Part 21

54 0 0
                                    

   Badan ku terasa panas sejuk, walaupun penghawa dingin di bilik itu tidaklah berapa kuat tapi aku mengigil kesejukan seperti berada di laban rata gunung kinabalu dengan t-shirt saja di malam hari, kamu tau kah itu macam mana rasa sejuknya?

    Berulang-ulang kali sudah aku melihat jam di telefonku, dan ku dail nombor Luca selang 10 minit, tetapi semuanya masuk ke dalam pesanan peti suara. Begini agaknya situasi yang dia hadapi setiap kali aku menghubungi dia ketika berada di luar bandar kerja katanya. Serba salah aku rasakan, apa lagi mengingati bagaimana dia di pukul, dan terpaksa menuruti saja kehendak samseng tadi. Sesenang orang saja mahu melakukan apa pun dengannya, pistol, pisau, di caci dan di tumbuk. Begitu besar risiko yang dia hadapi apabila berdepan dengan orang-orang seperti ini.

    Apabila aku dengar pintu di buka, cepat-cepat aku berlari ke muka pintu.
"Are you ok?" Melihat Luca yang baru masuk. Dia tidak menjawab dan segera masuk ke dalam bilik mandi dan menutup pintu. Ku ketuk dengan tidak sabar tetapi dia tidak menjawab pun, aku semakin cemas. Kalau-kalau ada sesuatu yang terjadi ke atas dirinya.
"Luca..open this damn door!" Marahku sudah tidak dapat ku kawal lagi.
"Vai prendere... (Go and get him coffee)" Aldo mengarah aku,
"Vai ora.. (Pergi sekarang juga)" Ulangnya lagi, kali ini dengan nada yang cukup serius.

    Kopi itali sememangnya rutin kewajipan pada mereka, hanya lebih kurang 30ml saja banyaknya, pekat dan baunya kalah-kalah bau durian kegemaranku kuatnya. Baru saja aku mencapai dompet merahku, Aldo sudah pun masuk ke dalam bilik mandi itu.
"Hey.. what are you guys doing there?" Aku menampar lagi daun pintu itu.
"Dia boleh masuklah.. aku ndak boleh?? Haaa? Luca?!" Hampa, tiada satu pun suara dari dalam. Aku terus keluar untuk mengambil kopi seperti yang di arahkan oleh Aldo, pandai pula dia mengarah aku sejak akhir-akhir ini.

Dengan sewacan kopi di tanganku, aku melihat Aldo keluar dari bilik 408 itu dan menuju ke bawah, tergesa-gesa aku masuk ke dalam bilik dan melihat Luca sudah pun menukar pakaiannya.
"Let me see." Kataku dan memegang wajahnya yang sudah pun bertampal handy plas di tengah-tengah batang hidungnya yang tinggi itu. Lebam pada tulang pipinya sebelah kiri.
"Who did this to you?" Mau menangis aku melihat wajahnya begitu.
"This is for me? Thank you." Dia menyambut cawan kertas itu dari tanganku.
"Luca.. take out your shirt.. let me see." Aku membuka butang bajunya pertama.
"Now you scared? Its nothing. Dont worry, im fine."
"Luca, what these people want from you? I nevert thought your work.. hard like this." Hampir jatuh air mataku.
"Amore, come here. Thats why i tried to keep this secret from you, i dont want you to feel bad or worry everytime im away from home. Sometimes, my work quite boring, but most of time.., hmmm i can get hurt easily."
"Please change your job, i dont care if i have to learn how to plant uva or olive, or... take care of Fernando. I'll do everything .. just quit from your duty."
"Ehehe.. thats not easy. I work for the federal, i cant decide by my own. As i told you i have plans. Have faith in me ok?" Dia merenung anak mata ku mengharapkan aku bersetuju dengannya. Dengan muka yang sudah biru begitu takanlah kau tidak kesian kan? Mau tidak mau aku mengangguk lemah.
"Come here, give me a big hug." Dia memeluk aku perlahan, tetapi erat.
"Whats wrong with you?" Dia bertanya.
"Why?"
"You hot. You have fever?" Dia memegang dahi dan leherku.
"Maybe.. slight fever. Im ok."
"You look pale too."
"I was scared.."
"This will be the first and the last you come with me,"
"Yes, that one i agree." Kataku, kali ini aku betul-betul bersetuju dengannya.

   Malam itu Luca mengejutkan aku dari tidur, katanya badanku panas. Mungkin kerana aku terlalu penat, aku tidak berdaya untuk bangun,
"Dont worry, im just tired." Beritahuku padanya.
"Are you sure? You want me to call a doctor?"
"Oh, please no."
"But im worry. We dont have thermometer here. I dint bring any."
"Owhh..geeez. How old are you? No one use that nowadays." Jawabku, alkamlumlah mama bapa ku doktor terjun, main ramas-ramas saja guna tangan pun mereka sudah tahu tahap mana anak-anaknya demam.
"Tell me if you need something ok?" Dia membuka selimutku dan membiarkan aku tidur lena di dadanya yang berbaju itu. Entahlah malam ini dia tidur berbaju pula, macam janggal aku rasakan. Tapi aku boleh agak, mungkin dia takut aku melihat badanya yang lebam atau biru kerana hal petang tadi. Kalau sudah muka.. rupa begitu apa lagi badan kan?

    Pagi-pagi lagi Luca sudah pun keluar dengan Aldo, mungkin menyambung kerja-kerja mereka pada hari itu. Aku di tinggalkan di hotel kebosanan, masa itu aku gunakan menelefon keluarga dan saudara mara ku di tanah air sementara menghabiskan masa yang terlalu panjang ku rasakan.

"Grace..belum berisi kau?" Soalan wajib dari Mag.
"Berisilah bah ini. Betis pun lebih besar dari jantung pisang sudah ni." Jawabku bergurau,
"Ahhh..betul-betul bah. Malas kali kamu dua ni kan?"
"Apa yang malasnya?"
"Kalau kamu rajin mesti ada sudah tu bulat-bulat tu perut tu."
"Waahahahah.. tau-tau saja kau kami malas kan."
"Saya ni mau tinguk anak kau ni, mesti lawa tu kan."
"Kau ni.. kau pula yang lebih-lebih semangat dari aku ni kenapa?"
"Ndak lah bah, aku tu cuba bayangkan saja."
"Ok, you take care ah.. kirim salam sama Mir dan Deanna." Aku mengakhiri perbualan itu.

   Biasalah tu, orang perempuan ni bila dah naik umur adalah yang menanya sudah ada calon? Bila mau kahwin? Lepas tu bila mau ada anak? Anak sudah satu..di tanya lagi, bila mau tambah? Cari lagi bah lelaki, perempuan! Mau ku lada-lada saja mulut-mulut yang bercakap tu, tinggal saja lagi mereka tidak tanya... Bila lah mau bercerai?! Mulut manusia macam-macam ada.

   Bagusnya, belum ada seorang yang bertanya pada ku di sini, sebab itu juga aku tidak begitu tertekan dan rasa bukan-bukan. Dan tidak pun terfikir pasal anak buat masa ini. Bagiku biarlah semuanya datang daripada tuhan, Dia tahu apa yang terbaik untuk mu sesuai dengan masaNya.

"Hows your day?" Tanyaku pada Luca yang baru sampai itu.
"Good.. than yesterday." Dia senyum dan memberi ciuman padaku sebaik saja menutup pintu.
"How about you?"
"Not as good as yesterday." Jawabku, kami ketawa bersama-sama.
"Lets go out for dinner." Ajaknya.
"Hmmm.. can we just have our dinner here? I feel tired to go out."
"Hows your fever?"
"I feel much.. better now, just tired.. thats all."
"Ok, hmm..you know what?"
"What?"
"Emiliano called me, his wife ran away."
"What? Whats wrong with you family? Seems like all the woman trying to escape from their husband."
"I dont know, but what i heard, she maybe ran away with her ex boyfriend."
"Ex boyfriend? After she married with Emiliano? How long was it...hmm.. 3 weeks? 1 months?"
"Their wedding? Hmmm.. it was last month. So.. almost 2 months now. I told you, i dont know the girl. No one ever met that girl before."
"So..whats the problem? Your family never met me before. Im totally a stranger to them."
"Ive known you for 2 years before we decided to get married, and we talked almost everyday. Dont you remember?"
"L'amore sempre l'amore..(Cinta tetap cinta) the only things that matter!"
"Oh myyy, remind me when we go home i must reward Signor Drago for his patience and hardwork." Balas Luca yang mendengar pepatah bahasa itali yang ku katakan, entahlah dari mana ku kutip.

   Malam itu aku betul-betul mengigil kesejukan, rasanya badan ku terlalu tinggi panasnya. Bukan saja itu malah aku rasa penat bagaikan nak rakkk.. saja. Agaknya baru sekarang badanku bertindak balas dengan drama-drama yang ku hadapi selama ini.

"I call the doctor, ok?" Tanya Luca di sisi ku yang menekap tuala basah itu di dahiku.
"No, it only temporary." Jawabku lemas.
"This is second night already. I cant just let you.. "
"Just give me paracetamol,"
"We dont have here, i ask Aldo to get it for you ok, stay here."
"Never mind.. then."
"Grace, dont joke.. with this situation." Luca nampak risau. Mungkin di sebabkan inilah pertama kali dia melihat aku demam..demam penat orang bilang.
"Aldo is here.." kata Luca yang membuka pintu bilik.
"Vai prendere il dottore.. (Pergi jemput doktor sekarang, aku tidak suka dengan situasi ini)" Arah Luca kepada Aldo. Dengan mataku yang tertutup rapat, aku hanya memasang telinga.

to be continued..


My Sicilian HusbandWhere stories live. Discover now