bab 18

5.8K 290 0
                                    

Anandara masih terlelap di balik selimut tebalnya, jam di dinding kamar itu masih menunjukan angka empat, masih terlalu pagi untuk bangun di pagi yang sangat dingin.

Kreekk, Pintu kamar itu terbuka, seorang pria dengan kemaja hitam dan juga celana hitam berjalan memasuki kamarnya, wajah lelahnya menunjukan seulas senyum, perlahan dia duduk di tepi tempat tidur itu, memandangi wajah cantik gadis yang sedang terlelap itu.

Rio mencium kening Dara dengan lembut, gadisnya yang sangat ia rindukan.

Dara merasakan sesuatu yang hangat menyentuh keningnya, aroma maskulin seketika memenuhi indra penciumannya, debaran jantungnya seketika berubah lebih cepat dan perasaan hangat itu menjalar ke seluruh tubuh.

Setelah beberapa lama, Mario baru melepaskan ciuman itu. " Kamu sudah bangun ? " tanya Rio yang melihat Dara sedang memandangi nya, lalu tangan Rio bergerak menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Dara.

" Iya, gara-gara kamu " kata Dara dengan suara serak bangun tidur. Dara menggeser badannya mendekat ke tembok, memberikan tempat kosong di sebelahnya.

" Sini tidur, masih pagi " Dara menepuk tempat kosong d sebelahnya.

Tanpa menunggu lama, Rio naik ke atas tempat tidur itu dan membaringkan tubuh nya di sebelah Dara, memeluk gadis itu dari samping dengan cukup posesif.

" Yo, munduran ih " pinta Dara karena Rio begitu dekat. Dara merasakan jantung nya seperti habis lari maraton.

" Gak mau " Mario mengeratkan pelukannya dan bergerak mencari posisi nyaman dan meletakan dagunya di atas kepala dara sementara kedua tangan nya sudah melingkar sempurna di pinggang Dara.

Dara hanya diam, mencoba mengurangi rasa gugupnya. Tak lama kemudian, kedua nya pun terlelap.

***

Dara sedang sibuk di dapur kecil rumahnya, membuat dua gelas coklat panas dan pancake untuk sarapan mereka berdua, sementara Rio masih tertidur lelap. Sarapan sudah siap, Dara berjalan ke kamar untuk membangunkan Rio.

" Yo, sarapan dulu nanti lanjut lagi tidur nya " ucap Dara dan sedikit mengguncang bahunya.

Rio menggeliat pelan seperti ulat dan membuka kedua matanya kemudian memposisikan badan nya untuk duduk. " Udah siang yah ? " tanya Rio sambil mengucek matanya yang masih tertutup.

" Udah setengah tujuh, ayo makan dulu bentar lagi aku mau pergi " tanpa menunggu jawaban Rio, Dara sudah berjalan meninggalkan kamarnya.

Dengan sedikit rasa malas, Rio bangun dari tempat tidur milik Dara lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Dara sedang menuangkan syrup maple ke atas pancake ketika Rio baru saja duduk di samping nya. " Stok kopinya lagi habis " Dara menyodorkan segelas coklat itu ke hadapan Rio.

" Makasih sayang " ucap Rio lalu meminum coklat yang sudah tidak begitu panas tersebut.

" Sabtu besok kita ke rumah papa " Dara sedang memasukan sepotong pancake ke dalam mulutnya, saat ucapan Rio sukses membuatnya terkejut.

" Hah ngapain ? " tanya Dara heran bercampur panik, dia malu bertemu Pak Iskandar sebagai pacar dari anaknya.

" Katanya mau ketemu sama yang bikin anaknya gak pulang tiga minggu lalu " Rio tersenyum jahil.

" Ih itu kan kamu yang gak pulang, bukan aku yang minta " protes Dara tak terima.

" Tapi kan salah kamu Nda, kamu bikin saya gak mau jauh-jauh dari kamu " kali ini Rio berbicara dengan mata yang mengedip sebelah.

" Kamu kelilipan apa sih pagi-pagi gini ?" jawab Dara sengaja cuek, dia gak mau masuk ke dalam jebakan Rio.

" Ah kamu gak asik " kata Mario merajuk. Jawaban itu langsung saja membuat dara tertawa puas, Rio ternyata bisa merajuk seperti itu juga.

" By the way pancake kamu enak " kata Rio tulus sambil memakan potongan pancake terakhirnya.

" Iya dong pasti enak " jawab Dara dengan bangga.

Lagi dan lagi Mario mencium pipi Dara tanpa pemberitahuan, membuat Dara terdiam seketika jantung nya masih belum terbiasa dengan hal-hal yang Rio lakukan.

" Makasih sarapannya " Rio tersenyum manis dan menatap ke dalam manik mata berwarna abu milik Dara dengan penuh perasaan. Bola mata Dara bergerak kesana kemari karena gugup.

" Saya anterin kamu ke kantor yah " Rio lalu membawa piring dan gelas kotornya ke tempat cuci. " Piring kotor nya nanti saya aja yang cuci " kata Rio lagi.

" Emang kamu gak pulang ? " kata Dara yang juga menyimpan piring bekas dirinya di tempat yang sama.

" Nanti aja pulang nya " Rio tersenyum menunjukan deretan gigi putih nya.

Sementara Dara yang sudah hafal sifat Rio yang satu itu hanya bisa menggelengkan kepala nya, pasrah.

" Gimana dia aja lah " batin dara. Seperti nya rumah Dara, sudah menjadi rumah ketiga bagi Rio.

***

Mobil yang dikendarai Mario sudah melaju di jalanan kota Bandung, tangan kiri Rio terus menggenggam tangan kanan Dara, sebetulnya ini sangat berbahaya tapi ya bukan Rio namanya kalau dia tidak keras kepala dan melakukan apa yang dia mau.

Semantara Rio sibuk mengemudi, Dara sedang asik memperhatikan wajah kekasihnya, wajah itu tidak bulat mungkin agak sedikit oval dengan alis tebal dan bulu mata yang lentik juga panjang, sorot matanya tajam tapi agak sedikit sipit, hidungnya yang mancung tidak seperti hidung Dara yang mungil, dan bibirnya yang tidak terlalu tebal, Dara memperhatikan bibir Rio dengan lebih teliti lalu senyumnya semakin mengembang ketika Dara memperhatikan bentuk bibir atas Rio, Dara sangat menyukain nya.

" Terpesona sama saya ?" tanya Rio secara tiba-tiba membuat Dara segera berpaling.

" Enggak juga sih, aku baru sekarang perhatiin wajah kamu " jawab Dara apa ada nya.

" Kemana aja selama ini, sampe baru sadar ada orang seganteng saya suka sama kamu " kata Rio dengan tingkat kepercayaan diri diatas rata-rata.

" Hmm kemana yah ... " Dara pura-pura berpikir serius.

" Kamu sih kalau jalan liat nya lantai terus " mobil yang dikemudikan Rio berbelok memasuki halaman sebuah gedung perkantoran.

" Ah masa sih Yo " tanya Dara, dia tidak pernah sadar dengan kebiasaannya yang satu itu.

" Iya, jangan gitu lagi yah. Jalan harus lihat ke depan lihat ke sekitar kamu juga " kata Rio sedikit lebih serius.

" Baik Pak Mario " jawab Dara tanpa bantahan, karena Davi juga pernah berbicara seperti itu.

" Nanti sore saya jemput lagi " kali ini Rio mencium pipi Dara sedikit lebih lama dari sebelumnya.

" Iya, hati-hati di jalan " lalu Dara turun dari mobil tersebut.

Mobil hitam itu pun meninggalkan halaman parkir beriringan dengan Dara yang memasuki lobby perusahaan tempatnya bekerja.

ANANDARA ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang