Tiga

12.8K 1.4K 25
                                    

Nessa basah kuyup dan gemetar karena dingin yang bereaksi saat sampai di mobilnya. Tangannya bergetar saat dia mencoba memasukkan kunci untuk membuka pintu mobil dan ia harus mencobanya beberapa kali sebelum berhasil. Merayap masuk, terjatuh ke roda kemudi, lalu menekan keningnya ke arah vinyl yang dingin. Idiot! Pikirnya kasar.

Ia tak bisa memaafkan tubuhnya yang tunduk dan patuh pada godaan manis yang Bagas berikan untuknya. Kini, Nessa merasa kalau Bagas sudah kembali berhasil menghinanya. Dan ia merasa sangat murahan.

Seharusnya dia membenci pria itu, seharusnya dia marah, tapi mengapa ia malah membalas ciumannya.

Ia bernapas keras karena kesal. Memasukan kunci kontak, dan dengan segera mengemudikan mobilnya keluar dari area parkir pertokoan itu.

Rumahnya sudah sepi saat ia tiba, mungkin ibunya sudah tertidur, pikirnya. Ia pun berjalan perlahan dan membuka pintu, dengan kunci cadangan yang ia bawa.

Namun, ternyata dugaannya salah. Ibunya tengah berdiri dengan mata basah menghadap pintu masuk yang mana Nessa berdiri di sana dengan tubuh basah kuyup.

"Bu," panggil Nessa berjalan mendekat lalu memeluk tubuh paruh baya di hadapannya.

"Harusnya kamu tahu perasaan ibumu ini, Nessa."

"Nessa sangat tahu, Bu."

"Kalau tahu kenapa membuat Ibu resah?"

"Tenang saja, Bu. Nessa bukan Kak Mona. Nessa bisa menjaga diri dan menjaga pergaulan."

"Jika demikian kenapa jam segini baru pulang."

Nessa melepas pelukannya lalu mengeluarkan beberapa buku dari tas selempangnya, "Nessa harus nyari buku-buku ini dulu."

Ana ibunya Nessa pun melirik barang bawaan Nessa, seketika raut lega terpancar di wajah tuanya.

"Kalau begitu cepat mandi dan istirahat."

Nessa menatap ibunya sesaat, ia tak pernah membayangkan jika wajah tua itu harus kembali bersedih, kecewa dan merasa malu karena aib keluarga. Cukup hanya kakak sulungnya saja yang membuatnya demikian.

Rasa takut ibunda Nessa adalah sebuah ketakutan seorang ibu yang wajar pada anak gadisnya, walau ketakutan Ana memang sangat berlebihan, tapi hal itu terjadi bukan tanpa alasan.

Nasib yang menimpa anak sulungnya Mona, merupakan alasan dari rasa takut yang Ana rasakan terhadap Nessa, begitu pula terhadap Senja.

Budaya asing yang masuk dan memengaruhi budaya timur berhasil menghancurkan kehidupan putri sulungnnya.

Salah pergaulan membuat Mona hamil di luar nikah, dengan tidak jelas siapa pria yang menghamilinya. Rasa malu dan penyesalan membuat gadis itu mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Sejak meninggalnya Mona karena bunuh diri, delapan tahun yang lalu. Sejak itu pula Nessa berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak sedikit pun meniru kelakuan kakaknya. Sejak saat itu ia bertekad untuk tidak sedikitpun terlibat dalam pergaulan bebas terutama sex pranikah.

Walau saat itu usianya baru empat belas, tapi ia bisa mengerti permasalahan keluarganya. Dan tekadnya semakin kuat saat Ayah tercintanya meninggal beberapa bulan setelah Mona meninggal.

Nessa yakin, kondisi Ayahnya yang sakit-sakitan bukan hanya karena hidup dengan satu ginjal saja, tapi juga terlalu memikirkan anak sulungnya. Hingga semakin hari kondisi kesehatannya memburuk dan harus menderita penyakit komplikasi yang mengakibatkan Ayahnya itu harus kehilangan nyawanya.

Untuk itu, Nessa tidak pernah menyalahkan ibunya yang memiliki kecemasan berlebihan padanya. Namun, ia sangat merasa kasihan pada Senja, karena rasa takut berlebihan ibunya itu dia harus rela dijodohkan dan menikah di usia dini dengan tidak didasari rasa cinta.

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang