Lima Belas

9.6K 1.4K 56
                                    


Ponsel Nessa yang dipegang Bagas kembali berdering menandakan sebuah panggilan masuk. Dan tentu saja itu dari Aldo yang tidak terima jika sambungannya diputus begitu saja oleh Bagas.

Wajah Bagas kembali pada raut kesal, mulutnya menyuarakan umpatan kasar, dan tanpa meminta izin Nessa, dia menolak panggilan Aldo di dering pertama.

Namun, sepertinya Aldo bukan seorang yang mudah menyerah karena ponsel Nessa kembali berdering menandakan panggilan darinya.

"Berikan ponselnya padaku, Bagas. Biar aku sendiri yang bicara padanya. Aku yakin dia tidak akan menyerah begitu saja."

"Biarkan saja, nanti juga dia bosan sendiri."

"Tapi, sepertinya dia akan langsung datang ke sini dari pada bosan atau menyerah."

"Dia memang orang yang sangat menyebalkan." umpat Bagas. "Ya sudah, tapi jangan lama-lama dan jangan pernah berpikir untuk bermanis-manis sama dia."

Nessa hanya tersenyum menanggapi perkataan Bagas, dengan segera ia meraih ponsel miliknya dari tangan Bagas lalu menjawab panggilan dari Aldo.

Ungkapan rasa syukur diucapkan Aldo setelah tahu kalau Nessa yang menjawab panggilannya.

"Sepertinya kamu mau batalin acara makan siang kita hari ini?" tebak Aldo setelah cukup berbasa-basi.

"Anda tahu sendiri saya sedang berhadapan dengan siapa."

"Jadi kita harus mengatur ulang waktu pertemuan kita?"

"Sepertinya begitu dan saya minta maaf."

"Kalau begitu hubungi aku, jika kamu sudah memiliki waktu yang memungkinkan."

"Terimakasih sudah mengerti, sekali lagi saya minta maaf."

"Tidak papa, Nessa. Toh, kamu tidak membatalkan acara kita ini, hanya mengundurnya lain waktu, kan?"

"Tepat sekali."

"Kalau begitugitu selesaikan urusan kamu dengannya dan hubungi aku jika kamu sudah memiliki waktu."

"Baik, Dr. Al, aku pasti..." Suara Nessa terputus karena Bagas kembali merebut ponselnya.

"Time off, pembicaraan harus segera diakhiri," kata Bagas pada Aldo di ujung telepon, dan kata-katanya berhasil membuat Aldo mengerang geram.

"Aku belum selesai bicara Bagas."

"Tapi waktunya sudah habis."

"Kamu memang pengganggu yang payah."

"Bye..." timpal Bagas lalu memutus sambungan itu.

"Apa saja yang diceritakan si mulut besar itu, hingga kamu harus ketagihan untuk kembali mendengarkan ceritanya, sampai-sampai kamu harus rela mengajaknya makan siang?" Suara Bagas penuh penekanan dengan mata menyipit, menatap tajam ke arah Nessa.

"Dia cerita tentang kamu, untuk itu aku sangat tertarik," jawab Nessa lalu tersenyum.

Dan kata-kata serta senyumnya itu sedikit menghilangkan raut kesal di wajah Bagas. Gadis ini memang sesuatu, dia sanggup membolak-balikkan hati serta perasaannya, hanya dalam hitungan detik, dan itu luar biasa, pikir Bagas.

"Apa yang dia katakan tentangku?" desak Bagas.

"Dia bilang kamu tidak tertarik dengan komitmen dan pernikahan."

"Kamu sudah tahu hal itu sejak dulu."

"Ya, tapi aku baru tahu alasannya."

"Lantas apa alasanku, versi si mulut besar itu?"

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang