L A D I R G A - 22

1.4K 217 28
                                    

Happy reading 😊

-----------------------------------------------------------

Aku tidak meminta lebih,
Aku hanya minta jangan pergi ketika hati sudah berkata nyaman.

- Tumbler

"Wihh, mau kemana nih udah cantik gini?"

Lisa membawa setoples kacang mede dalam pelukannya, dia masuk ke dalam kamar Kakaknya, kemudian berdiri dengan bersandar pada dinding tepat di samping meja rias Desty.

"Iyalah, gue mau fine dining sama Radit," ucapnya bangga, sambil merapikan kembali rambut panjangnya.

Lisa mencibir. "Elah, kirain gue lo mau kondangan."

Desty memberi pelototan. "Sialan lo! Norak sih, nggak pernah diajak dinner sama pacarnya," ledek Desty.

"Nanti kalau gue dinner sama Dirga, elo cemburu lagi."

Desty tertawa. "Kita aneh ya, Sa. Lo suka sama Radit tapi malah pacaran sama gue, Raditnya. Terus gue masih suka sama Dirga, tapi dia pacarannya sama lo."

"Gue pacaran sama Dirga juga gara-gara lo."

Tawa Desty semakin keras saat melihat Adiknya yang mencibir. "Nikmatin aja," ucapnya ketika tawanya sudah reda.

Obrolan mereka terpecah karena ponsel Desty yang berdering. Ternyata dari Radit yang mengatakan kalau dia sudah menunggu di bawah.

"Gue duluan ya, Adek cantik. Bye..."

****

Suasana kelas 11 IPS 2 mendadak hening begitu Bu Endang - guru matematika mereka memasuki kelas. Para murid yang tadinya sibuk dengan dunia mereka sendiri, kini menghentikan segala aktifitas mereka dan fokus menghadap ke depan kelas dimana Bu Endang berdiri

"Minggu lalu Ibu memberikan kalian tugas, kan?" Tanya Bu Endang

"Iya, Buuu," para murid menjawab dengan serempak.

"Sekarang Ibu akan panggil nama kalian berdasarkan absen, lalu bawa buku tugas kalian yang sudah Ibu kasih di minggu lalu!"

Suasana yang tadinya hening kembali menjadi pecah, diantara mereka ada yang ketakutan jika nanti Bu Endang akan menanyai bagaimana mereka mendapatkan jawaban dari soal yang Bu Endang kasih. Karena tidak semua murid mengerjakan tugas itu dengan hasil sendiri, sebagian ada yang melihat dari temannya. Lisa, contohnya.

Gadis itu membuka tasnya, mencari buku tugas yang seharusnya ada di dalam tasnya itu.

"Aduh, dimana lagi?!" Umpatnya kesal.

Lisa diam sejenak, panik tidak akan menjernihkan pikirannya. Dia mencoba mengingat kapan terakhir dia melihat buku tugas matematika berwarna hijau pastel itu.

"Tadi Jono ngasih ke gue, pas di koridor mau jalan ke kantin, terus..." Lisa menepuk jidat. "Ketinggalan di kantin dong! Aduh, gimana nih?"

Lisa menggigit ujung kuku ibu jari tangannya. Dia ingat kalau buku tugasnya tertinggal di kantin. Bagaimana jika buku itu hilang? Hancur sudah nasib Lisa. Percuma saja dia menyuruh Jono untuk mengerjakan semua tugas matematikanya, jika sekarang buku itu tidak ada. Sama saja Lisa akan tetap dianggap tidak mengerjakan tugas.

Bu Endang memang bukan guru dalam kategori galak atau killer, mungkin dia masuk dalam kategori tegas. Dia tidak suka berteriak marah-marah, cukup mengurangi saja nilai murid yang dianggapnya lalai dalam mengerjakan tugas atau soal.

L A D I R G A [LD#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang