Empat

13K 1.6K 135
                                    

Bagas memang seorang yang tangguh dan pantang menyerah. Keesokan harinya ia kembali mencari Nessa di kampus. Bahkan, ia sampai rela absen dari tugas-tugas kemiliteran yang ia emban, hanya untuk mencari keberadaan Nessa. Berlebihan memang, tapi itulah Bagas. Ia akan melakukan segala cara kalau dia sudah sangat penasaran.

Namun, ternyata mengejar Nessa bukan hal yang mudah saat ini, dia lebih lincah dari citah. Nessa berhasil bersembunyi dan melarikan diri diam-diam dari Bagas. Dan itu berhasil membuat Bagas geram dan semakin merasa tertantang.

Berkali-kali Bagas menelponnya, tapi tidak sekali pun Nessa tanggapi. Puluhan pesan singkat pun Bagas kirim, tapi Nessa tidak pernah membalasnya. Dia hanya membacanya sambil tersenyum saat mendapat pesan yang menggambarkan kekesalan Bagas.

Walau mulut berkata benci, tapi dia langsung membaca pesan Bagas sedetik setelah ponselnya berbunyi pertanda kalau ada pesan masuk.

Walau mulutnya memungkiri, tapi hatinya senang mendapat pesan dari Bagas, bahkan semua bulu di tubuhnya terasa meremang dan perut bawahnya langsung mulas tanpa sebab saat membaca pesan Bagas yang bernada ancaman yang di bumbui dengan kata-kata mesum.

Nessa menjalani operasi lasik keesokan harinya, dan hal itu hanya ibunya saja yang tahu. Dia di rumah sakit menjalani operasi sambil bersembunyi dari Bagas dan berhasil. Bagas tidak bisa menemukannya karena Nessa tidak berada di tempat-tempat yang biasa dia kunjungi.

***

"Sialan kamu Nessa," umpat Bagas. Menghempaskan tumbuh berkeringatnnya di atas sofa panjang, di rumah pribadinya yang terletak di sebuah komplek perumahan elit di Jakarta.

Rumah Bagas tidak terlalu besar, tapi terkesan mewah, memiliki interior elegan dan memiliki nilai seni tinggi, tapi tetap lebih mengutamakan kenyamanan. Desainer interior yang disewa Bagas, berhasil memadukan warna gelap dan mengatur pencahayaan hingga kesan maskulin sangat kental di setiap ruangan di rumah itu. Hunian mewah itu sangat mencerminkan kepribadian pemiliknya yang tegas, kuat dan berwibawa.

"Aaarrrgggg,,," erang Bagas mengutarakan kekesalannya, jemari kuat dan kokoh miliknya kini singgah di rambut basah oleh keringat karena aktivitas ngeGym yang baru saja ia lakukan di ruang fitness yang ada di rumahnya.

Selama empat hari ini ia meradang oleh kebutuhan libidonya yang meninggi seperti seorang pecandu yang sakaw dan wanita adalah putaw yang ia inginkan.

Ia sendiri pun bingung dengan reaksi tubuhnya, tak pernah ia seperti itu sebelumnya. Padahal selama ia masuk AKMIL, tak pernah lagi bisa untuk berkencan atau one night stand dengan wanita-wanita cantik, karena pendidikan moral dan disiplin yang ketat untuk para Taruna yang membuat dia tidak bisa seenaknya keluar masuk asrama, tapi selama itu dia baik-baik saja. Lain halnya dengan empat hari terakhir ini, sejak terakhir kali ia bertemu Nessa di kantin kampus, ia seperti orang yang kehausan di padang pasir.

Sempat menemui Debby untuk melampiaskan hasratnya, tapi baru saja melihat wajah gadis itu, hasratnya langsung lenyap seperti penderita impoten. Begitu pun saat ia mencoba berkencan dengan beberapa wanita yang selama empat hari ini ia temui, tapi hasilnya sama.

Dan memang, bukan wanita-wanita itu yang ia inginkan melainkan Nessa, karena penderitaannya saat ini berawal dari pertemuannya dengan Nessa lima hari yang lalu.

Hanya Nessa yang dia inginkan, tapi gadis itu layaknya seorang perawan pudicitia di zaman Romawi kuno. Kalau ada celana dalam bergembok mungkin Nessa akan membelinya untuk penjagaan kesucian yang selama ini ia anut. Dan Bagas cukup tahu kalau Nessa tidak akan pernah mau membantu membukakan kunci gemboknya, kecuali Bagas mau membelinya dengan pernikahan.

Namun sayang, seorang Bagas selalu beranggapan kalau pernikahan adalah rantai besi yang akan mengikat dan mengekang tubuhnya. Ia tak pernah mau kehilangan kebebasannya dengan punya istri dan anak atau menjalani kehidupan monoton dengan satu wanita, karena memang Bagas tidak pernah mengulangi percintaan dengan wanita yang sama, tapi jika melihat kondisi libidonya saat ini, mau tak mau kata 'pernikahan' itu ia pikirkan. Walau fobianya terhadap pernikahan karena masa lalu yang kelam sulit ia hilangkan.

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang