orang tersebut.

Mario sudah duduk di belakang kemudi, dia menoleh sebentar ke arah belakang memastikan keadaan keduanya, Dara berkeringat cukup banyak.

" Rumah lo dimana Vi ? " tanya Rio mulai menstarter mobilnya.

ANANDARA ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang