Dua Puluh Tiga

9.6K 1.6K 555
                                    

Up date 20 Januari 2018 pukul 20.30 WIB.

Jam berapa reader dapat notifikasi dari postinganku ini?

*

**

***

***

Tulisan di atas, sengaja gak saya hapus buat kenang-kenangan. Kebetulan pas pertama kali up date part ini, wattpad lagi maintenance. Jadi, eror gitu. Notif gak nyampe langsung ke readers. 😅

Dan tulisan di atas mengingatkan saya kalau cerita ini hanya dipublikasikan selama enam bulan sejak pertama kali dibuat, setelahnya hanya mejeng di draf untuk aku baca seorang diri, hingga kurang lebih dua tahun lamanya.

Kenapa kok harus diunphublis? Karena yang nulisi gak tahan sama badai dan gelombang yang menerjang.😂 akhirnya, semua cerita yang udah tamat dia batalkan semua publikasinya. Kalau kata orang Sunda mah, 'pundung. '😂

Bagi saya, nulis di wattpad ternyata gak mudah, penulis harus bener-bener punya mental baja saat menghadapi beberapa reader yang Maha Benar dan Maha Pinter.

Terus sekarang kakak udah punya mental baja ya? Kok, ceritanya dipublikasikan lagi?

Kalau ada yang tanya seperti itu maka jawabannya.

Enggak juga, aku masih orang yang sama masih 'pundungan' 😂dan kalau ada lagi komentar-komentar yang nyudutin, yang mengolok-olok tulisan saya, yang mengharuskan saya bikin cerita-cerita yang super realistis, maka cerita-ceritanya akan kembali aku unphublis dan hanya aku seorang sendiri yang baca. 😂

Cerita ini kembali dipublikasikan lagi semata karena permintaan beberapa readers yang baik hati yang baca cerita saya hanya untuk hiburan semata bukan untuk UNJUK KEPINTARAN.

Okey, maaf curcolnya kebanyakan😂, langsung ke cerita aja deh...

Selamat membaca....

***


Pagi yang ramai dan ceria, seperti itulah suasana pagi hari di rumah Nessa jika ada Rio sedang menginap.

Ya, tadi malam Rio dan Omanya, Widia, menginap di rumah Ana, mereka pulang bersama dari Lembang sehari sebelumnya.

Rio menjadi hiburan tersendiri bagi Nessa, anak itu tidak berhenti bicara saat Nessa mengantarnya ke sekolah.

Nessa menjalani rutinitas pagi seperti biasa. Setelah mengantar Rio ke sekolah, dia langsung menuju kantor lalu kampus. Bergerak cepat dan bersaing dengan waktu seperti biasanya, sejak kepulangannya dari Bandung hingga akhir pekan.

Nessa bekerja setengah hari di hari Sabtu, itu pun untuk mengerjakan report mingguan. Dan kuliahnya off di setiap hari sabtu.

"Laporannya udah siap, La...?" tanya Nessa dari meja kerjanya pada Lala yang cubicle officenya berada di samping cubicle Nessa.

"Udah, bentar lagi aku email-kan."

"Urgen ya La..."

"Mau kemana sih...?"

"Waktu adalah uang La, jadi kalau buang-buang waktu sama dengan buang-buang uang."

"Ya udah tuh, udah ke kirim tinggal di cek," balas Lala.

Mantan TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang