Dua Puluh Satu

11.6K 1.5K 187
                                    

CARILAH TEMPAT YANG TENANG DAN NYAMAN UNTUK MEMBACA, BIAR GAK SALAH FOKUS!!!
😂😂😂

***
Bagas berdiri bersandar di tiang Vila, dengan sebelah tangan tersembunyi di balik saku celananya dan sebelah lagi mencengkeram gelas minuman di tangannya.

Rahangnya mengeras, tatapannya tajam menatap dua insan yang terlihat bercengkerama dengan akrab dan sangat serasi di kursi para tamu undangan.

Sepertinya rencana Nessa untuk membuat dia cemburu telah sukses besar, bahkan lebih dari rasa cemburu yang ia rasakan. Dia marah, suasana hati Bagas teramat sangat buruk sekarang. Terlebih, dia sudah tersiksa sejak semalam, dia mendamba dan menginginkan gadis itu hingga hampir membuat dia gila.

Tadi malam Nessa memang keluar dari kamarnya, tapi aromanya tidak. Aroma Nessa yang lembut memenuhi atmosfer di setiap penjuru ruangan, apa lagi di kamar mandi.

Dia hendak mengguyur tubuhnya dengan air dingin setelah terkontaminasi aroma yang memabukan di kamarnya kala itu, tapi kamar mandi tidak lebih baik. Gaun putih yang semula digunakan Nessa tergantung di kamar mandi itu, dan menebarkan aroma Nessa yang jauh lebih dahsyat dari kamar tidurnya.

Sepertinya Nessa lupa untuk membawa bajunya itu, hingga harus tergantung di balik pintu kamar mandi dan menyiksa Bagas dengan bentuk dan aromanya.

Bagas pun menatap baju putih itu dan meraihnya. Bayangan saat Nessa melepas gaun putih itu pun tercipta di benaknya. Ia membayangkan kain sutra putih itu meluncur turun meninggalakan kehalusan kulit Nessa yang putih mulus bagai pualam, indah merona dan pastinya sangat hangat jika disentuh dengan bibirnya.

Dia membayangkan mengikuti kain itu menyapu setiap lekuk tubuh Nessa hingga ujung kakinya yang sexy kala telanjang, dan membuat gadis itu mendesah saat merasakan sapuan bibir di kulitnya yang sensitif.

Bagas menggelengkan kepala mengenyahkan fantasi liarnya tentang Nessa yang membuat setiap syarfnya menegang. Dengan melupakan mandinya, dia berjalan kembali ke tempat tidur lalu menjatuhkan tubuh di atasnya dan menutup kepalanya dengan bantal dalam posisi tengkurap.

Dia memang bisa tertidur malam itu, tapi dia tetap tidak bisa mengenyahkan Nessa dari pikirannya walau dalam keadaan tidur, dia bermimpi tentang gadis itu.

Di dalam mimpinya, dia tengah berbaring menyamping di sisi tubuh Nessa yang terbaring di atas tempat tidurnya dengan gaun sutra putihnya yang cantik. Jemari Bagas menyentuh pipi gadis itu dengan lembut, memperhatikan saat kelopak matanya tertutup kala menikmati sensasi sentuhannya.

"I'm hungry," bisik Bagas di telinga Nessa.

"Eat me..." balas gadis itu. Wajah cantiknya terlihat mendamba, terangsang dan sangat sexy.

Bagas pun menguburkan wajah di bawah telinganya, di dalam lekuk leher Nessa yang hangat. Dengan lembut, dia mencium rahangnya, meminum keharuman yang manis dari kulitnya.

"Rasamu sangat enak," gumam Bagas. Gadis itu mendesahkan tawa, dan Bagas mengangkat tubuhnya lalu terduduk untuk mengagumi dan menikmati kecantikannya.

Dengan mata yang gelap dipenuhi oleh kepuasan maskulin dia melihat kilau gairah di mata cantik gadis itu. Perlahan, dengan sengaja, dia menempatkan posisi tubuhnya di antara kaki Nessa, lalu melebarkan kakinya, menyingkap gaun sutranya hingga sepasang kaki indah itu kini terekspos.

Dia menggulung gaun sutra putih itu hingga pinggang Nessa, dan dia harus menghirup napas sangat tajam saat melihat celana dalam feminin dan sexy yang dikenakan Nessa. Kekerasan tubuhnya pun semakin memberontak dan sangat sulit ia kendaikan.

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang